Chereads / ALMIGTHY CELESTIAL EMPEROR / Chapter 10 - Before I Go

Chapter 10 - Before I Go

~ 4Hrs sebelum waktu yang ditentukan.

"Huuuhhh"

Faishal yang saat ini sedang berduduk santai di kamar dengan vape yang berada di tangan kirinya menghembuskan napas Panjang.

"Sekarang aku yakin bahwa yang dimaksud Path of Conqueror oleh kakek itu adalah Game Path of Conqueror yang biasa aku mainkan."

"Bagaimana cara ku menghabiskan waktu yang tersisa ini yaa?"

Faishal membuka smartphonenya dan melihat seluruh kontak yang dia miliki.

"Sebelum aku benar-benar pergi mari kita pamitan terlebih dahulu."

Akhirnya dia memutuskan untuk menelepon seluruh kenalannya.

~ 3Hrs sebelum waktu yang ditentukan

Di ruang tamu saat ini berisi delapan orang termasuk Faishal.

Dua bawahannya dari regu Night-Owl.

Dua Bawahan dari regu Alpha.

Dua orang Jendral yang dekat dengan Faishal.

Bawahan Faishal bergegas datang setelah menerima pesan dari Faishal, namun apa yang mereka tidak duga adalah kehadiran dua orang lain selain mereka yang merupakan puncak hierarki dari kepangkatan militer.

Di karenakan perbedaan pangkat yang bagaikan langit dan bumi, suasana canggung pun tercipta.

Hanya Faishal yang tidak peduli dengan situasi canggung saat ini dan tetap duduk santai sembari ngevape.

Untuk memecahkan situasi canggung, salah seorang dari mereka pun berbicara.

"Faishal ada apa dengan pesan aneh mu itu, apa yang kamu maksud dengan akan meninggalkan dunia ini, jika kamu memerlukan rehabilitas mental, militer akan siap untuk menanggung biaya pengobatannya, jadi jangan berkata hal aneh seperti itu."

"Apa yang dikatakan oleh Jendral Vainer memang benar, apa kamu tahu betapa kagetnya aku saat aku menerima pesan itu, sayangi lah nyawa mu sendiri, aku yakin bawahan mu yang lain akan sedih jika melihat mu seperti ini."

Ucap Jendral Hady.

Bawahannya yang lain memberikan persetujuannya dengan menganggukan kepalanya.

Namun yang paling terkejut di ruangan saat ini bukanlah mereka, tetapi Faishal itu sendiri.

"Aree, aku tidak bilang aku ingin mati atau semacamnya….."

"Hahh??!"

"Ka-Kamu, jika apa yang kau katakan adalah sebuah lelucon agar kita semua berkumpul di sini..."

Tidak percaya dengan ucapan Faishal, Jendral Hady yang terlalu terkejut sampai tidak dapat menyelesaikan perkataannya.

Bawahannya yang lain melihat Faishal dengan expresi tidak percaya, mereka membelakan mata dan memiliki rahang yang terbuka seolah-olah itu akan segera copot.

Mereka terlalu terkejut untuk berkata-kata.

'Seperti yang diharapkan oleh komandan, bahkan seorang Jendral pun menjadi bahan prank olehnya.'

'Sepertinya memang benar jika komandan tidak takut dengan apapun.'

'Sialan apakah masa libur kita akan berakhir hari ini?'

Berbeda dengan para bawahannya yang memiliki pikiran melayang ke sana-sini, Faishal dengan tenang meluruskan kesalapahaman yang terjadi.

"Tidak, bukan begitu Jendral, aku memang akan pergi dari dunia ini, tetapi bukan berarti aku akan mati."

"Kamu tahu Faishal seberapa sibuk kami saat ini, aku masih memiliki tumpukan gunung dokumen di ruang kerja ku yang belum selesai, jika kamu tidak menjelaskan tentang omong kosong mu yang barusan, kurasa unknown dapat kembali bertugas di garis depan."

"Eeeiiikkk"

Bawahan Faishal tidak sengaja membuat suara teriakan melingking atas perkataan dari Atasan mereka.

"Jendral, aku pikir Komandan Faishal masih belum pulih dari masa depresinya mengingat dia dapat berkata omong kosong seperti itu."

"Ya-ya, betul Jendral, aku juga berpikir bahwa Komandan masih belum pulih, bahkan menjadi lebih parah karena dia dapat mengucapkan omong kosong seperti itu."

"Kita akan segera membawanya ke pusat rehabilitasi."

Para bawahannya segera bangkit dan mulai menyeret Faishal.

"Tidak, Tunggu aku serius, aku tidak berbicara omong kosong."

"Komandan anda dapat berbicara kembali setelah keluar dari pusat rehabilitasi."

"Tunggu kalian, aku benar-benar sehat, aku masih dapat menyelesaikan matematika dasar, seperti satu tambah satu sama dengan dua bukan...

Tidak menggubris omongan dari komandannya, para bawahannya tetap menyeret Faishal untuk segera keluar dari ruangan.

"Kyaaa, TOLONG ada maling di rumah ku."

"Komandan percuma saja anda berteriak, apakah anda lupa bahwa lokasi rumah anda berada di tengah-tengah hutan."

'Ahhh sial, aku lupa.'

"Tapi aku serius, ini tentang lahirnya kehendak dunia dan kebangkitan."

Tepat ketika Faishal berkata seperti itu, seluruh orang yang berada di ruangan langsung terdiam, bahkan bawahannya yang sedang menyeret dia pun seketika berhenti.

"Aku memiliki Informasi tentang lahirnya kehendak dunia dan kebangkitan."

"Hahh, baiklah, mari kita dengarkan informasi seperti apa yang kau miliki."

Karena Jendral mereka sudah berkata, para bawahan Faishal pun langsung melepaskan Faishal.

Faishal bangkit dan langsung menuju sofa tempat dia duduk sebelumnya.

Berbeda dengan Faishal yang penuh dengan ketenangan, para bawahannya malah terlihat semakin panik….. tidak, mereka saat ini lebih seperti seseorang yang sedang berdoa.

'Tuhan, kumohon jagalah ucapan komandan ku.'

'Tuhan, Buddha, Yesus, Krisna, dewa manapun itu, kumohon agar komandan kami tidak mengucapkan omong kosong.'

'Tuhan, jika memang komandan kami ingin mengucapkan omong kosong, maka hilangkan lah kesadarannya untuk beberapa saat, kumohon."

"Aku tidak memiliki begitu banyak informasi tentang kehendak dunia, namun jika itu tentang kebangkitan, aku memiliki beberapa informasi….

Menahan sebentar perkataannya lalu dengan suara "huuhh" seperti seseorang sedang menghembuskan napas dia kembali melanjutkan perkataannya.

"Untuk kebangkitan itu sendiri, aku mungkin adalah orang pertama yang mengalami kebangkitan."

Setelah selesai berkata para bawahan Faishal seolah-olah kehilangan seluruh harapannya, baik Jendral Hady ataupun Vainer sudah memengang dahi mereka dengan kedua lengannya.

"Kalian, cepat bawa Faishal ke pusat rehabilitasi."

"Baik Jendral."

"Tidak, tunggu aku benar-benar serius, aku benar-benar mengalami kebangkitan…..

Faishal saat ini sedang mengalami frustasi untuk meyakinkan mereka semua, mengacak-ngacak rambutnya seperti orang gila, sampai akhirnya….

"Ohh benar, kalian, apakah kalian tahu tentang magic?"

"..."

Ketika mereka mendengar kembali apa yang di ucapkan Faishal, mereka semua memiliki expresi sebagaimana mereka melihat orang yang telah kehilangan akal sehatnya.

Mereka terdiam untuk beberapa saat, sampai akhirnya suara helaan napas terdengar.

"Hahh…. Faishal, aku tau betapa beratnya kehilangan bawahan yang telah bersama mu setelah bertahun-tahun bersama…. Melalui berbagai rintangan, bahaya hidup dan mati bersama, akan tetapi jangan sampai kau larut dalam kesedihan, mereka yang mengorbankan hidupnya demi negera dan demi diri mu tidak ingin melihat kau hancur akan kepergian mereka, aku tahu memang sulit untuk lepas dari rasa bersalah sebagai pemimpin dan sulit untuk lepas dari kesedihan sebagai manusia…..

Dengan suara "Huuuup" seperti seseorang yang sedang menarik napas, Jendral Hady melanjutkan perkataannya dengan suara lantang.

"Sekali lagi aku katakan, apa yang kau dapatkan dengan hanya berlarut-larut dalam kesedihan, tidak akan ada yang berubah dengan kau bersedih, mereka yang sudah pergi tidak akan pernah kembali, tidak peduli sebagai mana dirimu menangis, meminta atau memohon. Faishal, inilah kehidupan militer, inilah realita hidup, hadapilah, jangan lari, atasi-hadapi-dan lewati kesedihan itu. Namun jangan sampai kau melupakan kesedihan yang pernah kau alami, tetapi jadikan itu sebagai pelajaran untuk mencegah hal serupa terjadi kembali, karena pada dasarnya manusia dapat berkembang dengan mempelajari hal baru atau berlajar dari kesalahan."

Mereka, khususnya bawahan Faishal termenung sejenak setelah mendengar perkataan dari Jendral Hady, karena sampai saat ini mereka memang masih merasakan kesedihan atas kepergian rekan seperjuangan mereka.

"Kata-kata ku barusan hanyalah pendorong sesaat bagi kalian untuk lepas dari kesedihan, sisanya tergantung kepada diri kalian sendiri, kalian lah yang memilih jalan untuk diri kalian sendiri, apakah ingin tetap seperti ini atau maju, karena pada akhirnya hanya diri kalian sendiri yang dapat merubah diri kalian dan jalan yang kalian pilih."

"Dengan kata lain Faishal, jika kau bahkan tidak dapat melewati rintangin ini, mungkin ini akan menjadi akhir dari karir mu dalam militer."

Ketika bawahan Faishal termenung dalam lamunannya masing-masing, hanya Faishal yang tidak begitu peduli dengan apa yang dikatakan oleh atasannya.

"Tidak, aku tidak gila, aku benar-benar waras saat ini, aku tidak mempermasalahkan atas kejadian yang sudah terjadi, ahh bukan itu maksudnya, bukannya aku tidak bersedih atas apa yang terjadi dengan bawahan ku, tapi, tapii, ahhhh….

Faishal yang sudah kebingungan dengan bagaimana cara menjelaskan hal-hal yang terjadi dengannya tiba-tiba terdiam, dia memejamkan matanya dan mengatur napasnya seolah-olah sedang tertidur.

Ketika mereka menyadari bahwa Faishal telah berhenti memberikan perlawanan, ketika itu pula mereka menyadari bahwa terjadi perubahan suhu di ruangan tempat mereka berada.

"Huh"

Jendral Vainer menyadari perubahan suhu lebih cepat dari yang lainnya, langsung melihat ke arah Faishal dan betapa terkejutnya dia ketika melihat bahwa ada sebuah api berbentuk bola muncul dari lengan kanan Faishal.

"Hahh, Faishal, apa itu??..... apa yang sedang kau lakukan?"

Pada saat itulah mereka menyadari bahwa perubahan suhu yang terjadi disebabkan oleh Faishal.

"Uwaahhh, Komandan anda…..

Para bawahan Faishal, terutama anggota dari grup Alpha yang melihat kondisi Faishal saat ini tiba-tiba teringat pertempuran yang mereka alami beberapa waktu lalu.

Mereka teringat bahwa pimpinan musuh dapat membuat api, es, dan bom dalam waktu singkat, awalnya mereka berpikir bahwa itu dihasilkan oleh teknologi canggih yang di bawa oleh mereka untuk keberhasilan misi, namun setelah mengecek seluruh ruangan bawah tanah dan bahkan mayat dari pimpinan musuh, mereka tidak menemukan teknologi apapun.

Setelah memberikan laporan, bawahan dari Faishal khususnya grup Alpha di diagnosis memiliki halusinasi berat yang disebabkan oleh trauma atas pertempuran terakhir kali. Mereka di diagnosis memiliki halusinasi berat karena laporan yang mereka berikan tidak sesuai dengan fakta lapangan yang mana musuh tidak memiliki teknologi ataupun senjata yang dapat mengeluarkan api, es atau bahkan bom.

Mereka yang mendengar bahwa laporannya tidak sesuai dengan fakta lapangan pun sempat terkejut bahkan shock, karena apa yang mereka lihat, apa yang mereka alami terasa sangat nyata, tidak, bahkan mereka yakin bahwa apa yang mereka alami saat itu adalah kenyataan. Namun dengan kurangnya bukti untuk memperkuat perkataan mereka, mereka memilih untuk diam dan menyimpan pengalaman tersebut untuk diri mereka sendiri.

Sampai mereka akhirnya melihat apa yang sedang dilakukan oleh komandannya saat ini….

"Komandan, ini…"

"Komandan bukankah ini kemampuan yang digunakan pemimpin musuh saat itu?"

Jendral Vainer dan Jendral Hady sebagai salah satu petinggi yang mendengar langsung laporan yang diberikan oleh bawahan Faishal terkejut dengan situasi saat ini.

Awalnya mereka menganggap bahwa bawahan Faishal terkena gangguan mental yang menyebabkan halusinasi, mereka melihat itu adalah hal yang wajar karena sejujurnya mereka pun terkejut saat mengetahui hanya lima anggota dari 18 anggota unknown yang selamat pada pertempuran saat itu. Mereka membayangkan pasukan negara mana yang menyusup ke wilayah mereka karena hampir memusnahkan seluruh anggota unknown yang mana hanya prajurit terbaik dari yang terbaik dan elite dari yang terelite yang dapat terpilih sebagai anggota unknown.

Sebagai refrensi pasukan unknown bahkan dapat dikatakan memiliki pengalaman dan kekuatan yang bahkan lebih tinggi dari pasukan pengamanan presiden, itu karena mereka adalah pasukan garis depan yang diberikan misi paling berbahaya yang dapat negara berikan, bahkan seluruh anggota unknown adalah pasukan yang dipilih langsung oleh Jendral-Jendral yang mengetahui kebedaraan unknown, itupun dengan seleksi yang detail dan ketat mengenai keseluruhan aspek dari prajurit itu sendiri.

Oleh karena itu dengan hampir musnahnya pasukan unknown adalah pukulan yang berat bagi kemiliteran Indonesia, tidak berlebihan untuk menyebutkan bahwa pasukan unknown adalah salah satu asset paling berharga yang dimiliki oleh TNI.

Pertempuran sebelumnya membuat Jendral-Jendral yang mengetahui keberadaan unknown menjadi cemas saat mengetahui bahkan salah pasukan terbaik mereka dapat hampir dimusnahkan meskipun mereka memenangkan pertempuran itu sendiri.

Mereka memperkirakan bahwa aspek yang hampir memusnahkan seluruh pasukan unknown adalah teknologi terbaru dari alusista musuh.

Pada akhirnya seluruh Jendral meminta audit kepada Panglima agar menaikan anggaran militer dengan alasan untuk memperkuat pertahanan negara baik itu dari segi alusista maupun sumber daya manusia.

Jendral Vainer dan Jendral Hady adalah salah satu Jendral yang berpikir alasan pasukan unknown hampir musnah dalam pertempuran sebelumnya karena kecanggihan teknologi musuh.

Namun apa yang mereka saksikan saat ini benar-benar membuat apa yang mereka pikirkan sebelumnya menjadi seperti lelucon.

Dengan sebuah api berbentuk bola muncul di lengan kanan Faishal dan sebuah air berbentuk bola muncul di lengan kirinya, membuat semua orang yang melihat meragukan mata mereka.

Mereka berulang kali mengedipkan dan mengucek mata mereka, namun bola api dan bola air masih tetap berada di kedua lengan Faishal.

"A-apakah aku sedang bermimpi?"

"Hahh, aku pasti sangat kelelahan sehingga dapat melihat sesuatu seperti."

"Yahh seperti terlalu lama lembur membuat ku berhalusinasi, ku pikir aku harus mengambil cuti untuk beberapa hari kedepan."

Jendral Hady yang masih tidak dapat mempercayai apa yang dia lihat memilih untuk menyerah pada pengelihatannya dan lari dari kenyataan.

"Ini adalah salah satu kemampuan dari kebangkitan, itulah kenapa sebelumnya aku berkata bahwa aku memiliki informasi tentang kebangkitan itu sendiri."

"Haha…. HAHAHAHAHAHA"

Jendral Hady yang sudah tidak tahu lagi harus berkata apa, hanya bisa mengeluarkan tawa.

"Bagaimana, apakah sekarang kalian dapat mendengarkan cerita ku?"