Chereads / It's My Turn To Betray You / Chapter 5 - Charles Fraud

Chapter 5 - Charles Fraud

[ Ha?! Apa maksudmu seharusnya aku sudah mati? ]

< Tu-tunggu dulu ... kau tidak perlu semarah itu. Biar kujelaskan terlebih dahulu, okey? >

Michael terlihat panik dan mencoba menenangkanku dengan suara yang lembut. Dia tersenyum canggung ke arahku dan segera membuatku merasa bersalah padanya, seharusnya aku tidak perlu membentaknya seperti itu.

[ Aku minta maaf, silahkan. ]

Aku seharusnya tidak perlu semarah itu, tidak seperti Alex, Michael adalah seorang Pendamping Harapan, bukan Kemalangan- dan dia memiliki sifat yang baik dan ramah. Aku seharusnya merasa bersyukur karena bisa bertemu dengannya. Aku harus bisa menahan amarah konyolku ini.

Aku melirik Michael dan tersenyum ke arahnya, melihat itu, Michael seketika bernapas lega dan membalas senyumanku dengan wajah yang sangat senang, dan kemudian ... dia mulai menceritakan ceritanya.

< Sebenarnya, Charles Lorrian sudah ada di duniamu, sebelum kau bertemu dengan Alex pada hari itu. Dan pada malamnya, dimana rencana untuk membunuhmu telah ditetapkan, Charles Lorrian datang ke rumahmu sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh Alex. Aku sendiri tidak pernah suka dengan cara Alex yang selalu membuat kontrak konyol seperti itu. Dia selalu membuat kontrak dimana Sang Penerima diharuskan untuk membunuh versi dari dirinya sendiri tanpa bantuan dari Alex sedikitpun. Agh! Bukankah dia sangat kejam?! Aku tidak mengerti, kenapa dia bisa sesadis itu! >

[ Eh? Apa maksudmu? Apa setiap pendamping membuat isi kontrak yang berbeda-beda? ]

Michael mengangguk pelan.

< Benar, kami- Para Pendamping dari Future, memang memiliki kebebasan untuk membuat kontrak sesuai dengan cara berpikir masing-masing. Tidak ada kontrak dengan isi atau peraturan yang sama, setiap Pendamping memiliki ciri khasnya dalam membuat kontrak. Tapi, hanya Alex yang membuat kontrak dimana Sang Penerima harus membunuh sebagai syarat kesepakatannya. Dia benar-benar psikopat gila. >

[ Tapi, Alex menusukku saat itu. ]

< Ah, yah, aku sendiri sempat bingung soal itu. Tapi, kurasa dia menusukmu bukan karena ingin membunuhmu. Alex hanya menusuk bagian perutmu, dan bukan bagian fatal pada tubuhmu, yah, agar kau bisa pingsan atau tidak sadarkan diri. Dia melakukannya agar Lorrian bisa bertemu denganmu. Jika kau tanya kenapa ... Itu karena di saat Lorrian telah membunuhmu untuk pertama kalinya, sepertinya kesadaranmu tak menghilang sepenuhnya dan akhirnya bisa melindungi ingatanmu untuk tetap bertahan. Egh, aku sendiri tidak mengerti kenapa kau masih bisa bertahan di saat kau seharusnya sudah mati, jadi ... jangan tanyakan aku soal itu. Dan, mungkin karena itu pula, Lorrian yang masih terkurung di tubuhmu akhirnya kehilangan ingatannya dan tak bisa melakukan apapun. Yah, mungkin ... maaf, tapi aku bukanlah orang pintar. >

[ Jadi, apakah perkataan Alex yang mengancamnya untuk mengingat kembali adalah untuk- ]

< Ya! Agar dia bisa membunuhmu kembali. Seperti itu. >

Ugh, lagi-lagi ucapaku terpotong.

[ Aku mengerti. ]

Aku penasaran, kenapa semua orang tak pernah membiarkanku untuk menyelesaikan setiap perkataanku, walau sepenting apapun itu- mereka seketika memotong perkataanku dengan sangat mudahnya. Aku merasa seperti setiap perkataanku tidak terlalu berguna untuk didengar sampai selesai. Apakah aku begitu tidak penting?

< Ah, dan juga, jangan tanyakan kenapa kau masih hidup sekarang. Ahh! Jujur! Ini membuatku sakit kepala! Apa kau semacam eror atau bug? Apakah kau punya sesuatu seperti kekuatan spesial atau semacamnya, hmm? Ayolah! beritahu aku. >

[ Bahkan jika kau bertanya padaku- ]

< Benar! Tentu saja kau tidak tahu. Fuh, bodohnya aku, seharusnya aku tidak menanyakannya. Andai saja, aku bisa sepintar Alex atau Lucifer! Atau setidaknya Gabriel! Tch! Menyebalkan! Aku harap mereka mati saja! >

Setidaknya, biarkan aku menyelesaikan perkataanku! Aku juga ingin dihargai walau aku telah berumur 25 tahun!

Aku ingin melakban mulut itu untuk sementara waktu. Tapi, itu tidak mungkin terjadi. Ah, malangnya diriku ini.

[ Te-tenang lah, Michael. Kau tidak perlu berteriak seperti itu. ]

< Egh, kau benar. Aku minta maaf. >

Sepertinya, dia bahkan cukup menderita karena Alex.

Aku pun menepuk-nepuk pelan bahunya agar dia bisa tenang, dan sepertinya itu cukup berhasil. Michael tidak seperti Alex yang memiliki sifat layaknya sampah, dia benar-benar pengertian dan mudah akrab pada orang asing. Dia orang yang ceria dan terkadang terlalu bersemangat dengan hal-hal sepele. Jika dilihat dari ukuran tubuhnya, Michael terlihat seperti seorang remaja laki-laki yang masih berumur 15 tahun. Tubuhnya pendek dengan rambut blonde dan dengan sepasang mata berwarna biru, layaknya hamparan lautan di pagi hari.

[ Apa kau sudah tenang sekarang? ]

[ Iya, terimakasih Charles! ]

Seperti biasa, dia segera memberikanku senyuman lebar dan ekspresi bahagianya. Dia benar-benar punya aura yang sangat cerah dan menyenangkan, dan sepertinya mampu mempengaruhi kondisi perasaanku yang kusut karena cerita Michael mengenai kematianku.

Namun ....

Masih ada beberapa pertanyaan yang masih belum terjawab, dan terus menghantui pikiranku. Tapi, kurasa dari informasi yang Michael ceritakan, cerita itu sendiri sudah memiliki Informasi yang sangat cukup untuk membuatku mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi di sini dan ... apa yang seharusnya kulakukan sekarang.

[ Jadi, aku telah mati untuk yang kedua kalinya, hmm. Menyebalkan juga kalau dipikir-pikir. ]

< .... >

[ Ada apa, Michael? Kenapa kau menatapku seperti itu? ]

[ Kau terlihat cukup tenang dan santai ya, Charles Fraud. Kupikir kau akan marah atau ... jengkel setelah aku menceritakan itu. Aku kira kau akan segera mengamuk dan mulai mengumpat seperti orang gila. ]

Aku hanya bisa tertawa ringan setelah mendengar keterkejutan Michael. Yah, walau wajahku terlihat seperti telah menerima kematianku untuk yang kedua kalinya. Sebenarnya, aku tetap menyimpan kemarahan karena tak kusangka, aku telah dua kali dibunuh hanya untuk kepentingan orang lain, dan parahnya, orang yang membunuhku adalah versi lain dari diriku sendiri.

Aku benar-benar ingin membunuh kedua orang itu dengan tanganku sendiri dan menghancurkan mereka sampai tak tersisa. Tapi, sekarang-

Kemarahan itu telah tergantikan dengan perasaan lain yang sekarang telah menyelimuti pikiranku dan menggodaku untuk terus merasakannya. Lagi dan lagi, seperti sugesti yang tak akan bisa kutolak. Dan aku merasa tak masalah untuk mengikuti perasaan itu.

'Hmm, sudah lama aku tidak merasakan perasaan ini.'

Ada hal penting yang harus kulakukan sekarang.

[ Hei, Michael, aku ingin menanyakan sesuatu. ]

Aku melirik Michael yang terlihat sedang bermain-main dengan pita rekaman ingatan Charles Lorrian. Hmm, apakah itu tidak apa-apa? Bukankah dia akan terkena masalah?

< Tentu! Tanyakan apa saja, Charles! Aku akan menjawab semua pertanyaanmu! Ayo, tanyakan saja. >

Aku terdiam untuk sementara waktu, dan menatap Michael dengan senyuman simpul. Kualihkan pikiranku dari pita rekaman yang terlihat telah kusut dan dipenuhi dengan gambar-gambar abstrak dan sangat aneh. Apa yang sebenarnya anak ini pikirkan?

Aku menghela napas panjang, dan mulai berjalan mendekatinya, Michael tampak kebingungan dengan perubahan sikapku. Namun, dia terlihat tak menyadari apapun dan menatapku dengan ekspresi bodohnya yang seperti biasa.

Aku berterimakasih akan kebodohan dan kepolosan Michael, karena dia bukanlah Alex yang tentunya akan segera membunuhku di saat dia melihat bagaimana caraku menatapnya sekarang.

Dia hanya diam di sana, tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya dan hanya tersenyum ramah ke arahku. Aku mencoba mempertahankan senyuman lebar di wajahku agar Michael tidak merasa waspada dan mungkin saja akan menyerangku, setelah tahu niatku yang sesungguhnya.

Aku mulai memperpendek jarak, dan akhirnya berdiri tepat di samping kirinya. Michael masih tak menyadari apapun dan hanya menatapku dengan wajah dan senyum polosnya.

'Kenapa anak ini bisa menjadi seorang pendamping? Bukankah dia terlalu lengah? Atau mungkin saja ... dia merasa bahwa aku tidak mungkin bisa menyerangnya?'

Aku merasa sedikit terganggu dengan pemikiran itu. Tapi, aku berusaha mengabaikannya untuk sekarang, karena memikirkannya hanya akan membuang-buang waktuku.

< Hmm, apa ada masal- >

[ Diamlah untuk sementara waktu, Michael. ]

< Eh? .... >

Aku tak menjawab apapun setelah itu, dan kemudian tanganku bergerak meraih bahu kanannya, yang segera membuat Michael terkejut dan terlihat sedikit panik. Namun, tak berusaha untuk melepaskan diri dariku.

Hmm, dia ternyata jauh lebih kecil dari yang kukira.

< Mm.. mm, Apa ada masalah Charles? >

Saat ini, aku tak bisa menahan diri untuk membuat seringai lebar di wajahku dan tertawa menikmati sensasi yang telah lama kulupakan. Hmm, sejak kapan itu? Coba kuingat-ingat ....

Ah, iya! Sejak Ibu dan Ayahku- ... Ah, tidak! Apa yang kulakukan sekarang, itu tidak penting untuk dikenang lagi.

Aku harus fokus pada apa yang berada di depanku sekarang dan melakukannya secepat mungkin. Pikiranku tak boleh melayang pada hal sepele seperti itu.

Kucengkram kuat bahu kecil itu, dan seketika membuat Michael meringis kesakitan. Namun, aku mengabaikan suara rintihan itu dan tetap fokus pada tujuanku.

Aku kemudian mulai menunduk, tersenyum lebar ke arahnya- kemudian berbisik dengan suara yang tak pernah orang lain dengarkan sebelumnya ....

< .... Ch-charles? >

[ Hei, Michael. Beritahu aku. ]

< A- apa? >

Seringai lebar segera tercipta dan seketika membuat Michael merasa ngeri dan takut. Tubuh kecilnya bergetar dan aku benar-benar menikmati setiap tatapannya yang menggambarkan seekor mangsa yang telah terperangkap dengan sangat mudahnya.

"Ayo katakan. Bagaimana caranya ... membunuh seorang Pendamping? ]

Tatapan itu seketika berubah menjadi horor yang akhirnya membunuhnya.

.

.

.

Sebuah momen langka tak terlupakan telah tercatat tebal pada pita ingatanku. Aku, Charles Fraud tak akan mati untuk yang ketiga kalinya. Tidak! Itu tidak akan terjadi lagi.

Aku tak mungkin bisa mati! Dan melupakan sensasi dimana satu gigitan bisa senikmat dan semanis itu, rasanya membuatku benar-benar bergairah dan seketika membuatku terasa seperti melayang-layang di udara. Ini adalah rasa termanis yang tidak pernah kurasakan sebelumnya!

Ohh, lihatlah kedua tangan yang dipenuhi dengan darah dan daging ini. Bukankah itu indah?

Aku mengamati tubuh Michael yang tergeletak pada lantai hitam pekat dengan hanya satu buah TV tabung di dalamnya. Darahnya mengalir ke segala arah dan tentunya juga mengotori bajuku dan TV tersebut.

Kau benar-benar bodoh, hmm. Kau seharusnya tidak mempercayai orang sepertiku, Michael.

Aku pun berjongkok dan kutatap kedua mata Michael yang masih terbuka dan melotot melihat ke arahku. Ada kemarahan dan kebencian di sana, namun, tatapan itu justru membuatku merasa jauh lebih bersemangat dan bersemangat.

Perasaan ini ... yah! Perasaan ini!

Bagaimana bisa aku melupakannya!?

Aku yakin kedua bajingan itu telah membuka pintu ruang makanku dan terkejut dengan apa yang mereka temukan di sana. Yah, lihatlah! Aku tidak peduli dengan rongsokan itu lagi!

Oh, Michael yang malang.

Aku harap aku bisa bertemu dengan orang sepertimu lagi.

Bodoh dan naif, mudah tertipu dan disakiti. Sungguh jiwa yang rapuh, namun di situlah kenikmatan dari menginjak kehidupan orang lain, iya kan?

Aku yakin, Alex akan mengerti.

[ Ah~ Aku sudah tidak sabar. Alex! Lorrian! Mari bertemu lagi di pesta jamuan yang akan kupersiapkan khusus untuk kalian berdua! ]

Aku seketika tertawa dan tertawa. Ruangan hitam itu kini dipenuhi dengan tawaku yang menggila dan perasaan yang begitu menggairahkan.

[ Ini menyenangkan! ]

Sebuah portal cahaya merah tiba-tiba muncul dari arah belakang, kemudian menggapaiku- menarik tanganku dan berkata.

[ Fufu, mari mulai pestanya. ]

Cerita Si Pemahat Topeng akhirnya diputar!

Oh! Jangan khawatir! Ini tidak akan mengecewakan. Aku yakin kalian akan sangat menikmatinya! Bagaimana indahnya kebohongan bisa terlihat begitu manis dan lengket layaknya madu yang menggoda.

Ahaha, tidakkah kalian pikir, jika kalian begitu bodoh?

Siapa yang bakal mengira jika aku segila bajingan yang bernama Alex, hmm?

Pfft, kurasa tidak ada.

Dan aku yakin.

Kalian penasaran dengan apa yang berada di dalam ruangan makan itu. Hmm, walau isinya hanyalah rongsokan. Tapi, apa kalian bisa menebak isinya? Ayo, coba pikirkan dengan baik. Gunakan otak bodoh kalian untuk berpikir, setidaknya untuk kali ini saja.

Cobalah untuk benar-benar memikirkan sesuatu.