Chereads / Re:Fight Mitavia Battleground / Chapter 4 - Chapter 04 - Rival Satu Tujuan

Chapter 4 - Chapter 04 - Rival Satu Tujuan

***

~ Lorong Kantin ~

Arashi berjalan sendirian ke arah kantin, namun di tengah perjalanan dia melihat seorang Player rambut kuning yang berasal dari kelas lain.

.... Sepertinya dia mau pergi ke kantin. Mungkin aku bisa meminjam sedikit Diamond darinya ....

Arashi lalu mengikutinya diam-diam. Namun tak lama dari arah lorong lain, ada tiga orang Player dari kelas lain yang juga tengah mengikuti Player rambut kuning itu.

"Hey kau, berhenti!" Seru Player bernama Laurie pada Player rambut kuning itu.

"Kenapa kalian lagi? Apa kalian ingin menggangguku lagi?"

"Kalau tidak mau kita rampas, cepat berikan Diamond-mu," sahut Laurie.

"Aku tidak akan memberikannya pada sampah sepertimu,"

"Apa kau bilang?! Hey kalian! Cepat pegang dia! Aku akan memberinya sedikit pelajaran!" Perintah Laurie.

Player bernama Dilaz dan Infan langsung menahan Player rambut kuning itu dengan erat. Lalu Laurie mengepalkan telapak tangan kanannya di depan Player rambut kuning itu dan bersiap untuk memukul.

Namun tiba-tiba Arashi lewat di lorong itu dan tak sengaja melihat ke arah mereka.

"Ah, aku tidak melihat apapun," ucap Arashi.

Karena tidak ingin ikut terlibat dalam masalah mereka, Arashi segera berbalik arah untuk pergi dari lorong itu.

"Hey! Mau kemana kau?!" Cegah Laurie.

"Aku?" Tanya Arashi.

"Siapa lagi, bodoh?! Berikan Diamond milikmu!"

"Maaf, aku tidak punya."

Begitu mendengar jawaban Arashi, Laurie menjadi semakin kesal. Dia pun menghampiri Arashi lalu mencengkram kerah baju seragam Akademi Arashi dengan geram.

"Apa kau mau ku hajar?" Ancam Laurie.

"Wah, itu pasti sakit. Jadi aku tidak mau," balas Arashi dengan meledek.

"Kau membuatku kesal, sialan!" Seru Laurie, dan langsung melayangkan pukulan ke arah pipi kiri Arashi.

Karena Arashi tidak berniat untuk menghindar, diapun membiarkan terkena pukulan itu hingga membuatnya terjatuh.

"Hentikan! Dia tidak ada hubungannya dengan ini!" cegah Player rambut kuning itu. Dan seketika muncul serpihan Image dasar putih dari kedua telapak tangan rambut kuning.

"Wah, kau punya nyali juga," sahut Laurie.

"Lawan aku! Dan biarkan dia pergi!" Cegah Player rambut kuning itu.

"Hahaha, menarik sekali. Kalau begitu, ayo kita lihat seberapa kuat Image mu itu ..." Balas Laurie. Dia lalu menjauh dari Arashi dan menerima tantangan itu.

Mereka tengah bersiap-siap dengan Skill masing-masing. Dan tanpa melihat keadaan di sekitar mereka pun bertarung.

Raven Counter --- Laurie melompat dan langsung menyerang Player rambut kuning itu.

Wreak Spencer --- Player rambut kuning itu menggunakan senjata dari dalam File Box untuk menahan serangannya.

Kedua serangan itu saling bertemu hingga menyebabkan gelombang kejut. Akibat efek dari serangan itu, membuat beberapa material dan beberapa kerusakan kecil pada bangunan di sekitarnya. Meski ada kerusakan, tidak membuat mereka berhenti dari pertarungan. Dan mereka kembali bertarung dengan Skill yang berbeda.

Arashi yang tak lagi menahan kesal itu perlahan berdiri untuk mempersiapkan sebuah Skill. Dan dengan cepat Arashi menahan kedua serangan itu. Karena Arashi mampu mengontrol Skill itu, dia mampu menghentikan serangan mereka, dan hanya membuat Player rambut kuning yang terpental.

.... Apa yang terjadi? Kenapa seranganku berhenti ....

"Kau membuatku kesal, rambut brokoli." sahut Arashi yang tiba-tiba sudah mencengkeram genggaman tangan kanan Laurie.

.... Sialan, Player rambut merah ini kenapa kuat sekali. Aku tidak bisa bergerak. Apa yang sebenarnya terjadi? Akh, ada apa dengan tatapan kedua matanya itu ....

Savellian Shock --- Tak lama dari sela-sela jari tangan kanan Arashi keluar sebuah Image dasar putih.

Image itu kemudian berubah menjadi bentuk seperti tali dan melilit pada lengan kanan Laurie hingga masuk ke seluruh tubuh. Lalu lilitan itu masuk ke dalam jiwa Laurie dan menekan Image yang ada di dalamnya.

Tak lama kemudian, Laurie langsung tak sadarkan diri dan jatuh tengkurap. Arashi segera menetralkan kembali Image-nya.

"Hey, cepat bawa dia pergi dan lupakan kejadian hari ini," ucap Arashi.

"B-Baik!" Sahut Dilaz dan Infan bersamaan.

Lalu mereka segera membopong Laurie dan membawanya pergi dari lorong itu. Dan Player rambut kuning yang berdiri di belakang Arashi itu menghampirinya.

"Kenapa kau tidak pergi?"

"Tentu saja tidak. Karena aku juga ingin membantumu," balas Arashi dengan santai.

"Tidak perlu repot-repot membantuku, orang aneh,"

"Hahaha, namaku Arashi. Kita berada di Line Asrama yang sama dan kamarku ada di sebelahmu. Ah, aku dari kelas Line A tingkat dua. Lalu, apa mereka tadi itu teman satu kelasmu?" Jelas Arashi.

"Tentu saja bukan! Namaku Wildan, kelasku di Line C tingkat dua juga. Dan sepertinya hari ini aku harus ke kantin denganmu," balas Wildan sambil berjalan ke arah kantin.

"Yah, karena aku sudah membantumu, jadi kau harus mentraktirku makan. Dan kebetulan aku juga tidak membawa kartu Diamond, jadi aku ingin makan sesuatu. Ah, sepertinya Nasi Padang enak, atau Okonomiyaki juga enak. Hahaha, karena aku hanya ditraktir jadi aku akan makan apa saja yang kau belikan," ujar Arashi sambil berjalan mengikutinya.

.... Hah, dia berisik sekali ....

"Hahaha, maaf kalau aku berisik," ucap Arashi.

"Yah, kau memang berisik,"

"Ah, terima kasih ..."

*Line : Garis/batas yang membedakan antar tempat.

***

~ Greenville ~

Di jam istirahat terakhir, Arashi tengah duduk di salah satu ayunan pohon kehidupan. Karena saat dia pergi ke kelas Wildan, dia tidak menemukannya. Tak lama, Masteach Xeea tiba-tiba muncul dari sisi Greeneville lalu menghampirinya.

"Arashi, apa kau sudah menyempurnakan segel Avatar-mu?"

"Ah, Masteach. Aku sudah menyempurnakannya. Dan aku juga merasa lebih baik setelah latihan pengendalian segel kemarin,"

"Aku senang mendengarnya. Dan jika mengingat Avatar yang kau pilih itu masih dalam bentuk bayangan, jadi kau harus lebih hati-hati dengan efek yang akan terjadi jika segel itu terbuka,"

"Baik Masteach, aku akan lebih berhati-hati ..."

***

~ Kelas Line C Tingkat Dua ~

Beberapa hari telah berlalu setelah ujian segel-menyegel Avatar. Di jam istirahat pertama, Arashi pergi ke kelas Wildan karena ada yang ingin dia lakukan. Tak lama, Wildan keluar dari pintu kelas itu dan sedikit kaget melihat Arashi sudah berdiri di sebelah pintu kelasnya.

"Kenapa kau disini?"

"Yooo, rambut jagung,"

"Namaku Wildan. Lalu apa yang kau lakukan disini? Apa kau mencari seseorang?"

"Oh, aku sedang mencarimu. Aku ingin meminjam kartu 100 Diamond dan nanti akan ku kembalikan. Apa kau punya?" Pinta Arashi.

Karena rasa terima kasih yang dirasa Wildan belum cukup, dia langung membuka File Box untuk mengambil salah satu kartu Diamond.

"Ini ambillah. Dan kalau kau ada perlu lagi cari saja aku,"

"Wah, terima kasih. Kalau begitu, aku duluan ..." Pamit Arashi, dan langsung pergi ke arah lorong utama.

Melihat Arashi yang semakin jauh dari pandangannya itu, membuatnya teringat akan salah satu teman yang kini berada di Akademi pelatihan lain.

.... Dia tidak buruk juga. Sepertinya dia bisa aku jadikan teman. Tapi kalau dia tahu siapa aku, apa dia akan menggangguku? Bahkan mungkin saja memanfaatkanku seperti yang lainnya ....

Wildan lalu membuka File Box-nya untuk memastikan sisa kartu Diamond yang akan dia gunakan untuk membeli sebuah buku.

.... Aku masih punya cukup kartu Diamond. Eh, tunggu. Kenapa hanya sisa kartu 100 Diamond? Kemana kartu 1000 Diamond ku sebelumnya ....

***

~ Kelas Line A Tingkat Dua ~

Sementara itu, Arashi bertemu dengan beberapa teman Player satu kelasnya yang sedang mempelajari sebuah Skill.

"Kalian sedang apa?" Tanya Arashi.

"Eh, Arashi. Bukankah hari ini kau ada jadwal latihan tambahan dengan Masteach Xeea?" Balas Erio.

"Tentu saja. Aku akan berlatih setelah menyelesaikan urusanku,"

"Rambut merah sialan! Kembalikan kartu Diamond ku!" Seru Wildan dari kejauhan.

"Apa kau mencuri?" Tanya Viere.

"Aku tidak mencuri," balas Arashi.

"Tapi, sepertinya dia marah denganmu," sahut Reizu.

"Kalau begitu aku harus pergi." Balas Arashi, dan langsung berlari ke lorong tanpa memperdulikan Wildan.

"Hey! Jangan kabur kau sialan!" Seru Wildan sambil mengejar Arashi.

***

~ Kantin Akademi ~

.... Sial, lariku yang lambat apa dia yang terlalu cepat ....

Wildan perlahan mengatur nafas, lalu melihat ke dalam kantin dan menemukan Arashi tengah berbicara sesuatu dengan salah satu Ketua.

"Ketua Lefina. Maaf sekali, baru hari ini aku bisa melunasi semua hutang makananku," ucap Arashi sambil menikmati beberapa tusuk Okonomiyaki.

Namun Lefina kaget dengan semua hutang yang tidak dia ketahui itu. Dia juga bingung karena dia tahu siapa sebenarnya Arashi dan bagaimana dia bisa memiliki hutang.

Setelah cukup berfikir, akhirnya dia tahu jika hutang itu ada hubungannya dengan Luna.

"Ah, Arashi. Kau tidak perlu memikirkan hutangmu. Jadi makan saja disini dengan cukup dan jangan memikirkan tagihannya,"

"Tapi tetap saja, masakan Ketua mesum ini memang paling enak dan tentunya tidak gratis. Jadi aku harus membayarnya,"

"Baiklah, kau boleh membayarnya. Tapi lain kali, jangan sungkan untuk makan disini," pesan Lefina.

"Terima kasih Ketua. Ini ada kartu Diamond, dan jika ada sisa tolong simpan saja untuk Ketua ...." Balas Arashi sambil memberikan kartu Diamond.

Tanpa melihat angka nominalnya, dia langsung pamit dan bergegas keluar dari kantin melalui pintu kedua.

Wildan yang masih berdiri di sebelah pintu pertama itu, merasa penasaran dengan apa yang baru saja mereka bicarakan. Setelah Arashi menghilang, dia langsung menghampiri Ketua itu untuk mencari tahu apa yang dilakukan Arashi.

***

~ Lorong Lantai Dua ~

Setelah dari kantin, Arashi berjalan di lorong menuju taman kecil di belakang Akademi dan hampir sampai di dekat Bordes Lift. Namun saat dia sampai di samping pagar pembatas, tiba-tiba dia mendengar sebuah gelombang perantara suara.

--- Hey bocah kurang ajar, temui aku di ruangan kedap Image setelah jam pelatihan terakhir selesai ---

Suara yang terdengar sedikit berat itu langsung menghilang bersama hembusan angin yang muncul dari arah salah satu pohon kehidupan.

.... Suara aneh barusan seperti berbicara denganku. Tapi dari mana suaranya? Yah, aku juga tidak peduli dari siapa suara itu berasal ....

Tanpa memperdulikan suara itu, dia pergi ke sebuah ruang terbuka di dekat pohon kehidupan untuk berbaring di salah satu ayunan.

Sementara itu di lorong menuju taman, Wildan tengah berjalan ke arah Bordes Lift. Begitu sampai di dekat taman, dia melihat Arashi tengah berbaring di salah satu ayunan. Lalu dia mengubah langkahnya dan menghampiri Arashi.

"Kau tidak ada latihan khusus?" Tanya Wildan tiba-tiba.

Begitu mendengar suara itu, Arashi langsung bangun dan duduk dengan santai.

"Sebelumnya ada, tapi aku terlambat karena ada urusan yang harus aku selesaikan,"

"Lebih tepatnya urusan hutang makanan,"

"Sialan! Jadi kau tadi benar-benar mengikutiku?!"

"Aku tidak tahu kalau kau akan pergi ke kantin. Lagipula, kenapa kau tidak bilang soal hutang itu padaku dari awal?"

"Aku hanya tidak ingin melibatkanmu dalam urusan hutang makananku ..." Jelas Arashi.

Namun tak lama, seseorang muncul dari balik Bordes Lift dan berjalan ke arah mereka tanpa mereka sadari.

"Ternyata suara ribut ini berasal dari kalian berdua," sela Gairan.

"Tuan Gairan, selamat siang," sapa Wildan.

"Oh, Wildan, selamat siang," balas Gairan.

"Hey, kenapa kau memanggil Pak Tua ini dengan panggilan Tuan?" Bisik Arashi pada Wildan.

"Apa kau tidak tahu, siapa Tuan Gairan ini?"

"Yang aku tahu, dia hanyalah Pak Tua yang suka datang secara tiba-tiba tanpa di undang seperti ini,"

"Aku bisa mendengarmu bocah sialan. Dan kenapa kau masih disini? Apa kau tidak mendengarkan pesan perantaraku sebelumnya?" Sahut Gairan.

Wildan yang mengerti situasi antara Arashi dan Gairan, dia lalu turun dari ayunan untuk pamit pergi.

"Jadi, suara aneh tadi itu memang untukku?" Tanya Arashi.

"Tentu saja. Cepat ikut aku ke ruangan kedap Image,"

"Eh, ruangan kedap Image?"

"Kau takut?"

"Tentu saja tidak. Justru aku malah takut dengan Pak Tua sepertimu," sahut Arashi. Lalu Gairan berbalik ke arah dan langsung memukul kepala Arashi.

"Cepatlah sebelum mereka kembali, bocah sialan!" Ajak Gairan sambil berjalan ke arah lorong yang menuju ke ruang tengah.

.... Kepalaku tidak benjol kan? Tapi siapa yang dia maksud dengan 'mereka'? Apa 'mereka' ini ada hubungannya dengan Pak Tua dan aku ....

Arashi mengelus pelan bagian kepala yang di pukul itu sambil mengikutinya dari belakang.

***

~ Asrama Harajuku ~

Hatsumaru Elisa, seorang Magistratus tingkat ketiga tengah duduk santai di ruang tengah Asrama. Tak lama, dari pintu belakang lantai bawah, Luna masuk dan kaget melihat Elisa ada di tempat itu. Dia lalu menghampiri Elisa dan berdiri di sebelahnya.

"Wah, gadis mesum. Apa yang kau lakukan di sini?"

"Uhhh, kau lagi. aku kebetulan ada tugas untuk mengantar dua Elvish ke Akademi. Dan kau, jangan memanggilku mesum kalau kau sendiri orang yang lebih mesum,"

"Hahaha, lalu bagaimana hubunganmu dengan si rambut abu-abu?"

"Yah, seperti yang kau lihat. Aku dan dia baik-baik saja," balas Elisa.

Mendengar jawaban itu, Luna tiba-tiba ingin menjahilinya.

"Hey, apa kalian sudah melakukannya untuk hari ini?"

"Ukh," Elisa langsung kaget dengan maksud dari pertanyaan itu.

Dia bingung untuk menjawabnya dengan apa. Lalu dia ingat akan cerita masa lalu Luna.

"Yah, aku tidak perlu menjawab pertanyaan dari seseorang yang pernah gagal dalam urusan asmara sepertimu," balas Elisa dengan meledek.

Luna yang mendengar jawaban itu, tiba-tiba membuatnya semakin ingin menjahilinya. Tanpa Elisa sadari, Luna mendekatinya dari belakang. Luna langsung meremas sepasang buah dada di balik pakaian Furisode Elisa itu.

"H-Hey, hentikan!"

"Maaf, maaf. Aku hanya merasa gemas dengan buah dada kecilmu ini,"

"Dasar wanita mesum kurang ajar!" Sahut Elisa sambil merapi kan kembali pakaian Furisode-nya.

***

~ Ruang Kedap Image, Bawah Tanah Akademi ~

"Apa kau sudah siap Arashi?" Tanya Lilian.

Arashi hanya mengangguk pelan sambil melihat ke arah salah satu senjata di dalam ruangan itu.

Di atas senjata itu ada salah satu bayangan binatang suci. Dan tak lama, bayangan binatang suci itu menghilang dengan meninggalkan sebuah sayap hitam. Lalu, Lilian dan Yulia mengajaknya masuk ke dalam ruangan itu.

Arashi tiba-tiba merasakan sebuah tekanan Image dari senjata itu. Namun Arashi mampu menahan tekanan itu hingga membuat bayangan Iblis muncul di dekat senjata itu.

"Yulia? Lilian? Apa bocah ini, yang akan menyimpan wadah dari jiwaku?" Tanya bayangan Iblis dengan suara berat itu.

"Benar. Meskipun tabung jiwanya belum sampai bentuk sempurna, tapi tingkat kecocokan sudah melebihi batas wajar. Mungkin hanya 0,1 persen yang memiliki tingkat kecocokan seperti itu," jelas Yulia.

"Hey makhluk gaib. Entah kenapa, kau sangat mirip dengan bayangan Avatar yang saat itu aku pilih di Zero Archives ..." Sela Arashi tiba-tiba.

Mendengar pernyataan Arashi yang sedikit mengesalkan, bayangan Iblis itu mencoba menyerangnya. Namun tidak terjadi apa-apa dengan Arashi dan hanya membuatnya heran.

"Arashi, apa kau bisa mengambil senjata itu dengan tangan kosong?" Tunjuk Lilian pada senjata pedang yang berwarna hitam dengan beberapa garis warna merah yang menyala terang itu.

Tanpa menunggu lama, Arashi langsung mendekati pedang itu. Semakin dia mendekatinya, cahaya merah pada pedang itu semakin terang. Lilian, Yulia dan bayangan Iblis yang melihatnya pun kaget dengan pancaran kekuatan yang keluar dari pedang itu.

Lalu tiba-tiba Littafin yang di bawa Lilian menyala putih terang. Dan tak lama, tekanan Image pada senjata itu melemah dengan semakin terangnya cahaya merah itu.

Arashi perlahan menyentuh pedang itu dengan kedua tangannya hingga membuat bayangan Iblis sebelumnya perlahan menghilang.

Lalu tiba-tiba Arashi masuk ke dalam sebuah ruangan aneh yang cukup gelap, dan tak lama bayangan Iblis itu muncul tepat di depan Arashi.

"Loh, bukankah kau makhluk gaib yang tadi? Aku ada dimana? Kenapa tempat ini gelap? Lalu dimana kedua wanita cantik tadi itu?"

"Kau berada di dalam ruangan jiwa. Aku adalah wujud kekuatan dari garis Iblis di masa lalu, bukan makhluk gaib. Dan dua wanita tadi itu, mereka adalah Elvish atau peri suci," jelas bayangan Iblis itu.

"Lalu apa yang harus aku lakukan di tempat seperti ini?"

"Aku hanya ingin memastikan. Apa kau sungguh-sungguh ingin membangkitkanku?"

"Hey, aku tidak pernah bilang ingin membangkitkanmu. Lagipula aku tidak tertarik dengan makhluk gaib sepertimu,"

"Kurang ajar! Beraninya kau memanggilku makhluk gaib!"

"Kau memang makhluk gaib, jadi terima saja,"

"Bocah sialan! Jangan harap aku akan memberikan kekuatanku pada bocah sepertimu,"

"Baiklah, semoga kau menemukan orang lain yang cocok denganmu,"

"H-Hey tunggu dulu! Aku hanya bercanda denganmu! Kalau kau bersedia, aku akan mengikat janji denganmu. Dan aku akan memberikan semua kekuatanku untukmu. Bahkan kemampuan Awaken ku akan ku turunkan untukmu,"

"Hmmm, kalau begitu ayo lakukan,"

"Baiklah. Sekarang kau bersiap lah, karena setelah ini kau akan mengalami tekanan yang sedikit berbeda dari sebelumnya ..."

Tak lama bayangan Iblis itu menghilang dan Arashi keluar dari ruangan jiwa. Begitu melihat pedang yang disentuh mulai meredup, Lilian dan Yulia langsung menggabungkan dua pola aneh. Setelah pola itu menyatu, pola itu kemudian menghilang.

Tak lama, dari senjata pedang itu muncul Image warna hitam dan masuk ke dalam jiwa Arashi.

"Aaakkkhhh!" Teriak Arashi tiba-tiba.

Karena tekanan Image hitam yang mencoba masuk ke dalam tabung jiwanya itu sangat kuat, membuat Arashi tak sadarkan diri. Dan tak lama, Image hitam itu berubah menjadi serpihan Image kecil yang berada di tengah-tengah Image putihnya.

"Aku tidak menyangka, anak itu memiliki jiwa dari garis Iblis pertama," ungkap Lilian kagum.

"Yah, semoga anak itu baik-baik saja ..." Sahut Yulia.

Arashi tiba-tiba tersadar bersamaan dengan hilangnya bayangan Iblis dan juga hilangnya cahaya dari pedang itu. Lalu Arashi mencoba mencabut pedang itu dan menggenggam gagang pedang itu dengan erat.

"Anu, apa yang harus aku lakukan dengan pedang ini?"

"Karena pedang dan bayangan Iblis itu sudah menyatu dengan jiwamu. Jadi, kaulah tuan dari pedang bernama Dyavola itu," jelas Lilian.

"Lalu, dimana makhluk gaib aneh sebelumnya?"

"Oh, bayangan yang kau lihat sebelumnya telah berubah menjadi bayangan Avatar, dan berhasil menyatu bersama dengan segel Avatar yang di dalam tabung jiwamu. Meski belum sempurna, tapi kau berhasil membangkitkannya dengan sangat baik ..." Imbuh Yulia.

Setelah mendengar penjelasan itu, Arashi segera menyimpan pedang itu di dalam File Box dan menyegelnya.

Lalu mereka keluar dari ruangan kedap Image itu sambil diikuti oleh suatu bayangan lain yang terbang di belakang Arashi. Kedua Elvish mengetahui bayangan yang sedang mengikuti Arashi itu adalah sayap hitam yang merupakan bentuk segel bayangan dari salah satu binatang suci.

Karena bayangan itu telah memilih Arashi sebagai tuanya, kedua Elvish membiarkan bayangan itu menjadi milik Arashi.

Setelah melewati pintu pola dari ruangan, sayap hitam itu langsung tersimpan di dalam File Box bersama dengan pedang yang bernama Dyavola itu.

.... Entah kenapa, aku merasa tadi ada sesuatu yang mengikutiku. Tapi selama itu tidak mengganggu, aku biarkan saja ....

Lalu Arashi berpamitan pada kedua Elvish itu untuk mencari keberadaan Gairan.

Saat Arashi sampai di sebuah lorong, dia lalu membuka sebuah pesan masuk di Notif Box beberapa saat yang lalu.

"New Equipment Succesfully Received"

Statistic New Equipment

Name : Dyavola Blade

Level Up : ???

Power Up : ??? dmg

Heritage : Ex Demon

***

~ Greeneville ~

Setelah mendapatkan pengumuman hasil dari ujian seleksi dan undangan resmi dari para Magistratus, Arashi semakin giat berlatih tanpa menggunakan Avatar-nya meski Avatar yang sekarang berbeda dengan sebelumnya. Dan selama latihan, Wildan selalu menemaninya meski dia sendiri juga jarang ikut berlatih bersama Arashi.

Setelah Arashi merasa lelah karena berlatih, dia langsung berbaring di atas rumput sambil melihat jauh ke arah langit.

.... Ah, pasti menyenangkan ....

Arashi perlahan bangun lalu berdiri di bawah pohon kehidupan untuk melihat ke salah satu ranting besar.

"Hey, rambut jagung!" Seru Arashi.

"Kenapa? Kau ingin makan?"

"Tidak, aku hanya ingin memastikan. Apa kau benar-benar tidak ingin ikut Battle? Lalu bagaimana dengan impianmu untuk menjadi Elite Guardians itu?"

"Entahlah, aku rasa diriku yang sekarang masih belum cukup kuat,"

"Benarkah? Tapi kemarin aku melihatmu berlatih menggunakan Avatar dengan sangat serius," ungkap Arashi.

Begitu mendengarnya, Wildan langsung berdiri dan menunjuk ke arah Arashi dengan kesal.

"Haaa! Jadi kau yang kemarin mengambil undangan resmiku di ruang ganti?!"

"Eh, untuk apa aku mengambilnya. Aku bahkan tidak tahu, kalau kau juga mendapatkan undangan resmi itu,"

"Yah, apa boleh buat. Kalau begitu, ayo kita uji kembali hasil latihanmu," ajak Wildan sambil turun dari pohon kehidupan itu.

"Apa kau baru saja menantangku?"

"Aku hanya ingin mengujimu, sialan!" balas Wildan dan tanpa menunggu lama, dia langsung melepas segel tabung Imaginary.

Tokubetsuna Katachi > Kogane No Tenshi No Robu --- Tak lama, serpihan-serpihan Image warna putih keluar dari kedua telapak tangan Wildan dan berputar mengelilinginya.

Wildan berubah ke dalam bentuk Avatar. Lalu Image kuning berputar di sekitar Avatar-nya bersama dengan sebuah senjata tombak di tangan kanannya.

"Hey, ingat! Jika kau kalah lagi, kau harus traktir aku makanan yang lebih enak dari sebelumnya!" Seru Arashi sambil mempersiapkan sebuah Skill.

Karena sangat kesal dengan Arashi, Wildan menggenggam senjata tombak itu dia dengan erat dan langsung menyerang Arashi.

Tenshi No Yari --- Wildan melempar tombak itu dengan kuat ke arah Arashi.

***