Chereads / Re:Fight Mitavia Battleground / Chapter 1 - Chapter 01 - Prolog

Re:Fight Mitavia Battleground

🇮🇩Vanella_
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 01 - Prolog

***

--- Tahun langit 1001 merupakan titik awal bangkitnya beberapa pecahan Aster Land dan munculnya kekuatan aneh yang disebut Artificial Magia. Dimana kekuatan itu muncul diantara garis takdir utama kehidupan. Yaitu Malaikat, Dewa, Iblis dan Manusia ---

Mungkin seperti itulah terjemahan dari Platina Artefak. Sepotong Artefak yang kabarnya berada di suatu tempat di belahan langit itu, pernah menjadi saksi hilangnya beberapa Aster Land di masa lalu. Selain Platina Artefak, masih ada tiga potongan Artefak lain yang keberadaannya masih tersembunyi.

Green Earther, nama lain dari Bumi. Salah satu dari Aster Land yang hampir menghilang itu masih ada dan menyimpan cerita sejarah masa lalu yang cukup panjang. Dan kini, titik awal dari kehidupan di masa lalu itu telah berada di puncak peradaban yang bernama masa depan.

*Aster Land : Bintang kehidupan atau nama lain dari planet yang masih terdapat sisa-sisa kehidupan.

*Artificial Magia : Kemampuan khusus yang tercipta karena campur tangan dari para makhluk Metafisik.

*Artefak : Lempengan kuno yang di permukaannya terdapat ukiran simbol dan pola aneh.

***

~ Kota Elite Nagoya, Jepang ~

Sebuah kursi khusus bernama Hovering Boards itu perlahan melayang di udara, setelah seorang anak rambut merah bernama Arashi menyentuhnya. Lalu seorang Wanita berambut biru muda yang duduk disebelahnya itu memberinya sepotong makanan kecil, dan Arashi langsung melahapnya.

"Wah … makanan ini enak sekali," ungkap Arashi. Lalu Wanita di sebelahnya itu mengusap sedikit makanan yang menempel di pipi kiri Arashi.

"Itu namanya Gudeg. Salah satu makanan dari Indonesia," ungkap Wanita itu.

"Indonesia? Bukankah itu tempat kelahiran Ayah?"

"Benar sekali. Tapi setelah itu Ayah pindah ke Jepang, dan di kota Elite inilah Ayah tinggal,"

"Lalu, apa aku bisa bertemu Ayah?"

"Tentu saja. Sekarang habiskan makananmu terlebih dahulu. Lalu setelah ini, kita pergi ke tempat Ayah berada." Balas Wanita itu sambil mengusap rambut Arashi dengan lembut.

Lalu Wanita itu melihat jauh ke arah sebuah gedung tinggi yang ada di belakang deretan pertokoan di seberang jalanan pusat kota.

*Hovering Boards : Papan melayang. Namun maksud disini adalah kursi khusus dengan model Single atau Multy Seat yang di bawahnya terdapat sebuah tabung. Lalu tabung itu menyerap Image dari pengguna sebagai pengganti sumber daya gerak. Dan tabung itulah yang membuat kursi menjadi melayang dengan tinggi jarak gravitasi dari sisi bawah kursi ke permukaan sekitar satu meter.

*Image : Bentuk energi dasar yang muncul dari dalam jiwa hidup seseorang dengan warna putih.

***

~ Pusat Kota Nagoya ~

Sementara itu di tempat penyeberangan khusus di pusat kota, suara dari salah satu fasilitas khusus bernama Eskalatrail yang melaju pelan itu, tengah membawa beberapa pengguna fasilitas dari satu sisi penyeberangan ke sisi penyeberangan lain. Dimana di kedua sisi penyeberangan itu, sudah banyak orang yang tengah mengantri sambil mempersiapkan Line Card.

Selain antrian dari para pengguna Eskalatrail, juga terdapat beberapa pengguna Flying Shoes yang tengah melintas di atas jalur Eskalatrail. Suara tekanan Image yang keluar dari bawah Flying Shoes itu saling bersahutan dengan pengguna lain yang terbang dengan berbagai kecepatan dan ketinggian.

Lalu dari sisi para penghuni yang tinggal di Green Earther, banyak dari mereka yang lahir dari berbagai garis keturunan. Yaitu garis Malaikat, Iblis, Dewa Dewi, Manusia dan garis persilangan antar keturunan itu. Meski berbeda garis, mereka tetap hidup dengan damai dan saling menghormati.

*Eskalatrail : Alat atau fasilitas umum yang dibuat khusus pada jalur penyeberangan Horizontal dengan terdapat beberapa tabung Image di bawahnya. Dimana para pengguna fasilitas itu bisa duduk dan bersantai saat menyeberang.

*Line Card : Kartu khusus yang dapat digunakan untuk mengakses beberapa fasilitas tertentu.

*Flying Shoes : Sepatu khusus yang dapat digunakan untuk terbang yang di bawahnya terdapat beberapa tabung Image. Dimana secara khusus terdapat jalur atau kabel paralel untuk melepaskan Image dan membuangnya menjadi daya dorong. Sepatu ini dapat menempuh jarak terbang yang sangat tinggi dan sangat cepat. Namun, jarak tinggi dan kecepatan itu tergantung pada seberapa besar daya Image yang diberikan oleh penggunanya.

***

~ Nagoya Science Museum ~

Arashi dan seorang Wanita rambut biru muda tengah berada di dalam museum bernama Nagoya Science Museum. Sebuah museum ruang angkasa yang memiliki ruang atau gedung dengan atap berbentuk kubah besar setengah lingkaran. Dimana ruangan itu sebelumnya digunakan untuk memperagakan simulasi susunan bintang dan benda-benda langit yang bernama Planetarium.

Tak lama, mereka berhenti di salah satu ruang media edukasi terbuka untuk keluarga yang bernama Family Hours. Lalu Arashi melihat beberapa layar besar utama, dan salah satu layar tengah memperlihatkan sebuah pusat pelabuhan luar angkasa atau Kosmodrom. Namun perhatian Arashi tertuju pada layar di bagian kanan, dimana layar itu tengah memperlihatkan sebuah Land.

"Wah … tempat itu besar sekali," tunjuk Arashi pada layar itu.

"Itu adalah Mitavia, atau pusat dari dunia langit yang berada di tengah lingkaran gravitasi,"

"Mitavia?"

"Iya. Dan di sana juga ada sebuah arena pertandingan yang sangat besar bernama Battleground,"

"Apa aku boleh pergi ke arena pertandingan itu?"

"Tentu saja boleh,"

"Lalu, dimana Ayah?" Tanya Arashi tiba-tiba.

Dan seketika, pertanyaan Arashi itu membuatnya merasa gugup, khawatir, dan bahkan terasa berat hanya untuk sekedar menjawabnya. Lalu dia jongkok dan menyentuh kedua pundak Arashi sambil melihatnya dengan penuh harap.

"Maaf Arashi, sepertinya Ayah sedang tidak ada di sini. Bagaimana kalau sekarang kita pulang?"

"Baiklah, tapi setelah ini aku ingin makan Okonomiyaki yang banyak ..." Balas Arashi dengan ceria. Wanita itu membalasnya dengan mengangguk pelan, lalu mengajak Arashi meninggalkan ruang Family Hours.

Dan di waktu yang sama, sebuah pintu di ruang Planetarium tiba-tiba terbuka lalu muncul seorang laki-laki berpakaian Tuxedo hitam. Dengan rambut warna merah gelap yang sedikit berantakan itu, dia perlahan menyandarkan pundaknya di sebelah pintu yang sudah kembali menutup.

Tak lama, dari balik kacamata hitamnya itu dia melihat dua pasang langkah kaki berjalan melewati pintu keluar.

.... Maaf sayang, aku belum bisa menemui kalian. Tapi aku sangat berterima kasih atas kunjungannya ….

Tak lama pintu itu kembali terbuka, lalu muncul seorang laki-laki berambut abu-abu dengan setelan Tuxedo hitam. Dia sedikit kaget melihat orang yang sangat dia hormati itu masih bersandar di sebelah pintu. Dia melihat wajah itu, meski hanya dari samping, tetap saja dia masih merasakan adanya tekanan dari kekuatannya.

Lalu perasaan itu membuatnya teringat akan salah satu agenda kerja untuk bertemu seseorang. Dia langsung menyentuh bahu kanan orang itu hingga membuatnya menoleh pelan.

"Noera, apa kau sudah mengambil salinan Littafin?"

"Sudah Tuan,"

"Terima kasih Noera. Kalau begitu ayo kembali ke Mitavia,"

"Baik Tuan ..." Balas Noera.

***

~ Family Hours ~

Sementara itu di dekat salah satu Screen View, ada seorang anak rambut kuning tengah duduk di sebelah gadis kecil. Karena anak rambut kuning itu terlihat malas, membuat gadis kecil di sebelahnya itu gugup.

"M-Maaf Tuan, apa tidak ada sesuatu yang kau inginkan?" Tanya Gadis kecil itu.

"Aku hanya ingin cepat pulang," balasnya pelan.

Gadis kecil itu hanya diam dan masih merasa gugup karena belum terbiasa dengan dunia luar.

"Hey bocah malas, apa kau tertarik dengan Battleground?" Tanya Wiera, Ayah dari Anak rambut kuning.

"Tidak,"

"Hah ... sayang sekali, kekuatan besarmu tidak berguna sama sekali," ucap Wiera dengan sedikit kecewa.

"Sayang, bukankah kau kenal dengan pemilik tempat ini?" Tanya Chelsie, Ibu dari Anak rambut kuning.

"Tentu saja, bahkan lebih dari sekedar kenal. Tapi Pria Tua maniak benda langit itu baru saja pergi ..." Balas Wiera.

Wiera Beltescare merupakan salah satu pejuang yang ikut berperang melawan Bangsa Alnest di masa lalu. Namun nama Wiera tidak muncul di daftar pejuang, karena dia memang tidak menginginkannya. Bersama dengan Akarui dan delapan pejuang yang tersisa, mereka membuat sebuah rencana untuk melindungi Mitavia.

Mengingat meski saat itu Bangsa Alnest sudah kalah, tidak menutup kemungkin mereka hanya akan diam saja tanpa balas dendam. Dengan bantuan kekuatan dari para Metafisik, rencana itu berhasil di bentuk dan diberi nama 'RE:FIGHT'.

*Screen View : Layar tampilan umum digital yang memiliki berbagai ukuran. Dimana dapat menampilkan berbagai informasi dan kejadian di Aster Land. Namun untuk beberapa informasi masih dibatasi karena alasan tertentu.

***