***
~ Zero Archives ~
Awal pergantian musim akhirnya tiba dan upacara penyambutan para Player dari tiap Akademi yang diadakan di Altar terbuka telah selesai. Lalu di depan sebuah Stand Mix, salah satu perwakilan dari Masteach menyampaikan pesan penutup dan mengumumkan bahwa seluruh Akademi akan diliburkan beberapa hari.
Sorak kegirangan saling bersautan, bersama dengan kembalinya beberapa Player ke masing-masing Aircraft.
Di hari libur pergantian musim itu Arashi menggunakannya untuk kembali ke Green Earther dan bertemu Ibunya. Namun bagi seorang Wildan, kabar itu hanya membuatnya kesal.
Selama dalam perjalanan pulang menggunakan Aircraft, Arashi yang duduk di sebelah Wildan tidak begitu paham apa yang sedang Wildan pikirkan. Wildan yang harusnya kembali ke Red Marsking, justru malah ikut dengannya kembali ke Green Earther.
***
~ Graviline Green Earther ~
Garuda Aircraft berhenti di jalur Kosmodrom Graviline, lalu Wildan dan Arashi turun dari Aircraft dan disambut oleh beberapa Elite Unity. Tak lama setelah mereka melewati Graviline dan mendapatkan Wing Secrets, mereka langsung mengaktifkan Flying Shoes masing-masing lalu terbang menuju Land.
Arashi terbang di sebelah Wildan, lalu mengajaknya beradu kecepatan untuk sampai pertama ke kota Elite bernama Tokyo yang ada di Tenggara Green Earther.
*Graviline : Atau Gravity Line, merupakan sebuah nama dari pola garis pertahanan. berbentuk kubah. Pola pertahanan ini dibuat dari segel khusus untuk melindungi Land.
*Wings Secrets : Sepasang sayap khusus yang menempel pada seseorang yang memiliki fungsi sebagai penanda jika seseorang sedang berada di Land tertentu. Sayap ini tidak terlihat secara kasat mata, namun sayap ini akan terlihat jika terjadi suatu hal yang sangat membahayakan. Dimana sayap ini akan berwarna sesuai dengan warna wadah Image dari setiap jiwa seseorang.
***
~ Taman Kehidupan Green Earther ~
Arashi dan Wildan sampai di salah satu taman kehidupan yang cukup besar. Lalu mereka membuka File Box untuk mengganti seragam Akademi mereka dengan pakaian biasa.
"Hey, aku lapar. Apa kau ingin sesuatu?" Tanya Arashi.
"Terserah kau saja. Aku sedikit lelah, jadi aku akan istirahat disini,"
"Baiklah, waktunya berburu makanan ..." Ucap Arashi sambil berjalan ke arah pinggiran taman.
Wildan lalu melihat ke atas sebuah pohon kehidupan yang cukup besar dan langsung naik ke pohon itu untuk istirahat.
***
~ Graviline Green Earther ~
Sementara itu di Graviline, salah satu Elite Unity melihat sebuah Aircraft lain tengah mendarat di jalur Kosmodrom. Lalu dari pintu Aircraft itu, seseorang terbang mendekat ke arah Elite Unity dengan Flying Shoes. Orang itu adalah Vanya Dhea Chaterina, salah satu Putri dari kastil Agung di Ring Saturn, Saturnus. Dia juga seorang Player dan berasal dari Winter Akademi.
"Selamat datang Tuan Putri. Apa Anda hendak mengunjungi Green Earther?" Sambut Elite Unity.
"Tentu saja. Aku ingin mencoba salah satu makanan dan membawanya kembali ke Land-ku," balas Vanya sambil menonaktifkan Flying Shoes.
"Baik Tuan Putri ..." Balas Elite Unity itu.
Elite Unity itu langsung membuka kotak Wings Secret dan membuka segel kubah pelindung.
Lalu dari bawah Vanya, muncul sebuah bayangan Wings Secret.
Setelah mendapatkan Wings Secret, Vanya langsung mengaktifkan kembali Flying Shoes dan terbang melewati batas pelindung. Dia melesat bebas di langit yang sangat cerah itu menuju Land.
.... Sudah sekian lama aku tidak datang ke Land ini ....
Setelah cukup puas terbang bebas di langit itu, Vanya langsung mempersiapkan salah satu kemampuan khususnya.
Magic Maraintuvitum --- Lalu muncul sebuah putaran serpihan Image putih di depannya dan menjadi sebuah lingkaran dengan beberapa pola aneh yang cukup besar. Lalu dia merapal sebuah Skill bawaan dari kekuatan Avatar-nya itu untuk mencari keberadaan pohon kehidupan sebagai tujuannya.
Begitu menemukan pohon kehidupan dengan kadar Image yang cukup tinggi, dia langsung masuk ke dalam lingkaran dan menghilang bersama lingkaran cahaya itu.
***
~ Showa Memorial Park ~
Sementara itu di dalam taman kehidupan, Wildan sedang rebahan di atas batang pohon kehidupan yang cukup besar besar. Tiba-tiba terdengar suara dari arah bawah pohon itu hingga membuat Wildan tersadar. Lalu dia bangun dan melihat Vanya tengah kebingungan.
.... Gadis bertelinga panjang dan rambut biru? Aku kira si bodoh itu sudah kembali. Lalu, apa yang sedang dia lakukan disini? Apa dia juga berasal dari Green Earther? Tapi di Asrama, aku belum pernah melihatnya ....
Karena sedikit malas, Wildan tidak memperhatikan seragam Akademi Vanya.
"Apa kau tersesat?" Tanya Wildan.
"Hey, siapa yang tersesat? Cepat tunjukkan dirimu," sahut Vanya.
"Maaf, aku kira kau sedang tersesat," balas Wildan, sambil turun dari atas pohon lalu bersandar di pohon itu.
"Apa kau pemilik tempat membosankan ini?"
"Jika kau merasa bosan, pergilah dari tempat ini,"
"Hey, kau mengusirku?"
"Tidak, aku hanya tidak tega melihatmu tersesat di tempat membosankan ini ..." Sahut Wildan.
Wildan lalu memperhatikan wajah Vanya yang terlihat sedang memikirkan sesuatu itu. Sesaat dia melihat gerakan dari kedua tangan Vanya, dan dia menyadari jika Vanya sedang mempersiapkan sebuah Skill.
Magic Spina Flower --- Vanya tiba-tiba menyerang Wildan dengan serangan sihir berwujud sebuah kelopak bunga yang berduri tajam dan panjang.
Wildan berhasil menghindari serangan itu dan serangan itu mengenai beberapa pohon kehidupan. Wildan lalu menjauh untuk menjaga jarak dengan Vanya.
"Kenapa kau menyerangku tiba-tiba?!"
"Aku hanya ingin menyerang saja ..." Sahut Vanya sambil bersiap untuk menyerang kembali.
Melihat gerakan Vanya, Wildan langsung membuka File Box dan mengambil sebuah tombak. Lalu dia bersiap melepas serangan dengan tombaknya.
Aurum Spencer --- Wildan melempar tombak itu ke arah Vanya, lalu serpihan Image warna kuning keluar dari ujung tombak dan menyelimuti tombak yang berputar cepat itu.
Magic Fract Iluzia --- Vanya juga melepas serangannya dan membuat Wildan kebingungan karena dia tidak melihat bentuk serangan dari Vanya.
.... Sial, aku tidak bisa melihat darimana serangannya akan datang ....
Begitu Wildan sedikit lengah, Vanya langsung mengepalkan tangan kanannya. Dan membuat tombak Wildan langsung membeku hingga jatuh ke tanah. Tak lama kemudian muncul bayangan serpihan-serpihan Image dasar putih dengan bentuk jarum es dan melesat dengan cepat ke arah Wildan.
Karena Wildan sebelumnya berniat untuk mengalah, dia hanya membiarkan beberapa jarum es itu mengenainya.
Beberapa serpihan jarum es itu menancap di bahu kanannya dan membuatnya mati rasa di tubuh bagian sekitar jarum es yang cukup dingin.
Tak lama kemudian beberapa jarum es itu perlahan menghilang.
.... Akh s-sial, aku sudah mengalah. Apa dia akan menyerangku lagi ....
Namun apa yang di pikirkan Wildan meleset. Vanya yang dia pikir akan menyerangnya kembali, justru malah membantunya untuk bersandar di pohon kehidupan.
Vanya mengeluarkan beberapa serpihan Image hijau di kedua sela jari-jarinya. Dan serpihan-serpihan Image itu berputar dan menjadi sebuah tongkat sihir.
Magic Potion --- Vanya menggunakan kemampuan penyembuhnya untuk mengobati luka di bahu kanan Wildan. Dan mati rasa di bahu Wildan menghilang bersama bekas luka dari serpihan jarum es itu.
Melihat kondisi Wildan yang sudah membaik, Vanya langsung menghapus pola sihir dan tongkatnya menghilang. Dia lalu melihat wajah Wildan dan merasakan ada sesuatu yang mengusik hatinya.
"Maaf rambut kuning, aku tidak bermaksud menyerangmu. Namaku Vanya, siapa namamu?"
"Namaku Wildan, bukan rambut kuning. Yah, aku juga merasa salah. Lalu, apa yang sedang kau lakukan disini?"
"Aku ingin mencari salah satu makanan untuk aku bawa pulang. Tapi tidak sengaja aku malah berteleportasi di tempat ini," jelas Vanya.
"Tapi kalau aku perhatikan, kau yang masih memakai seragam Akademi, apa kau juga mengikuti Mitavia Battleground?"
"Tentu saja. Karena aku juga ingin menjadi Elite Guardians. Lalu, apa kau juga seorang Player?"
"Begitulah, aku dari Akademi Piri Reis,"
"Heee, aku mendengar rumor kalau di Akademi Piri Reis itu banyak Player lemah. Tapi karena kau kalah dariku, apa rumor itu memang benar,"
"Sepertinya rumor itu sedikit benar,"
"Yah, tapi itu bisa saja salah ..." Ucap Vanya dengan pelan.
Wildan tidak menanggapi Vanya. Dan dia tidak sengaja dia melihat ke arah belahan dada Vanya yang terlihat cukup jelas itu hingga membuat wajahnya menjadi merah.
Vanya lalu berdiri dan melihat ke arah Wildan.
"Hey, terima kasih sudah mengalah dariku,"
"Apa maksudmu?"
"Lupakan. Hey, bagaimana kalau kita pergi kencan,"
"Aku menolak,"
"Uh, bisa-bisanya kau menolak,"
"Bukan aku menolak, tapi aku tidak tertarik dengan hal semacam itu,"
"Lalu, apa kau tertarik dengan dadaku?"
"A-Apa?! Jadi kau sengaja?!"
"Hahaha, kau sangat menarik. Yah, sepertinya aku harus pergi," ucap Vanya sambil berjalan pelan ke arah salah satu jalan.
"Tunggu!" Panggil Wildan.
"Eh, apa kau berubah pikiran?"
"Bukan itu. Tapi kau salah jalan. Jadi lewatlah jalan yang itu, nanti kau akan menemukan Stand makanan," tunjuk Wildan ke salah satu jalan keluar.
"Hahhh, kau payah. Tapi terima kasih sudah menunjukkan jalan ..." Balas Vanya. Dia lalu pergi dan melewati salah satu jalan yang di tunjuk.
***
~ Jalan Taman ~
Sementara itu di pinggiran taman, Arashi tengah berjalan dari arah Stand makanan sambil membawa beberapa bungkus makanan. Begitu sampai di tengah jalan masuk ke taman, dia bertemu dengan Vanya.
"Hey, yang kau bawa itu makanan apa?" Tanya Vanya tiba-tiba.
"Oh, ini Okonomiyaki dan yang ini telur gulung. Apa kau mau?" Balas Arashi sambil menunjukkan masing-masing dari bungkus makanan itu.
"Wah, tentu saja,"
"Kalau begitu, kau bisa membelinya di tempat itu," tunjuk Arashi ke arah Stand makanan di seberang taman.
"Eh, aku kira kau akan memberikannya padaku,"
"Enak saja. Aku sudah lama mengantri untuk mendapatkannya, jadi kau beli saja sendiri,"
"Yah, baiklah, terima kasih sudah memberitahu,"
"Yooo, sama-sama ..." Balas Arashi sambil berjalan ke dalam taman.
Vanya tiba-tiba merasakan keberadaan kekuatan aneh yang berasal dari Arashi. Dan dia tidak menyadari jika itu adalah salah satu kemampuan dari Avatar nya.
.... Rambut merah tadi itu sebenarnya siapa? Ah, kenapa juga aku harus memikirkannya. Lebih baik mencari makanan ....
Vanya lalu berjalan ke arah salah satu Stand makanan.
Setelah antri cukup lama mengantri, akhirnya Vanya berhasil mendapatkan beberapa makanan. Dia lalu membawa makanan itu ke salah satu Hovering Boards untuk mencobanya.
"Wah, ternyata enak sekali," ungkap Vanya.
Saat ingin menyantap kembali potongan Okonomiyaki itu, tiba-tiba ada sebuah panggilan video masuk.
"Oh Vanta, kau sudah sampai?"
"Tentu saja. Tapi kenapa Kakak belum sampai?"
"Lihatlah, aku sedang menikmati makanan di Green Earther. Jadi, setelah ini aku langsung pulang,"
"Wah, sepertinya enak. Cepatlah pulang dan bawakan aku makanan itu,"
"Baiklah ..." Balas Vanya mengakhiri panggilan video itu.
Namun saat Vanya tengah asyik menikmati makanannya kembali, dia tidak menyadari jika ada seseorang yang melihatnya dari depan sebuah Motel.
"Vanya!" Seru seorang Player dari depan Motel itu sambil melambai ke arahnya.
... Eh! Bukankah itu Tiffany?! Sialan, kenapa ada mereka juga? Apa yang dilakukan orang-orang mesum itu disini ....
***
~ Tempat Kehidupan ~
"Hey, selama aku membeli makanan, apa yang kau lakukan dengan seorang gadis rambut biru?" Tanya Arashi tiba-tiba hingga membuat Okonomiyaki yang hendak Wildan makan terjatuh.
"Apa maksudmu?"
"Aku tadi bertemu seorang gadis dengan seragam Akademi lain. Dan sepertinya dia juga habis dari tempat ini,"
"Jangan bahas gadis sialan itu,"
"Heee, jadi apa yang kalian lakukan? Apa kalian melakukan hal yang aneh?"
"Tentu saja tidak! Jadi berhentilah membicarakan gadis sialan itu,"
"Hahaha, kau terlihat habis bertengkar dengannya,"
"Ha! Siapa yang bertengkar!? Lebih kau diam dan habiskan makanan ini!"
"Hahaha, baiklah ..."
***
~ Cavalian Motel ~
Keempat Player itu keluar dari kamar dan menuju ke tempat penjaga Motel berada. Lalu Tiffany membuka File Box dan mengambil kartu Diamond.
"Paman, berapa total Diamond untuk penyewaan Motelnya?" Tanya Tiffany.
"Sepertinya kalian sudah cukup istirahat. Jadi aku berikan gratis untuk kalian,"
"Wah, Paman baik sekali. Jika Paman masih muda, aku akan menjadikan Paman sebagai pacarku," sahut Ussy.
"Hahaha, kau memang cantik dan baik sekali Nona,"
"Terima kasih Paman," balas Ussy.
"Apa Paman sudah punya pacar?" Tanya Briana.
"Ah maaf, Paman sudah menikah dan memiliki dua anak,"
"Wah, sayang sekali," sahut Briana.
"Hey, cepatlah sedikit," sela Vanya.
"Ah, kalau begitu kita duluan Paman, terima kasih," pamit Tiffany.
"Terima kasih Paman," sambung Briana.
"Baiklah, hati-hatilah kalian ..." Balas Paman itu sambil tersenyum pelan.
Lalu Tiffany dan Briana berjalan ke arah pintu keluar Motel. Ussy yang berjalan di sebelah Vanya hanya bisa menahan senyum sambil menyusul Tiffany dan Briana yang sudah sampai di ambang pintu kayu dengan lonceng kecil di atasnya. Paman penjaga Motel hanya tersenyum sambil melihat mereka keluar dari pintu Motel.
***