"Apa-apaan ini- egh?!"
"Benar-benar ruangan yang penuh kejutan."
Pintu yang terbuka seketika meledakkan aroma busuk yang telah tersimpan lama di dalamnya, dan seketika membunuh indra penciumanku dengan bau busuknya yang seperti silet.
Pemandangan kekacauan memenuhi ruangan makan Charles Fraud, dan segera membuatku merinding ngeri. Tumpukan daging busuk, organ manusia dan bangkai hewan berkumpul dalam satu ruangan besar ini, tak menyisakan tempat untuk udara segar dimanapun. Berbagai jenis pisau dan benda tajam lainnya, berserakan diberbagai tempat dan diselimuti cairan darah yang menghitam, dan kulit-kulit yang tak jelas darimana asalnya.
Lalat terlihat berterbangan bebas, dan serangga-serangga menjijikkan mendominasi tempat ini sebagai pesta jamuan makan besar.
Jika kuingat-ingat, pertemuan pertamaku dengan Charles Fraud benar-benar normal dan biasa saja. Dia tak memberikan kesan menakutkan ataupun tindakan yang terlihat bisa mengancamku. Cara dia melihatku dan berbicara denganku, benar-benar normal dan tidak membuatku curiga untuk sedikitpun.
Aku sempat merasa bersalah di saat aku membunuhnya dengan kedua tangan ini. Namun, setelah melihat ini semua, setelah aku menyadari betapa mengerikannya Charles Fraud ini. Rasa bersalahku mulai menghilang dan tak meninggalkan apapun di pikiranku. Dan mungkin ...
'Mungkin dia memang pantas untuk mati.'
'Mungkin membunuhnya, adalah pilihan yang tepat.'
'Seharusnya aku tidak perlu merasa bersalah karena telah membunuhnya.'
Fakta bahwa orang itu memiliki ruangan mengerikan seperti ini di rumah mewahnya, seketika menghapus gambaranku tentangnya- dimana aku melihatnya sebagai manusia yang biasa-biasa saja dan bisa ditemukan dimanapun.
'Charles Fraud, adalah seorang kanibal.'
Walau aku masih sedikit terkejut dengan kenyataan itu. Namun, itulah kebenarannya. Kebenaran dari sosok yang bernama Charles Fraud.
Dan tak butuh waktu lama untukku memutuskan-
Aku tidak mungkin mau memasuki ruang mengerikan ini, walau apapun situasi dan alasannya. Aku tidak mungkin bisa menginjakkan kakiku pada ruangan busuk ini.
"Woah, ini lebih buruk dari yang kubayangkan. Menarik sekali, benar-benar menarik. Hei Lorrian, bukankah kau juga berpikir seperti itu?" Alex melirikku dengan tatapan yang berkilauan, dia terlihat begitu bersemangat dan antusias.
"Kau gila! Apa yang menarik dari ini semua? Charles Fraud adalah seorang kanibal dan seorang pembunuh? Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya, Alex!"
Alex mengangkat bahunya, sama sekali tak peduli dengan kemarahanku. "Ah, kau benar-benar membosankan. Untuk apa aku memberitahukanmu soal itu? Itu tidak menyenangkan sama sekali."
Dia terlihat tak terganggu dengan aroma busuk yang begitu menyengat, dan dengan santainya masuk ke ruangan itu dan berkeliling ruangan sambil bersiul-siul. Dia terkadang tertawa kecil dan menginjak kecoak yang berada di sekitarnya dengan ekspresi datar. Tangannya terlihat bergerak penasaran, memeriksa laci-laci dan kulkas besarnya dengan tatapan penuh semangat.
Namun, yang dia temukan hanyalah hal-hal menjijikkan dan beraroma busuk.
"Apa dia semacam alien atau monster?"
Dia hanya menutupi hidungnya dengan sehelai sapu tangan putih yang terlihat cukup tipis dan tidak menjanjikan. Aku ragu benda itu benar-benar melindunginya dari bau busuk yang menyengat. Namun, wajahnya tetap terlihat sangat santai dan dia hanya tersenyum seperti biasanya.
"Orang tua macan mana yang melahirkan monster sepertimu?"
"Hmm, sejak awal aku tidak punya orang tua."
Dia sama sekali tidak membantah perkataanku yang menyebutnya monster.
"Dan, bagaimana kau lahir?"
"Entahlah, mungkin, aku keluar begitu saja- SUPRISE! ... seperti itu. Siapa juga yg peduli. Itu topik yang membosankan dan tidak penting."
Aku hanya bisa terdiam.
Kondisi perutku seakan menurunkan tenagaku untuk membalas perkataan Alex. Aku berada di kondisi, dimana aku bisa pingsan kapan saja, dan mungkin sebentar lagi akan terjadi.
Aku hanya memperhatikan ruangan busuk itu dari ambang pintu, dan aku mulai menyadari jika perutku telah hampir mencapai batasnya.
'Aku mau muntah.'
Namun, aku harus menahannya, mau bagaimanapun caranya. Aku harus menahan rasa mual yang membuat kepalaku terasa seperti berputar-putar.
Ruangan ini adalah tempat paling mengerikan yang pernah kumasuki seumur hidupku. Aku berpikir, jika usahaku membuka pintu baja itu benar-benar tindakan yang sangat bodoh dan sia-sia. Menghabiskan tenagaku hanya untuk ruangan menjijikkan ini- benar-benar sebuah kebodohan yang memalukan.
Aku ingin memutar waktu dan melupakan rasa malu ini. Melupakan semua kebodohanku dan menjadi debu.
"Hei, daripada menyesali tindakan bodohmu yang benar-benar berusaha membuka pintu itu ... kenapa kau tidak gunakan otakmu untuk memahami orang yang bernama Charles Fraud ini? Kurasa itu lebih baik, daripada kau hanya merenung menyalahkan diri sendiri dan menahan perutmu yang ingin muntah."
"...."
"...."
Aku menatap lekat wajah yang mengejek itu. Dan mulai berpikir dalam-dalam.
Mungkin, ini adalah saatnya aku membalasnya.
"... Alex, ngomong-ngomong, soal pintu baja itu."
"Ada apa dengan pintunya? Oh, apa kau ingin mengamuk lagi karena aku tidak memberitahumu soal pintu otomatis itu? Ayolah Lorrian, itu hanya akan membuatmu terlihat jauh lebih bodo-"
"Kau juga tidak tahu, kan."
"...."
"Kau ... Kau juga tidak tahu soal pintu itu yang ternyata merupakan pintu otomatis. Iya kan?"
"...H-hmm?"
Ternyata aku benar.
"Ha- A ... apa maksudmu? Tentu aku tahu jika-"
"Bukankah itu aneh. Jika kau tahu pintu sialan itu adalah pintu otomatis, kau tidak perlu berusaha sekuat tenaga sampai berkeringat sejak awal. Aku benar-benar melihat usahamu saat membuka pintu baja itu, Alex. Melihat bagaimana bajumu basah dengan keringat, bukankah itu terlihat jika kau juga tidak tahu apa-apa soal pintu otomatis itu, hm?"
"Bodoh! Aku melakukannya agar kau tertip-"
"Kalau begitu berikan aku ponselmu."
Ekspresi Alex segera kaku dan terlihat panik, dia seketika mengalihkan wajahnya dariku dengan gerakan yang sangat konyol. Mataku tak melewatkan kesempatan itu dan merekam momen langka Alex yang mulai terlihat panik.
Wajahku segera membentuk seringai lebar.
Kena juga kau.
"Po-ponselku ... un-untuk apa aku memberikannya?!"
"Pesan email yang datang padamu sebelumnya. Aku yakin itu adalah pesan yang berisi informasi tentang pintu otomatis ruangan busuk ini. Itulah kenapa kau merespon dengan kalimat "Ah, jadi begitu." Kau pikir aku tidak memperhatikannya?"
Aku melihat kedua tangan Alex yang mulai meremas udara dengan kuat.
"Aku benar-benar melihatnya ... aku benar-benar melihat wajahmu yang terlihat begitu bodoh dan begitu bahagia di saat kau melihat ponselmu. Yah, tapi, jika aku memang salah, kau bisa membuktikannya dengan memberikan ponselmu sekarang. Itupun ... jika aku memang salah, haha."
Alex hanya terdiam mematung.
"...."
"Ayolah, kau membuatku begitu bahagia hanya dengan melihat ekspresi bodohmu. Kenapa kau tidak membuktikan jika aku memang salah? Dimana semangatmu untuk melawanku? Hei, jangan hanya diam di sana dan serahkan ponselm-"
"Apa maumu?"
Alex menatapku dengan wajah yang terlihat begitu menahan rasa sakit dan amarahnya. Matanya melihatku dengan sangat tajam dan hampir membuatku tertawa karena usahanya yang begitu keras untuk menahan rasa malu yang begitu dalam.
Aku tidak mungkin bisa melewatkan kesempatan emas ini. Ini adalah waktu yang paling berharga!
"Hei! Aku tanya, apa maumu?"
Aku hanya bisa tersenyum bahagia saat ini dan berkata ...
"Berlutulah, lalu minta maaf karena sudah menertawakanku. Ah, dan berikan aku informasi lengkap tentang mereka dan juga soal Future."
Aku yakin Alex sudah menyadari keinginanku sejak awal.
"Kau tahu nilai dari keinginanmu itu, Lorrian. Sadari batasmu sebagai seorang Penerima."
"Tentu aku paham. Tapi ... orang sepertimu yang selalu merendahkan orang lain, ternyata sama bodoh dan rendahnya, hm. Aku masih mengingat bagaimana kau menertawakanku karena usahaku membuka pintu itu. Itu pasti membuatmu senang dan lega, kan? Karena kau tidak perlu mengambil posisi bodoh yang sekarang ku tempati. Tapi, apa yang terjadi jika pendamping lain tahu soal tingkah memalukanmu ini?"
"Hah?!"
"Sebentar lagi ada pertemuan untuk semua Pendamping dan Penerima di Future, Benar kan? Kau sendiri yang mengatakannya padaku. Menurutmu, apa yang akan terjadi, jika aku menceritakan cerita ini pada Michael yang selalu aktif menyebarkan informasi? Aku yakin ... itu akan menjadi neraka untukmu. Mengingat semua Pendamping selalu mempercayai cerita Michael."
"Ha?! Sejak kapan kau mengenal Michael?"
"Semenjak aku terkurung dalam tubuh ini. Ceritanya panjang dan membosankan, aku yakin kau tidak menyukainya."
Alex segera merenung terdiam. Dia menatap atap ruangan dengan ekspresi yang datar dan kaku, namun, aku tahu pasti apa yang sedang dia pikirkan sekarang.
Mau bagaimanapun, Alex adalah Pendamping dengan peringat atas, kudengar dari Michael, jika dia cukup dihormati dengan prestasi gemilangnya sebagai seorang Pendamping peringkat atas. Jiwa manusia yang berhasil dia kumpulkan benar-benar tidak bisa diremehkan.
Terlepas dari sifatnya yang sangat buruk dan kacau, banyak Pendamping yang melihatnya sebagai superior dan Monster mengerikan. Hal konyol seperti ini tidak mungkin bisa dibiarkan oleh Alex. Dia adalah tipe yang tidak akan pernah menerima tatapan merendahkan ke arahnya, mau bagaimanapun alasan dan situasinya- dia tak akan mungkin menerimanya.
'Aku benar-benar beruntung bertemu dengan Michael. Kuharap aku bisa bertemu dengannya lagi.'
"Jadi, apa keputusanmu Alex?"
Tatapanku segera bertemu dengannya yang menatapku dengan mata yang sangat tajam dan mengancam. Namun, itu tidak membuatku takut ataupun merasa terancam.
Mau bagaimanapun, pada akhirnya Manusia dan Para Pendamping sama sekali tidak memiliki perbedaan apapun. Apa yang orang lain lihat dari diri kita adalah hal yang sangat penting dan benar-benar berharga, kita tidak mau orang lain melihat sisi memalukan dan buruk dari arah manapun. Hal seperti itu adalah mimpi buruk yang ditakuti oleh siapa saja di dunia ini.
Dan itu, adalah salah satu kelemahan terbesar bajingan bernama Alex.
"Hei, apa kau mendengarkanku?!"
Alex tak menjawab apapun. Namun, kakinya tiba-tiba melangkah ke arahku dengan tatapan yang benar-benar menatapku dengan kebencian yang luar biasa.
Kemungkinan besar, aku akan mendapatkan perlakuan yang lebih buruk dari sekarang, dan aku mungkin menyesali tindakanku ini di masa depan yang akan datang. Namun, aku tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan besar dimana aku bisa melihatnya berada di bawahku. Untuk sekali saja, aku ingin melihatnya dari atas dan tersenyum lebar.
"Aku mengerti. Jadi, itu maumu."
Alex yang telah berada tepat di depanku, mulai menurunkan pandangan dan tubuhnya. Melipat kakinya dengan kedua tangannya yang bertumpu di atasnya. Dia menggigit bibirnya dan mulai menatapku dengan mata yang penuh dengan perasaan marah dan kegelapan yang hampir membuatku bergerak mundur, namun dia terlihat mencoba menahan gairah dominasinya dengan sekuat tenaga.
Dia cukup baik dalam menahan diri.
"Benar-benar pemandangan yang bagus. Bukankah kau juga berpikir begitu, Alex?"
"...."
"Kau memilih untuk diam, hm."
Aku sebenarnya merasa aneh dan curiga dengan sikapnya yang tiba-tiba begitu patuh. Walau aku tahu jika dia begitu tidak suka direndahkan oleh Para Pendamping lain. Tapi, melihatnya yang tidak memberikan perlawanan yang cukup sengit untuk melawanku, benar-benar membuatku tidak bisa tenang.
Dia ini Alex! Bajingan yang bernama Alex, orang yang selalu menatap orang lain dengan tatapan yang merendahkan dan tak peduli dengan perasaan orang lain, dan hanya melakukan apapun yang dia suka!
Orang seperti dia, sekarang berlutut di depanku dan tak mengatakan apapun?!
'Perasaan aneh apa ini?'
Aku tidak bisa berhenti berpikir, jika bajingan ini mungkin diam-diam sedang merencanakan sesuatu yang sudah pasti bukan berita baik untukku.
Namun ...
"Hah? Alex?"
Apa yang dilakukan Alex segera merubah beberapa hal tentang bagaimana aku melihatnya sekarang.
"Aku minta maaf ... karena sudah menertawakanmu sebelumnya. Kurasa aku bertindak terlalu jauh, dan seharusnya menghargai usahamu saat membuka pintu bodoh itu. Ini adalah hukumanku karena bertindak terlalu kekanak-kanakan, aku harap kau bisa memaafkanku, Lorrian. Ah, dan jangan khawatir, aku akan memberikan informasi yang kau inginkan, jadi-"
"HEI HEI! APA KAU BENAR-BENAR ALEX?!"
Aku segera mencengkeram kuat kedua bahunya dan berteriak panik.
Di saat aku melihat kedua matanya, di situlah aku segera menyadari. Jika