"Bianca?"
Calvin mendorong perempuan berambut merah itu menjauh. Tapi Bianca masih mengetatkan tangannya yang melingkari leher Calvin. Perempuan itu mendongak dan menatapnya dengan wajah kesal dan sok manis.
"Kenapa kau tiba-tiba pergi berlibur tanpa mengabariku?"
"Ba...bagaimana kau tahu aku di sini?" Calvin bertanya dengan bingung, masih tidak yakin kalau Bianca benar-benar ada di depannya.
"Bagaimana?" Bianca bertanya dengan nada kesal, "Aku datang ke kantormu untuk mengajakmu makan siang, tapi pegawaimu yang sok cakep itu menjawab kalau kau sedang berlibur, dan menolak untuk memberitahuku ke mana."
"Danny?"
"Jadi aku bertanya pada orang-orang lain di kantormu," Bianca melanjutkan ceritanya, "Dan aku berhasil mendapat informasi kalau kau meninggalkan alamat dan nomor telepon rumah liburanmu ini kalau ada urusan mendesak di kantor." Perempuan itu mengakhiri ceritanya dengan wajah puas.
Calvin menghela napas dan matanya bertemu dengan tatapan Kiara yang masih berdiri di samping pintu masuk. Menyadari keadaan itu, Calvin langsung menarik lepas tangan Bianca yang masih mengitari lehernya dan membebaskan diri dari pelukan perempuan itu.
"Kiara…" Calvin berkata canggung,
Bianca yang sepertinya baru menyadari keberadaan Kiara memandang gadis itu dari atas ke bawah dengan tatapan menilai. Lalu mengulurkan tangan dengan malas pada Kiara.
"Err…ini Bianca. Dia…"
"Kekasih Calvin" Jawab Bianca menyelesaikan ucapan Calvin, "Kau pasti sudah mendengar soal hubungan kami." Tambahnya lebih seperti pernyataan.
"Bianca…apa yang…?" Calvin terkejut dengan pernyataan Bianca dan langsung menatap Kiara dengan cemas.
Gadis itu tidak membalas tatapan Calvin, ia membalas uluran tangan Bianca dan tersenyum, senyuman yang membuat tulang-tulang Calvin terasa membeku, "Aku tahu, aku sudah banyak melihat soal kalian di tabloid dan televisi."
Setelah menjabat tangan Bianca, Kiara langsung berbalik dan masuk ke dalam rumah liburan, tanpa sekalipun melirik ke arah Calvin.
Calvin segera masuk ke dalam rumah liburan sementara Bianca menyusulnya dengan senyuman lebar tersungging di wajahnya.
"Di mana kau menginap?" Tanyanya, namun matanya langsung melihat deretan koper yang berjajar rapi di dekat tangga menuju lantai dua.
Bianca tertawa mendengar pertanyaan Calvin, "Di mana? Tentu saja di sini, kan? Kita bisa berbagi kamar."
"Apa?" Calvin menatap Bianca dengan tatapan kosong.
"Jadi di mana kamar Calvin?" Bianca menoleh pada Kiara dan bertanya padanya.
"Lantai dua, kamar pertama di sebelah tangga." Jawab Kiara tanpa ekspresi.
Dengan langkah penuh percaya diri, Bianca berjalan melewati Calvin, menunjuk ke kopernya dan menyuruh Marcella yang berdiri di pintu dapur untuk membawakan koper-kopernya ke atas, lalu berjalan menaiki tangga dan menghilang dari pandangan mereka semua.
Calvin masih berdiri di tempatnya dengan ekspresi tercengang, sampai ia menyadari kalau Marcella mulai mengangkat koper-koper Bianca dan hendak membawanya naik.
"Kau tidak perlu melakukannya." Kata Calvin setelah berhasil keluar dari lamunannya.
"Dia tamu-mu, kita harus memerlakukan tamu dengan baik." Jawab Marcella sambil tetap naik ke atas sembari membawa koper Bianca.
Calvin menghembuskan napas berat dan membalikkan badan memunggungi tangga, dan dengan cepat menyadari dua pasang mata yang menatap lurus ke arahnya.
"Kiara…aku bisa jelaskan."
"Aku naik dulu." Kiara menoleh pada Cheryl, lalu berjalan melewati Calvin dan naik ke atas.
"Kiara." Calvin memanggilnya, namun gadis itu pura-pura tidak mendengar dan terus berjalan menaiki tangga.
"Wow." Suara Cheryl membuat Calvin sekali lagi membalikkan badan. Adiknya itu duduk di sofa sambil melipat tangan di depan dada.
Calvin menyisir rambut dengan jari-jarinya, "Kapan dia datang?"
"Sudah beberapa jam yang lalu, pacarmu itu tiba-tiba datang, memaksa masuk dan bilang kalau kau sudah menunggu kedatangannya."
"Aku tidak tahu apa-apa soal ini." Calvin menjawab kesal, "Lagipula hubunganku dengannya bukan seperti itu."
"Bukan aku yang perlu mendengar penjelasanmu." Jawab Cheryl lalu bangkit berdiri dan ikut naik ke lantai dua bersamaan dengan Marcella yang turun setelah meletakkan koper Bianca.
Setelah mengantar Marcella yang pamit pulang ke pintu. Calvin menarik napas dalam-dalam dan naik menuju ke kamarnya.
"Bianca, kurasa kita perlu bicara." Calvin membuka pintu kamarnya dan langsung memalingkan wajah saat menyadari Bianca sedang berganti pakaian dan setengah telanjang, sementara kopernya terbuka di atas ranjang.
"Kau tidak bisa seenaknya datang ke sini dan menginap." Kata Calvin sambil tetap memunggungi Bianca, "Adikku yang sedang menggunakan rumah liburan ini, dan aku hanya ikut menumpang."
Calvin sedikit terlonjak saat merasakan tangan Bianca melingkari pinggangnya.
"Tenang saja…" Jawab Bianca santai, "Kita tidak akan mengganggu liburan mereka. Kita bisa menghabiskan waktu seharian di kamar. Atau…kita bisa pergi dan menyewa vila atau hotel lain, jadi tidak ada yang akan mengganggu kita juga."
Tangan Calvin bergerak melepaskan diri dari pelukan Bianca, "Kau seharusnya tahu hubungan kita bukan hubungan macam itu."
"Kalau begitu mungkin sudah saatnya kita menjalin hubungan serius mulai sekarang." Senyum Bianca terlihat sangat manis, tapi sekaligus terasa memuakkan bagi pandangan Calvin, "Aku tahu kamu juga pasti menyadari betapa cocoknya kita berdua."
Ia merasa kepalanya hampir mendidih. Ia berjalan ke ranjang dan mulai membereskan koper Bianca, ia lalu membawa koper-koper itu ke kamar lain yang berada di sebelah kamar utama yang ditempati Kiara dan Cheryl.
"Kau sedang apa?" Bianca bertanya sambil berjalan mengikuti Calvin.
"Kau akan tidur di sini." Jawab Calvin sembari meletakkan koper-koper Bianca di dalam kamar, "Besok pagi, aku akan mencarikan hotel untukmu."
Bianca membalikkan tubuh dan hendak menyusul Calvin yang sudah berjalan kembali ke kamarnya, "Hei."
Tapi sebelum perempuan itu bisa protes, Calvin sudah menutup dan mengunci pintu kamarnya. Ia menyandarkan punggung dan kepalanya ke pintu dan menghela napas panjang, seketika merasakan kepalanya berdenyut-denyut dan pusing.
Kiara melemparkan bantal di tangannya dengan kesal dan duduk di atas ranjang. Apa-apaan pria itu? Bagaimana bisa setelah tiba-tiba menciumnya tanpa alasan begitu, ternyata pacarnya datang dan langsung bermesraan di depan matanya seperti itu. Kiara menjejak-jejakkan kakinya dengan emosi, sementara kemudian menyalahkan dirinya karena terlalu berpikir yang tidak-tidak tentang perilaku Calvin siang tadi.
Pada akhirnya ia merebahkan diri di atas kasur dan mendengus kesal. Bisa-bisanya Calvin memeringatkannya soal Edward yang mungkin saja sedang memermainkannya, padahal dia sendiri melakukan hal yang sama. Kiara mengingat wajah terkejut Calvin saat melihat Bianca muncul dari dalam rumah, pria itu pasti tidak menduga kalau pacarnya akan muncul di Dartmouth.
"Kau baik-baik saja?" Suara Cheryl membuat Kiara sedikit mendongak. Sahabatnya itu berjalan masuk dan menutup pintu.
"Menurutmu?"
"Bukannya kau bilang tidak mau terlalu berharap?" Tanya Cheryl sembari berjalan mengambil bantal yang dilempar Kiara beberapa saat lalu.
Ia ingat mengatakan hal itu tadi siang, tapi mana ada orang yang harapannya tidak melambung tinggi setelah tiba-tiba pria yang disukainya menciumnya seperti itu. Tapi Kiara tidak berniat mengatakan hal itu pada Cheryl. Jadi dia hanya diam dan mengerang kesal.
"Kudengar mereka dikabarkan sudah pisah." Sahabatnya itu duduk di ranjang sambil mendekap bantal di dadanya. "Tapi aku juga hanya melihat itu di berita tabloid. Kakakku sebenarnya nggak pernah membahas soal hubungannya dengan wanita itu."
Kiara kembali tenggelam dalam pikirannya, apa hubungan Calvin dengan Bianca memang sudah berakhir? Atau karena hubungan pria itu dengan Bianca sedang tidak baik-baik saja, Calvin hanya memanfaatkan dirinya untuk mengisi waktu luang, karena pria itu tahu soal perasaan Kiara padanya?
Sekali lagi Kiara mengerang frustasi dan mengacak-acak rambutnya, lalu bangkit berdiri dan melangkah menuju ke kamar mandi.
"Aku perlu mendinginkan kepalaku." Ucapnya lalu menghilang dari pandangan Cheryl.
"Jangan sampai masuk angin." Balas sahabatnya itu dengan nada prihatin.
***
Karena semalaman tidak bisa tidur dengan nyenyak, pagi-pagi sekali Kiara sudah duduk di meja makan sambil menikmati secangkir teh. Tak lama Cheryl ikut turun dan ikut menarik kursi di depan Kiara.
"Mau?" Kiara menawarkan teko porselen berisi teh pada Cheryl, yang diterima gadis itu dengan wajah masih setengah mengantuk. Mereka minum teh dalam diam di meja makan, sementara di lantai dapur, Blue yang kelihatan juga sedang malas-malasan, berbaring dengan mata setengah terpejam.
Ketenangan itu tidak berlangsung lama, saat langkah kaki terdengar menuruni tangga. Kiara dan Cheryl menoleh bersamaan dan mendapati Bianca muncul di dasar tangga. Cheryl hampir saja menumpahkan tehnya saat menyadari kalau perempuan berambut merah itu masih mengenakan baju tidur seksi warna hitam di balik jubah tidurnya yang dibiarkan terbuka. Jelas-jelas ingin menunjukkan penampilannya itu pada orang-orang yang melihatnya.
"Pagi." Sapanya acuh pada Kiara dan Cheryl dan melenggang menuju pantry.
Namun belum sempat ia sampai di dapur, Blue yang sejak tadi berbaring di lantai tiba-tiba berdiri dan menyalak ke arah Bianca.
"Kyaa!!" Teriak perempuan itu sembari melompat menjauhi Blue. "Hush! Hush!" Bentaknya sambil berusaha mengusir Blue dengan menghentak-hentakkan kakinya ke arah anjing itu.
"Blue!" Cheryl memanggil peliharaannya itu, dan anjing itu dengan segera berjalan menghampiri Cheryl, lalu duduk di dekat kaki kursinya.
"Uh, aku selalu tidak suka anjing itu." Ucap Bianca sambil mengibaskan rambutnya yang kelewat berkilau.
"Kurasa perasaanmu sama dengannya." Gumam Cheryl dari balik cangkir tehnya.
"Selamat pagi! Apa kalian sudah bangun?" Sebuah suara yang sudah dikenal Kiara dan Cheryl terdengar dari konservatori. Blue yang juga mengenali suara itu langsung bangkit dan berjalan cepat menuju asal suara itu.
Cheryl bangkit berdiri dari tempat duduknya dan menyusul Blue.
"Hei Ed." Sapa Cheryl pada tetangganya itu.
Edward tengah membelai-belai Blue sembari sebelah tangannya mengangkat mangkuk yang dibawanya tinggi-tinggi, karena Blue sepertinya sedang berusaha menggapainya.
"Aku membawa sup jagung buatan pengurus vilaku, kupikir kita bisa sarapan bersama." Katanya sambil mengerling ke arah mangkuk yang dipegangnya.
Cheryl memersilahkannya masuk ke dalam rumah, Edward masih berusaha menghindari Blue saat tatapannya bertemu dengan sosok Bianca yang bersandar di pantry dengan baju tidur seksinya yang terlihat jelas.
"Wow hai…aku belum bertemu denganmu sebelumnya." Ucap Edward sementara Cheryl memutar bola matanya mendengar komentar Edward.
Dengan gerakan yang dibuat-buat, Bianca mengulurkan tangan pada Edward, "Bianca, aku kekasih kakaknya," katanya sambil menunjuk Cheryl.
"Oh." Edward menoleh sekali pada Cheryl kemudian berbalik dan membalas jabatan tangan Bianca, "Edward Jones, aku tinggal di vila di seberang jalan."
Untuk beberapa saat Edward memerhatikan wajah Bianca dengan seksama, "Tunggu, rasanya aku pernah melihatmu." Ucap Edward sambil berusaha mengingat-ingat, "Bianca…Bianca…Bianca Devon? Model fashion yang terkenal itu kan? Aku tahu pernah melihatmu di salah satu billboard di kota."
Bianca tersenyum sangat senang saat mengetahui bahwa Edward mengenalinya.
"Aku penggemar beratmu." Tambah Edward membalas senyuman Bianca. "Apa kau akan ikut sarapan dengan kami?" Tanyanya sambil menoleh pada Kiara dan Cheryl, raut wajah Kiara langsung kelihatan tidak suka, namun ia segera menyembunyikan ekspresinya dengan mengangkat cangkir teh ke mulutnya.
Cheryl sudah hendak membantah saat Calvin tiba-tiba muncul dan berdiri di ruang santai.
"Bianca. Cepat siap-siap. Kita berangkat sebentar lagi." Dan dengan sama cepatnya seperti kemunculannya, Calvin menghilang kembali ke lantai dua.
"Kalian mau pergi?" Edward bertanya pada Bianca yang masih menyempatkan diri meneguk habis air di gelasnya.
"Sepertinya Calvin berencana mencari hotel untuk kami selama berada di sini."
"Kenapa? Kenapa tidak ikut tinggal di sini."
Bianca melirik ke arah Kiara dengan sengaja, "Kau pasti mengerti, sepertinya kami akan mengganggu mereka berdua dengan kegiatan kami kalau aku tetap tinggal di sini."
"Aaahh…" Edward mengangguk mengerti
"Bianca!" Suara Calvin terdengar lagi dari lantai dua.
"Sepertinya ada yang sudah tidak sabar." Ucap Bianca sambil berjalan menuju ke tangga.
Cheryl berdiri di samping Kiara dan berbisik dengan kesal, "Seharusnya aku biarkan saja Blue menggigitnya."
Kiara berusaha mengabaikan kata-kata Bianca yang masih terngiang-ngiang di telinganya.