Chereads / THE DENOUEMENT / Chapter 5 - Chapter Lima

Chapter 5 - Chapter Lima

"Sudah akhir musim panas tapi udaranya masih sepanas ini." Suara Danny terdengar begitu pintu ruang kantor Calvin terbuka "Hai, Boss. Maaf tidak bisa menyambut kepulanganmu."

Calvin memutar kursinya dan menghadap ke arah Danny yang kini sedang membuka jas biru berbahan corduroy miliknya dan menyampirkannya ke gantungan jaket di samping pintu. Sudah dua hari semenjak Calvin kembali dari Dartmouth. Saat ia tiba di kantor pada hari kepulangannya, Danny sudah berada di dalam pesawat menuju Milan untuk menemui salah satu partner mereka yang tiba-tiba mengalami masalah.

"Kalau kuperhatikan dari raut wajahmu, kelihatannya kau sangat merindukanku, Boss." Guraunya sembari menarik kursi di seberang meja kerja Calvin.

"Kau berhutang penjelasan padaku." Jawab Calvin sambil menutup layar laptopnya.

"Penjelasan? Ah…tiba-tiba Marchetti bilang kalau dia tidak bisa memenuhi tenggat waktu pengiriman busana untuk pemotretan…"

Calvin mengangkat tangannya dan mengisyaratkan pada Danny untuk berhenti.

"Aku tidak peduli soal itu, kau pasti bisa membereskannya." Calvin menautkan jarinya dan menatap Danny dengan serius, "Edward Jones. Kau bilang dia sedang bersembunyi dari paparazzi. Kenapa?"

Danny tertegun menatapnya selama beberapa detik sebelum akhirnya mencernah apa yang dimaksud Calvin dengan penjelasan.

"Ah! Edward Jones. Benar."

Danny bersandar di kursinya dan menyilangkan kaki, "Biasalah. Skandal. Edward memang dikenal sering gonta-ganti pacar, tapi yang paling heboh adalah saat beberapa waktu yang lalu dia kedapatan berselingkuh dari kekasihnya, yang juga lawan mainnya di beberapa pertunjukkan terakhir." Danny berhenti untuk menarik napas, sekaligus berusaha sok dramatis dan membiarkan Calvin menunggu.

"Lalu?" Calvin akhirnya tidak tahan dan mendesaknya dengan wajah kesal.

"Gadis yang jadi selingkuhannya adalah adik lawan mainnya itu. Kakak beradik itu bertengkar hebat dan jadi pemberitaan di mana-mana. Semenjak itu sepertinya Edward rehat dari dunia pertunjukkan dan bersembunyi." Danny mengakhiri penjelasannya dengan suara sedikit berbisik. Lalu tersenyum puas ke arah Calvin.

"Oh, ya Tuhan." Calvin menyandarkan kepalanya ke kursi dan memijat pelipisnya.

Calvin memutar kursinya dan menatap ke jalanan Hanover st. yang terlihat jelas dari jendela kantornya, berusaha mencari pemandangan yang bisa sedikit melegakan dadanya yang tiba-tiba terasa sesak.

Ia tahu dunia hiburan pasti tidak lepas dari skandal. Tapi melihat dari jauh dan ikut terlibat di dalamnya adalah dua hal yang berbeda. Bagaimana jika para paparazzi itu menemukan Edward? Bagaimana jika Kiara ikut terfoto bersama dengan Edward dan mulai digosipkan sebagai kekasih barunya? Lebih buruk, bagaimana jika sekarang Edward menjadikan Kiara sebagai target baru setelah ia putus dari pacar artisnya itu?

"Apa kau khawatir kalau Edward melakukan pendekatan pada Cheryl?" tanya Danny saat melihat reaksi Calvin.

Calvin melirik Danny namun tidak mengatakan apapun. Ia tidak berniat meluruskan kesalahpahaman Danny dengan berkata kalau bukan Cheryl yang ia khawatirkan, melainkan sahabat adiknya itu.

Menganggap diamnya Calvin sebagai pembenaran, Danny lanjut bicara, " Kalau kau khawatir, kenapa tidak ambil saja cuti tahunanmu? Sudah dua tahun ini kau tidak pernah menggunakannya."

"Apa?" Calvin kembali memutar kursinya 180 derajat menghadap Danny.

"Kau tahu, ikut menghabiskan liburan di Dartmouth. Sambil mengawasi Edward, jadi dia nggak bisa macam-macam dengan adikmu." Danny menjawab santai sambil mengangkat bahu. "Walaupun sebenarnya kupikir nggak perlu. Cheryl itu tergila-gila pada Alex. Dia nggak akan berubah pikiran hanya karena ada cowok baru yang muncul dan berusaha mendekatinya."

Calvin terlihat memikirkan perkataan Danny, namun detik berikutnya ia bangkit dari kursinya dan berjalan dengan gusar ke arah pantry minuman di dekat jendela.

"Dia bukan anak kecil lagi, aku tidak harus terlalu ikut campur dengan urusannya." Gumam Calvin lebih seperti berusaha menasehati dirinya sendiri. Ia cepat-cepat menuangkan air ke dalam gelas dan meneguk isinya.

"Mungkin benar," Danny menyetujui kata-kata Calvin, "Tapi dalam dua minggu ke depan kau akan jadi orang paling menyebalkan di kantor." Tambahnya sambil menaikkan sebelah alisnya. "Sekarang saja moodmu sudah kelihatan jelek, Boss." Ucap Danny mengakhiri argumennya.

Calvin juga tahu hal itu. Sudah dua hari sejak ia kembali dari Dartmouth dan ia masih beradu argument dengan dirinya sendiri soal Edward dan Kiara. Kalau ia tidak melakukan sesuatu, moodnya akan menjadi semakin buruk dan orang lain bisa menjadi korbannya.

Mungkin ia memang harus kembali ke Dartmouth dan mengawasi Edward. Kalau perlu menjauhkan Edward dari Kiara jika pria itu mulai macam-macam. Tapi kenapa dia sebegitu pedulinya soal Edward yang sedang berusaha mendekati Kiara? Apa dia…

Calvin menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan pemikiran yang sempat terlintas di benaknya. Tidak. Ini pasti karena ia sudah menganggap Kiara seperti keluarganya sendiri. Jadi wajar kalau ia ingin melindungi keluarganya. Calvin menenggak sisa air di gelas dalam sekali teguk dan meyakinkan diri dengan keputusannya.

"Kurasa kau benar." Katanya pada Danny, "Kurasa sudah waktunya menggunakan cuti tahunanku."

***

"Terima kasih sudah mengajakku ke sana." Kiara berkata sambil melirik pada Edward ketika mereka berdua berjalan pulang setelah sarapan.

"Hei, justru aku yang harusnya berterima kasih karena kau mau menemaniku." Edward balik menjawab sambil tersenyum lebar.

Pagi itu Edward datang ke rumah liburan mereka, mengajak Kiara dan Cheryl untuk ikut sarapan di restoran yang direkomendasikan seorang temannya, ia belum sempat mengunjungi tempat itu sejak ia tiba di Dartmouth. Cheryl berkata kalau ia akan melewatkan sarapan karena masih mengantuk, ia bicara dengan Alex di telepon semalaman. Walaupun Kiara tahu itu hanya alasan Cheryl agar Kiara pergi berduaan saja dengan Edward.

Edward menjejalkan kedua tangannya ke saku celana jeansnya dan bersiul santai di samping Kiara.

"Sepertinya ada yang suasana hatinya sedang bagus."

Edward tertawa mendengar komentar Kiara, "Tentu saja, bisa pergi makan dengan wanita cantik, sudah pasti aku senang." Jawabnya sambil mengerling ke arah Kiara

"Terima kasih atas pujiannya." Kiara membalas singkat.

"Tapi serius, ini pertama kalinya aku bisa ngobrol santai dengan seseorang tanpa merasa bosan." Edward menjelaskan sementara pandangannya kini berpindah pada kakinya. "Di dunia kerjaku, kebanyakan orang-orang, terutama para wanita. Mereka mendekatiku karena menginginkan sesuatu. Uang, ketenaran, koneksi. Saat aku ngobrol dengan mereka, lebih mirip seperti aku sedang menjadi juri di acara audisi."

Kiara belum tahu apa sebenarnya pekerjaan Edward, tapi mendengar perkataannya barusan, sepertinya ia orang yang cukup terkenal. Kiara sudah lama meninggalkan Inggris, ia pasti sudah melewatkan begitu banyak berita seputar orang-orang terkenal di London.

Edward menghembuskan napas dengan lega lalu melanjutkan kata-katanya, "Karena itu bisa mengobrol sebagai diriku sendiri dengan seseorang terasa menyenangkan. Aku harap aku bisa diberi kesempatan untuk bisa lebih dekat denganmu."

Edward pasti orang yang pandai merayu wanita, pikir Kiara. Pria itu sama sekali tidak menutupi kalau ia sedang berniat mendekati Kiara. Ia pasti sudah terbiasa mengatakan hal-hal seperti itu saat bersama dengan para wanita, dan mungkin tidak banyak wanita yang menolak untuk bisa dekat dengan Edward. Bahkan mungkin tidak ada. Tapi Kiara sekarang masih bimbang untuk cepat-cepat "dekat" dengan seseorang.

"Well, seperti yang biasa diucapkan Cheryl, selalu menyenangkan punya teman baru." Jawab Kiara akhirnya, ia tidak keberatan menghabiskan waktu bersama Edward namun mungkin tidak sedekat yang diinginkan pria itu. Belum.

"Sekali lagi, terima kasih untuk ajakannya." Kiara berbalik menatap Edward yang mengantarnya hingga ke depan pintu rumah liburan.

"Sama-sama." Jawab Edward sambil tersenyum.

Mereka berdiri diam selama beberapa detik. Kemudian tanpa diduga Kiara, Edward mendekat ke arahnya dan dengan cepat mendaratkan ciuman di pipinya.

"Ed!" Karena terkejut Kiara tanpa sadar sedikit berteriak dan mendorong pelan bahu Edward.

Pria itu justru tersenyum lebar dan menunjukkan deretan giginya, "Itu ciuman tanda pertemanan." Katanya kemudian, lalu segera berlari menuruni tangga dan meninggalkan Kiara yang masih sedikit tertegun. Ia akhirnya hanya bisa menggelengkan kepala dan berusaha memaklumi perilaku Edward.

Ia baru saja hendak membalikkan badan dan masuk ke dalam rumah saat sudut matanya menangkap sosok yang berdiri di tangga samping rumah liburan yang mengarah ke area makan luar ruangan. Kiara menghentikan langkahnya dan matanya terpaku pada sosok itu balik menatap ke arahnya dengan tatapan dingin.

"Calvin?"

Calvin melangkah ke dalam konservatori bersamaan dengan Kiara yang sampai di ruang tengah dan meletakkan jaket ke sandaran sofa. Gadis itu menatap canggung ke arahnya.

"Aku tidak tahu kalau kau berencana kembali ke sini." Ucap gadis itu sambil terus menghindari tatapan Calvin.

"Kulihat kau sudah dekat dengan pria tetangga itu." Calvin tidak memedulikan perkataan Kiara, moodnya sudah cukup buruk saat mengetahui kalau Kiara pergi berdua dengan Edward begitu ia sampai di rumah liburannya, dan menjadi sangat buruk saat ia melihat pria itu dengan santai mencium Kiara di depan matanya.

Mendengar pria itu bicara dengan nada ketus, Kiara langsung menoleh ke arahnya dan hendak berkomentar, namun kemudian terdiam selama beberapa saat dan menarik napas dalam-dalam sebelum bicara.

"Edward hanya mengajakku pergi sarapan. Marcella bilang dia tidak bisa menyiapkan sarapan karena cucunya sedang sakit." Jelasnya sambil mengikat rambutnya menjadi ekor kuda, "Ia juga mengajak Cheryl, tapi dia bilang masih terlalu mengantuk untuk ikut pergi."

Calvin sudah tahu soal itu, karena Cheryl sudah menjelaskannya saat ia bertanya pada adiknya itu soal keberadaan Kiara. Tapi tetap saja hatinya dengan bebal memutuskan untuk merasa kesal.

"Kenapa kau kembali ke sini? Apa ada sesuatu?" Kiara kembali bertanya dan berusaha menghentikan Calvin membahas soal Edward dan dirinya.

"Aku memutuskan untuk ikut berlibur di sini." Calvin menjawab.

"Apa?" Kiara kini menatapnya dengan tatapan terkejut dan detik berikutnya Calvin bisa melihat ekspresi tidak suka pada wajah gadis itu, yang dengan cepat berusaha disembunyikan dari Calvin. Melihat itu entah mengapa emosinya kembali terpancing.

"Well, aku minta maaf kalau kehadiranku di sini membuatmu tidak leluasa menghabiskan waktu berduaan dengan pria tetangga itu."

Kali ini Kiara tidak berusaha menutupi ketidaksukaannya pada kata-kata Calvin, "Aku tidak merasa aku butuh ijin darimu untuk dekat atau menghabiskan waktu dengan siapapun. Aku juga tidak harus memedulikan kau suka atau tidak dengan siapa aku menghabiskan waktuku." Kiara meraih jaketnya dan berbalik menaiki tangga menuju kamar di lantai dua yang ia tempati bersama Cheryl.

Calvin menghela napas berat dan mengutuk dirinya sendiri karena tidak bisa mengendalikan emosinya. Ia mendengar langkah kaki di tangga dan mengira Kiara kembali, tapi saat ia berbalik Cheryllah yang sedang berdiri di dasar tangga dengan tangan terlipat di depan dada dan tatapan mencemooh ke arahnya.

"Wow, permulaan yang bagus untuk membuatnya menjauhimu."

Calvin tidak bisa membalas komentar Cheryl karena memang itulah yang baru saja ia lakukan. Ia akhirnya berjalan ke dapur dan menuangkan kopi ke cangkirnya sementara sebelah tangannya sibuk meremas-remas rambut di kepalanya dengan sebal. Padahal saat tadi dalam perjalanan ke Dartmouth ia sempat bersemangat untuk melihat ekspresi seperti apa yang akan dibuat Kiara saat melihatnya datang, dan sekarang ia mengacaukannya di hari pertama karena suasana hatinya yang buruk. Bagaimana bisa ia berusaha menjauhkan Kiara dari Edward, kalau yang ia lakukan justru membuat gadis itu menjauh dari dirinya.

Kiara masuk ke kamar utama yang ia tempati bersama Cheryl dan melemparkan jaketnya ke sembarang tempat lalu duduk di tepi jendela, memandang ke arah perairan sungai Dart yang mulai dipenuhi perahu dan yatch.

"Kenapa dia jadi ikut liburan sih?" Gerutunya sambil menyandarkan kepala ke jendela.

Padahal baru saja ia berpikir jika ia mulai menghabiskan waktu dengan Edward seperti saran Cheryl, ia akan bisa perlahan-lahan mengalihkan pikirannya dari Calvin. Mungkin dengan begitu lambat laun ia bisa membuka hatinya pada kemungkinan menyukai orang lain selain Calvin.

Tiba-tiba terbesit dalam pikiran Kiara perkataan Cheryl soal kemungkinan dirinya untuk menjalin hubungan dengan Edward untuk melupakan Calvin. Tapi, walau menghabiskan waktu dan ngobrol dengan pria itu memang cukup menyenangkan, Kiara tidak terlalu tertarik dengan Edward yang kelihatan sangat pandai bicara dan mengatakan hal-hal yang biasanya memang ingin didengar oleh para wanita.

Kiara tiba-tiba merasa begitu lelah. Sekarang bagaimana bisa dia berusaha melupakan perasaannya pada Calvin. Berada dalam satu mobil yang sama di sepanjang perjalanan ke Dartmouth saja sudah membuatnya mengingat bahwa perasaannya pada pria itu masih sama seperti dulu. Sekarang ia justru harus menghabiskan dua minggu berada dalam rumah yang sama dengannya