saat ini Chang di duduk di meja makan dengan wajah antisipasi menatap masakan yg di buat oleh bibi dong.
dalam pikiran Chang di, bayangan bibi dong yg kejam sebagai pemimpin aula wuhun dan saat ini wanita itu sedang menyiapkan makanan untuk nya.
memikirkan ini, keringat dingin mulai muncul di dahi Chang di.
"kenapa kamu hanya mengaduk aduk makanan yg aku buat" mendengar nada kesal bibi dong, Chang di dengan cepat tersadar dan menatap bibi dong dengan senyum canggung.
"aku hanya takut ada pisau yg terselip di dalam makanan yg kamu masak" mendengar ini dengan cepat bibi dong bangkit dari tempat duduknya.
segera dia meletakkan makanan yg dia buat di piring Chang di dan perlahan menyuapi Chang di.
"buka mulut mu"
dengan wajah ragu ragu Chang di perlahan membuka mulut nya dan bibi dong dengan cepat menyuapi Chang di.
"mmm ternyata enak juga"
"tentu saja, cepat habiskan jangan seperti bayi"
setelah selesai makan, bibi dong langsung duduk di pangkuan Chang di sambil mengulurkan tangannya.
"apa maksud postur mu ini" mendengar itu bibi dong langsung mengembunkan pipinya lagi.
"apa maksudmu, tentu saja minta uang mu, kamu kira makanan ini jatuh dari langit, semua perlu uang, bukankah kamu sudah menghasilkan uang" mendengar perkataan bibi dong, Chang di dengan cepat memberikan bibi dong cincin polos berwarna biru yg memiliki ukiran misterius.
saat itu bibi dong hanya menatap Chang di dengan bingung.
"itu adalah cincin penyimpanan, ada 10rb koin emas di dalamnya, jangan menatapku seperti orang bodoh, jika aku tidak tahan bisa bisa aku langsung menjatuhkan mu di tempat tidurku dan membuka semua pakaianmu" dengan cepat bibi dong langsung mengambil cincin tersebut dan mengenakannya di jari nya.
"dari mana pikiran mesum mu itu muncul, apa panti asuhan mengajari hal hal yg tidak tahu malu seperti itu"
"tentu saja tidak, pikiran mesum itu semua datang dari mu, siapa suruh kamu begitu cantik, jika aku tidak tergoda maka aku bukan laki laki"
"Ding Ding, itu setidaknya tunggu kita dewasa dulu" saat itu wajah bibi dong sudah memerah dan suaranya menjadi lebih kecil.
"kenapa harus menunggu dewasa, kurasa tidak ada bedanya"
"Ding Ding, benda di bawah pantatku sepertinya mulai mengeras"
"salah siapa yg membangunkan ku pagi pagi"
"Ding Ding jangan dulu, tunggu sampai kita 12 tahun, tidak bisakah kamu bersabar" melihat expresi bibi dong yg pemalu, Chang di mulai tersenyum jahat.
"bagaimana jika aku menginginkannya sekarang"
"itu itu, Ding Ding tidak bisakah mau bersabar, aku mohon"
"tapi aku ingin sekarang" saat itu tangan Chang di sudah masuk ke dalam rok bibi dong yg membuatnya memeluk erat Chang di sambil membenamkan wajahnya di bahu nya.
"Ding Ding aku takut, jangan kasar oke, pelan pelan saja"