Aku benar-benar tidak tahu apa-apa soal Alex. Dia tidak bisa ditebak dan sukar untuk dipahami.
Matanya terlihat tak lagi menunjukkan kemarahan atau kebencian yang biasa menusukku. Hanya ada mata yang tidak memperlihatkan apapun, ekspresinya datar- tak menggambarkan perasaan apapun secara pasti. Layaknya air sungai yang mengalir dengan tenang, benar-benar kosong seperti robot yang telah direset.
Dia benar-benar berlutut di depanku dan meminta maaf. Dia ... benar-benar berlutut dan tak melakukan apapun yang berbau busuk. Apa ini mimpi? Apa dia hanya berpura-pura untuk menipuku?
"Apa kau pikir aku sedang berpura-pura sekarang?"
"... Bukan begitu. Aku hanya ... kau tahu. Hmmm, ka-kau bisa berdiri sekarang."
Entah kenapa, aku tidak bisa menikmati pemandangan ini sama sekali. Bukankah ini yang selama ini kuinginkan? Kenapa aku justru merasa tidak nyaman dan gelisah?
Mungkin karena Alex menyerah terlalu mudah dan cepat. Sikapnya yang tiba-tiba berubah dengan sangat drastis, seketika mulai menghantui pikiranku dan segera membuatku sakit kepala. Dia terlihat seperti remaja yang sedang dalam masa pubertas, begitu cepat berubah-ubah dan sulit dipahami.
Tapi mungkin ....
Mungkin, dia sengaja melakukannya.
Terkadang seseorang tidak ingin dipahami orang lain begitu saja, mengunci diri sendiri dari pandangan orang lain, dan membuat orang-orang di sekitarnya menjadi kebingungan dan heran. Bertingkah konyol, namun terkadang menjadi sangat serius dan menakutkan- orang yang seperti itu melakukan hal-hal acak dan tak berpola. Membuat siapapun melihat mereka sebagai puzzle yang sulit untuk dipecahkan.
Mungkin itulah sosok Alex yang sebenarnya.
Tapi, aku sendiri belum bisa memastikannya.
Alex kemudian berdiri dengan tenang, dan mulai membersihkan celananya dari debu yang menutupi lantai yang kotor. Dia seketika menghela napas panjang dan mulai merapikan bajunya.
Alex terlihat masih menatapku dengan tatapan datarnya.
"Aku akan memenuhi keinginanmu. Jadi, kau tidak perlu khawatir. Kau tidak perlu merasa curiga atau was-was, karena aku tidak akan mengingkari janjiku."
"Ah- Hmm, ya ...."
Alex tak mengatakan apapun setelah itu, dan kemudian segera bergegas pergi dari hadapanku- diiringi tatapannya yang tak bisa kupahami. Dia terlihat kembali memeriksa ruang makan itu dengan ekspresi yang tetap datar.
Hah? Apa ini benar-benar kenyataan?
Mungkin aku sedang bermimpi.
*****
Aku masih tak bisa melupakan Alex yang benar-benar memperlihatkan sikap yang sangat berbeda dari biasanya. Walau begitu, fakta bahwa aku dan Alex baru mengenal selama satu minggu, adalah sebuah pukulan yang cukup besar untukku. Apa aku bisa percaya diri dengan mengatakan jika aku benar-benar sudah mengenal sosok Alex?
Kurasa jawabannya adalah tidak. Dia penuh tanda tanya dan kejutan- aku tak bisa menahan diri untuk mencaritahu tentangnya lebih dalam dan melihat kisahnya secara detail. Kurasa ini kebiasaan burukku yang tak bisa kulepaskan sejak lama.
Namun, ini bukan saatnya untuk memikirkan itu. Aku harus meninggalkan pikiran itu di belakang kepalaku, dan mulai fokus pada hal yang lebih penting.
Seperti kata Alex sebelumnya, aku harus bisa memahami sosok yang bernama Charles Fraud ini.
Mulai kuperhatikan ruangan itu dengan seksama dan sesekali memperhatikan Alex yang masih memeriksa berbagai tempat yang dipenuhi benda menjijikkan di sekelilingnya.
Alex masih terdiam membisu, dia bahkan tak melihatku untuk sekalipun. Aku seketika merasakan ketenangan yang justru membuatku gelisah dan kebingungan.
Namun, mata dan pikiranku segera teralihkan pada sebuah meja makan besar yang terbuat dari kayu jati, yang ditaruh di tengah ruangan makan yang besar dan kacau ini.
Aroma busuk yang menyengat segera menusuk hidungku dan membuatku ingin benar-benar muntah. Aku bisa melihat tumpukan daging busuk di hampir keseluruhan ruangan, dan beberapa dari sisanya di gantung menggunakan pengait besi pada sudut-sudut ruangan. Ruang makan ini bahkan dipenuhi dengan berbagai coretan mengerikan di hampir keseluruhan dinding, dan di atas meja makan jati itu.
Setiap tulisan menggambarkan kemarahan, kebencian, keputusasaan dan ... nafsu.
'IBU! AYAH! LIHAT AKU!'
'AHAHAHAHA!'
'MATI MATI MATI!'
'AKU AKAN TETAP HIDUP!'
'AKU BUKANLAH PECUNDANG!'
'HANCURKAN! HANCURKAN!'
'ENYAHLAH! HANCURLAH!'
'AKAN KUMAKAN KALIAN SEMUA!'
'IBU DAN AYAH PASTI AKAN BANGGA!'
'LAGI LAGI LAGI!'
'BERIKAN AKU LEBIH BANYAK DAGING!'
'DASAR SAMPAH! SAMPAH!'
"Ini hanyalah kutukan yang ditulis oleh seorang kanibal gila dan tidak mungkin bisa kujadikan teman."
Sesaat setelah aku mengatakan itu. Bulu kudukku seketika berdiri dan kupingku mulai bergetar dengan munculnya sebuah suara yang sangat kukenal dengan baik dan benar-benar kubenci. Mataku berputar mencari asalnya dan akhirnya menangkap sumber dari suara yang seketika mengacaukan pikiranku.
Sang rubah telah sembuh dari demam panasnya yang ekstrim. Kau bisa membayangkannya dengan gambaran seperti itu.
Dan asal dari suara itu, tidak lain dan tidak bukan ... adalah dari,
"Pfft Lorrian, apa kau lupa jika Charles Fraud adalah versi lain dari dirimu sendiri? Apa yang membuatmu berpikir jika kau tidak segila dia?"
Eh? Apa dia kembali ke dirinya yang biasa? Tiba-tiba dia berbicara dengan nada merendahkannya yang seperti biasa. Tunggu?! Apa aku salah mendengarnya?
Aku segera menatap Alex yang tengah bermain-main dengan pisau pemotong daging di kedua tangannya. Dia menatapku dengan mata sinis dan seringai lebar di wajahnya.
Hah?
Hah?
Tidak, tunggu dulu. Tarik napas, Lorrian. Kau harus tenang ... kau harus tenang.
"Walaupun begitu, kami tetaplah dua manusia yang berbeda. Aku tidak mungkin segila dia."
"Kau yakin? Tapi kau membunuhnya dengan tanganmu sendiri? Si gila Charles Fraud ... apa kau lupa jika kaulah yang telah merenggut nyawanya- dengan pedang di tanganmu."
"Itu adalah syarat dari kontrak yang kau berikan. Memangnya apa yang bisa kulakukan? Kau sendiri tidak mungkin memberiku pilihan lain, Alex."
"Ah, kau mengatakannya. Benar-benar membosankan. Aku pikir kau akan mulai panik dan mengatakan semua alasan konyol yang tidak masuk akal. Ah~ menyebalkan. Aku harap kau bisa jauh lebih bodoh dari ini."
"Hei, apa kau baru saja tersengat listrik, Alex?"
"Hah? Apa maksudmu? Jangan mengatakan hal bodoh, Lorrian." Dia kemudian melemparkan kedua pisau besar itu dan menancap tepat pada kepala sapi yang terpajang di dinding.
" ... Kau."
"Hm, apa?"
"Tidak, lupakan."
Aku tidak bisa terus seperti ini. Ini adalah Alex dan permainannya. Aku harus bisa menahan diri dan mengalihkan pikiranku. Sejak kapan aku menjadi senaif ini? Mungkin sudah sejak awal. Karena jika bukan karena itu, aku tidak mungkin bertemu bajingan ini di tempat pertama.
"Kau benar-benar bajingan aneh, Alex. Sama seperti Charles Fraud, kurasa aku mulai mengerti orang seperti apa Charles Fraud ini, hanya dengan melihat sikapmu."
"Oh, benarkah? Tapi, kurasa kami cukup berbeda. Faktanya, aku sangat membenci orang yang bernama Fraud ini."
"Aku tidak peduli."
Segera kualihkan mataku dari Alex. Dan mataku seketika terhenti pada dua manusia yang sedang terduduk pada kursi yang di pahat dengan pahatan yang benar-benar detail dan indah.
Namun, keindahan itu telah ternodai pada apa yang menduduki kedua kursi indah itu. Mataku tak bisa melepaskan diri pada pemandangan horor di depanku, dan seluruh tubuhku segera membeku pada pemandangan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
"Aha~ Bukankah teman kita yang satu ini punya selera yang cukup unik? Siapa sangka bajingan ini adalah seorang Kanibal. Dan yang paling mengejutkan adalah ... apa kau tahu Lorrian," Alex mulai melangkah mendekati kedua orang itu.
Dia mulai mengetuk-ngetuk kursi itu.
"Kedua orang ini adalah orang tua dari Charles Fraud. Charles Simmons dan Charles Ellisianz. Hmm, Lihatlah mereka. Hanya bisa terduduk di kursi yang telah dipersiapkan dan menonton kengerian satu-satunya anak mereka tanpa bisa melakukan apapun. Uuh, pasti menyakitkan. Melihat anak mereka sendiri memakan tubuh mereka secara perlahan-lahan, dan meninggalkan tubuh tak berdaya mereka membusuk di tempat mengerikan ini. Bukankah itu hal yang sangat luar biasa?"
"...."
Aku memperhatikan dua orang yang terduduk di kursi makannya dan hanya terdiam membisu, aku mencoba untuk mengabaikan seringai menjijikkan Alex. Kulihat kedua kaki dan tangan mereka yang telah terpotong dan tersaji di salah satu piring dengan kursi yang kosong. Dan aku yakin, kursi kosong itu adalah milik Charles Fraud.
Bagaimana bisa ada manusia sekejam ini? Memakan orang tua sendiri? Charles Fraud benar-benar telah merusak otaknya dengan sempurna.
Mau dilihat bagaimanapun, mereka telah mati sejak lama dan telah membusuk, lendir menjijikkan keluar dari setiap pori-pori kulit mereka dan mengotori lantai marmer di bawahnya. Serangga menjijikkan keluar masuk dan memakan setiap inci daging yang membusuk dan memperlihatkan tulang-tulang yang segera menusuk hidung dan perutku.
"Egh, ku ... kurasa aku akan ...."
Aku yang sudah tak tahan lagi, akhirnya berlari dengan panik- mencari tempat sampah yang berada di dekatku dan kemudian muntah dengan wajah yang menyedihkan.
"Ah, akhirnya kau muntah juga."
Alex yang melihatku begitu tak tahan dengan ruangan itu, mulai tertawa cekikikan- menikmati setiap detik penderitaanku. Seakan-akan ... tidak! Kurasa dia benar-benar sedang balas dendam denganku. Aku paham betul tatapan mengejek itu, ya, itulah dirinya yang sesungguhnya.
Tak beberapa lama setelahnya, akhirnya bajingan itu mulai berjalan mendekatiku dan menepuk-nepuk punggungku.
Aku benar-benar tidak membutuhkan kebaikan palsunya, lebih baik dia hanya diam dan mengamatiku dari jauh. Namun, aku tak bisa mengatakan apapun- karena mulutku tengah sibuk mengeluarkan isi perut yang membuatku benar-benar tersiksa.
"Kurasa ini telalu berat untukmu, hmm. Menyedihkan. Bagaimana kau bisa membalaskan dendammu, jika kau sepayah ini Lorrian?"
".... Tu ... tutup mulutmu, Alex."
Ruangan itu begitu busuk dan menjijikkan, kecoak dan tikus pengerat berlarian ke sana kemari dan seakan-akan telah menguasai ruangan ini. Si gila itu, aku tak menyangka dia sejenis dengan makhluk yang berada di belakangku ini!
Aku terus muntah walau rasanya perutku sudah terasa kosong melompong. Aromanya benar-benar mengerikan dan aku hampir tak punya tenaga untuk melarikan diri dari tempat yang menjijikkan ini.
"Ah~ sepertinya aku tidak punya pilihan lain. kurasa ini saatnya kau bersujut di hadapanku Lorrian."
"Ha-hah? Tu- Hueeghjjnmsmzm. "
Aku muntah lagi.
"Tenang lah, aku akan membantumu untuk kali ini saja."
Alex mulai menghela napas panjang dan kemudian mencengkeram kuat kedua lenganku dari arah belakang. Dia terlihat tak peduli dengan perbedaan ukuran tubuh kami, dan segera menyeretku ke luar dari ruangan itu dengan cepat. Aku tak bisa mengabaikan betapa kuatnya dia menangani berat dan ukuran tubuhku yang seharusnya membuatnya sedikit kewalahan.
Tapi, aku tidak mungkin lupa dengan peristiwa dimana dia hampir menghancurkan lengan kananku hanya dengan mengandalkan satu tangan kirinya. Aku tidak bisa meremehkan kekuatan si bajingan ini.
Tapi, kenapa dia tidak bisa membuka pintu baja itu? Bukankah itu seharusnya mudah untuknya?
Egh, memikirkannya justru membuatku ingin muntah lagi.
"Baiklah, kau bisa bernafas lega sekarang."
Alex membawaku keluar dan menjatuhkanku begitu saja. Kepalaku langsung terbentur cukup kuat ke lantai. Namun, aku harus menahan sekuat tenaga mulutku untuk mengumpat, karena aku tidak bisa memarahinya setelah dia menyelamatkanku kali ini. Walau aku tahu ada niat tersembunyi di sana.
"Hm, bukankah kau harus mengatakan sesuatu, Lorrian?"
"...."
"Ayolah. Kau akan menyesali-"
".... Te-terima kasih."
"Akhirnya kau mengatakannya."
Aku berbaring di lantai dengan tenggorokan yang terasa panas dan kering. Ugh, kepalaku mulai merasa sakit dan Alex hanya berdiri di samping kepalaku dan mengamatiku dalam diam.
"Apa? Apa kau ingin mengatakan sesuatu?"
"Tidak ada, jadi, bagaimana menurutmu?"
"Apa? Apa ini Soal Charles Fraud?"
"Iya. Bagaimana menurutmu?"
"Ah, entahlah. Awalnya aku pikir dia hanya orang biasa dengan orang tua kaya raya, kemudian hidup santai di rumah mewahnya. Tapi, aku sudah salah besar dalam menilainya, dia sama gilanya denganmu dan mungkin, dia jauh lebih gila dari kau."
"Hmm, apa itu pujian?"
"Kau bisa anggap seperti itu."