Faishal membuka matanya dan menyadari bahwa dia berada di atas kasur, sebuah kasur yang megah bahkan memiliki atap di atasnya.
Dia bangkit dan mulai duduk di tepian kasur lalu melihat ke ruangan sekitar, seperti yang telah dia duga suasana dan lingkungan sekitar terasa asing namun dia merasakan kerinduan akan ruangan tersebut jauh di dalam lubuk hatinya.
Akhirnya dia bangkit dan mulai berjalan di sekitar ruangan itu.
Ruangan itu sangatlah luas, saking luasnya ruangan itu cukup untuk menampung 20 orang dewasa tidur terlentang dan berjajar belum dengan panjangnya ruangan itu sendiri.
Yang membuat Faishal lebih terkejut adalah barang-barang mewah yang mengisi ruangan itu, seperti lemari yang terbuat dari emas, meja yang di hiasi dengan berlian, kursi yang terbuat dari berlian dan bahkan pulpen juga dihiasi oleh berlian.
Namun anehnya semakin Faishal melihat ruangan sekitar, semakin kuat perasaan rindu yang dia rasakan, dan mulai redupnya perasaan asing dengan ruangan ini.
Sampai akhirnya dia berjalan ke sebuah meja seperti meja kantor lalu melihat sebuah logo.
"Ini, ini adalah Logo game Path of Conqueror?!"
Di sebelah logo game Path of Conqueror, dia melihat sebuah lambang kecil, lambang itu memiliki bentuk seperti perisai layang-layang yang memiliki sayap dan di tengahnya memiliki sebuah gambar orang yang sedang memegang sebuah pedang yang menghadap ke bawah, ditambah dengan sesosok wujud seperti naga dari mitologi Tiongkok yang melingkar mengitari orang itu.
DUG, DUG, DUG.
"Ini, bukankah ini adalah lambang kekaisaran ku?"
Detak jantung Faishal semakin kencang saat dia menemukan lambang kekaisarannya, lalu dia sekali lagi memperhatikan ruangan itu dengan seksama.
Pada saat itu juga dia menyadari bahwa ruangan tersebut adalah ruangan yang telah dia design sendiri sebagai kamar untuk karakter dia beristirahat.
Meskipun telah mengetahui bahwa ruangan itu adalah ruangan yang telah dia design namun detak jantungnya masihlah berdetak dengan cepat.
Keresahan yang dia alami saat ini membuat dia secara tidak sadar mengalih kan pandangannya ke sudut ruangan.
Di sudut ruangan itu terdapat sebuah cermin berbentuk kotak dengan diameter 2x2 yang dihiasi dengan emerald di setiap sisinya.
Pada saat Faishal menghadap ke cermin, barulah keresahan yang dia alami hilang dan detak jantungnya kembali normal.
"Hahahaha, kakek jadi ini yang anda maksud bahwa Path of Conqueror mengalir dalam diri ku?"
Apa yang Faishal liat dari pantulan cermin bukanlah dirinya sendiri, namun sebuah wujud lain, wujud yang sangat dia kenal dan familiar dengannya.
Wujud itu adalah karakter dirinya sendiri, karakter yang dia buat, karakter utama dari game Path of Conqueror.
"Hahahaha, terimakasih kakek, setidak sekarang aku yakin dapat bertahan hidup di dunia yang sama sekali baru ini."
Faishal sama sekali tidak menduga bahwa dia akan menjadi karakter dirinya sendiri, apa yang dia duga adalah bahwa dirinya hanya akan menjadi dirinya sendiri di dunia yang asing ini dengan hanya membawa pengetahuan tentang Path of Conqueror, meskipun dirinya percaya diri akan skill dan kemampuan bertahan hidupnya akan tetapi di dunia yang asing dengan magic dan mana, dia masih memiliki keraguan akan keselamatan dirinya.
Namun dengan berubahnya dia menjadi karakternya yang ada di Path of Conqueror, Faishal menjadi yakin bahwa setidaknya dia dapat menjamin keselamatannya sendiri.
"Mmm, pakaian yang ku pakai saat ini adalah set tiga dari ketiga set yang ku miliki, dulu pada saat Path of Conqueror masih berupa game aku hanya perlu menekan tombol dari salah satu set yang ku miliki agar dapat berubah, tapi bagaimana dengan sekarang?"
Salah satu fitur yang dimiliki oleh game Path of Conqueror adalah tiga set pakaian yang dapat di atur sedemikian rupa agar player tidak perlu repot mengganti equipmentnya pada saat-saat tertentu.
Faishal telah mengatur ketiga set itu dengan urutan pertama set baju tempur, kedua set baju formal seorang kaisar pada saat dia berada di singgasana, ketiga set baju tidur pada saat karakternya beristirahat.
Apa yang di gunakan Faishal saat ini adalah set ketiga yaitu set baju tidur.
'Mmm apa yang harus aku lakukan?"
Lalu seakan-akan teringat sebuah hal penting dahi Faishal tiba-tiba dipenuhi dengan keringat.
"HUH, BAGAIMANA DENGAN INVENTORY KU?"
DUG, DUG, DUG, DUG, DUG, DUG, DUG, DUG, DUG
Detak Jantungnya kembali menjadi cepat, bagaimana tidak, inventory Faishal dipenuhi dengan berbagai macam item kelas tinggi seperti senjata, baju, armor, potion, dll.
Ditambah dengan banyaknya item cash dan limited yang ada di dalam inventorynya membuatnya merasa seperti ingin menangis.
'Sial, Sial, Sial, Sial, apapun itu tetapi kumohon jangan sampai inventory ku hilang, kumohon, kumohon, kumohon.'
'Ba-bagaimana cara membuka inventory?"
Di tengah-tengah kepanikannya, Faishal seolah-olah menyadari sesuatu, tidak, dia seperti tiba-tiba tahu bagaimana cara memanggil dan menggunakan Inventory.
Tanpa pikir panjang, Faishal mulai menggerakan tangannya ke udara, seolah-olah ingin menggapai sesuatu dia memikirkan sebuah item yang ingin dia dapatkan dari inventorynya.
Seketika setengah dari tangan Faishal menghilang di udara dan kembali dengan sebuah pedang.
Faishal melihat ke arah pedang yang dia ambil dan memiliki sedikit rasa nostalgia. Itu adalah senjata pertama yang dia miliki saat pertama kali memainkan Path of Conqueror. Meskipun saat ini Faishal memiliki senjata yang lebih bagus bahkan dapat membuat senjata yang jauh lebih baik dari senjata itu, namun dia tetap menyimpannya hanya karena alasan sepele, yaitu kenangan.
Ada pepatah mengatakan bahwa terkadang ada sebuah hal yang bahkan tidak dapat di beli dengan uang dan bahkan tidak dapat digantikan dengan apapun, dalam kasus Faishal pedang inilah hal yang tidak dapat diganti dengan apapun.
Perjuangan dalam mencari uang, dan menggapai segalanya hingga saat ini berawal dari sebuah pedang ini, pedang yang sudah kumuh penuh dengan karat dan tumpul inilah salah satu harta yang paling berharga baginya.
Dan alasan dia tidak memperbaiki pedang ini meskipun dia dapat memperbaiki dan bahkan mengupgradenya menjadi lebih baik adalah sebagai bukti perjuangan yang telah dia lewati.
Senyuman muncul dari wajah Faishal dan dengan suara "Heh", Akhirnya dia menaruh kembali senjata itu di inventorynya.
"Satte, Change to set one."
Muncul cahaya dari seluruh tubuh Faishal dan dalam sekejap Faishal telah berubah mengenakan pakaian tempur lengkap.
Mengenakan armor lengkap dari ujung kepala hingga ujung kaki, armor dengan perpaduan warna putih dengan sedikit warna emas membuat armor yang dikenakan Faishal saat ini terlihat mewah dan indah.
Faishal melihat kembali ke arah cermin dan memiliki senyuman puas atas penampilannya saat ini.
"Umu, sudah kuduga aku terlihat keren, baiklah sekarang saatnya mencoba skill bertarung ku."
Berjalan ke arah yang berlawanan Faishal akhirnya melihat banyak box dan tong yang berisikan berbagai macam senjata dan item lainnya.
Itu semua adalah item bekas yang sudah tidak lagi berguna bagi Faishal. Alasan banyaknya item tidak terpakai di kamarnya adalah pada saat memainkan Path of Conqueror dia tidak menjual atau melakukan enchant pada item yang pernah digunakan oleh karakternya. Namun dia akan menaruh item tersebut di kamar, apabila Faishal mendapatkan item dengan peringkat lebih tinggi.
Pada awalnya dia menyimpan item-item tersebut sebagai cadangan yang mungkin akan terpakai di masa depan, akan tetapi seiring berjalan waktu cadangan yang dia simpan semakin banyak dan memilih untuk menaruhnya di tempat lain yaitu kamarnya, sampai akhirnya dia menyadari bahwa kamarnya sudah penuh dengan berbagai macam item. Namun pada saat dia ingin menjualnya, dia merasakan perasaan sayang dan enggan untuk melepas item-item itu dan memilih untuk membiarkannya begitu saja.
Setelah memilah-milih item yang ada, akhirnya Faishal mengambil sebuah belati.
"Mmm mengapa ada belati dengan kelas Mythical disini, bukankah aku sudah mensortir seluruh item dengan kelas Epic ke atas berada di gudang penyimpanan?"
'Mmmmm...'
Faishal sedang mengingat-ngingat aktivitasnya pada saat itu, namun karena dia tidak dapat mengingat bagaimana pun caranya akhirnya dia menyerah.
"Bodo amatlah, sekarang lebih baik aku mencoba skill jarak dekat ku saat aku masih di militer."
Faishal berjalan ke tempat yang memiliki space kosong lebih besar, lalu memejamkan matanya, mengatur napasnya, dan memfokuskan seluruh pikirannya seolah-olah dia sedang berada di depan musuh.
"Huuhhhh"
Menusuk, Menebas secara horizontal dan vertical, melakukan tendangan, memukul, dan melakukan gerakan-gerakan lain yang pernah dia pelajari sebagai anggota militer pasukan khusus.
Namun apa yang tidak Faishal sadari adalah, setiap gerakan yang dia lakukan mengeluarkan shockwave berupa hempasan angin, untungnya kamar dia telah di setting dengan berbagai hal yang tidak akan berantakan tidak peduli bagaimana pun situasinya.
"Huuhhhh" akhirnya suara hembusan napas pun terdengar.
Dengan wajah penuh dengan kepuasan dia menatap lengan dan seluruh tubuhnya.
"Menyenangkan seperti yang kuduga dari karakter yang pernah ku buat, tidak, seperti yang ku duga dari tubuh ku, mengenakan full armor seperti ini namun masih dapat bergerak dengan cepat bahkan lebih cepat dari pada tubuh ku yang dulu benar-benar sangat menyenangkan."
Faishal yang bersemangat langsung melanjutkan ke tahap selanjutnya.
Dia berjalan ke tumpukan item sebelumnya dan kembali memilah milih senjata.
'Mmm Katana, Falchion, Cutlass, Jian, meskipun aku ingin mencoba semuanya, namun ilmu berpedang ku sangatlah kurang, jika aku bertemu dengan seorang ahli pedang diluar sana, itu akan menjadi kematian instan.'
Sebagai manusia yang memiliki sedikit hobi dan tidak memiliki keluarga, selain dari pekerjaanya waktu luang Faishal sangatlah banyak, oleh karena itu terkadang untuk mengisi waktu luangnya dia mengikuti banyak sekali les latihan bela diri seperti wushu, samurai, karate, dan lain-lain. bahkan banyak di antaranya telah menjuarai lomba tingkat nasional, dan tidak perlu dikatakan bahwa semua latihan bela dirinya telah mendapatkan sabuk hitam atau bahkan gelar master.
Bingung dengan senjata apa yang harus dipilih, Faishal kembali merenung dan memikirkan pilihan terbaik.
Seketika dia teringat dengan ucapan Atasannya :
"Nak saat kamu tersesat diluar sana tanpa senjata, carilah sebuah senjata yang sangat kamu kuasai. Setelah itu sembunyikan senjata itu dan hanya perlihatkan sebuah senjata yang tidak kamu kuasai atau setidaknya kamu bisa menggunakannya, karena itu akan membuat musuh mu tertipu dengan apa yang dilihatnya dan akan membuat musuh mu hanya terfokus dengan senjata yang kamu perlihatkan. Lalu pada saat dia lengah, itulah saatnya kamu mengeluarkan senjata andalan mu dan membunuhnya."
'Terimakasih Jendral'
Teringat ucapan Jendral dimasa lalunya, Faishal memutuskan untuk mencoba semua senjata yang dapat dia gunakan saat ini.
Faishal memulai latihan pedangnya menggunakan pedang Jian.
Berjalan kembali ke area yang lebih luas, Faishal mencoba mengingat seluruh adegan dan latihan yang pernah dia pelajari pada saat latihan di masa lalu.
Merasa sudah mengingat semua hal yang pernah dia pelajari Faishal memfokuskan dirinya sekali lagi.
Memejamkan mata dan mengatur pernapasannya, lalu Faishal memfokuskan seluruh kekuatan pada tubuhnya.
Merasakan kekuatan sudah mengalir kesemua bagian tubuh, Faishal memasuki tahap kuda kudanya, dan membuka mata.
"Huhhhh"
Seketika… Menusuk, Memutarkan badannya kebelakang menebas Horizontal kebawah, menusuk dari bawah keatas, menebas vertical dari atas kebawah, Mengambil dua langkah maju lalu menebas Diagonal dari bawah kiri ke kanan, setalah itu melompat dan menusuk kebagian tengah lalu dilanjutkan dengan memutarkan pedangnya seolah olah untuk memperdalam luka dari tusukan tersebut.
Setelah selesai menggunakan pedang Jian, dilanjutkan berlatih menggunakan Katana, berlatih menggunakan Falchion, lalu cutlass, dan terakhir berlatih menggunakan Great Sword.
Merasa puas dengan seluruh latihannya, dia melepas helmnya dan berjalan ke arah balkon, menggeser gorden lalu membuka pintu.
Betapa terkejutnya dia dengan apa yang dia lihat saat ini.
Tingginya bangunan ditempat dia berada membuatnya memiliki visi yang lebih luas, sejauh mata memandang Faishal dapat melihat kota yang sangat besar, memiliki banyak gedung-gedung seperti gedung pencakar langit, sebuah pohon besar nan indah, rumah-rumah yang terlihat seperti jaman mediaval dan tembok besar yang mengelilingi kota, ditambah dengan suasana matahari terbit semakin memperindah pemandangan kota, menyebabkan Faishal diselimuti dengan perasaan bahagia dan tanpa sadar Faishal telah meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.
Melihat ke bawah, dia dapat melihat sebuah bangunan megah dan mewah, di atasnya berkibar sebuah bendera yang sama dengan yang dia lihat di mejanya.
Pada saat itulah Faishal tersenyum, tersenyum seperti seorang anak yang telah menemukan kembali ke rumahnya.
-----
Hallo Maafkan aku karena terlambat dalam mengupload chapternya, karena aku sedang mengerjakan ilustrasi untuk beberapa chapter kedepan.
Sebuah gambaran kasar untuk memperlihatkan suasana dari dunia ceritaku ini.
Aku tidak dapat menemukan cara untuk mengupload sketsa gambar ku, jika kalian para pembaca budiman mengetahui cara untuk mengupload gambar di webnovel tolong berikan komentar di bawah.
Terimakasih