Chereads / THE DENOUEMENT / Chapter 4 - Chapter Empat

Chapter 4 - Chapter Empat

Matahari baru saja mulai menunjukkan diri saat Calvin menginjakkan kaki di dasar tangga. Ia memutar badannya dan memandang Cheryl dan Kiara yang memutuskan untuk ikut keluar dan mengantarnya.

Calvin mendekati Cheryl, "Ingat, jangan bertindak ceroboh. Segera hubungi aku kalau terjadi sesuatu." Katanya

"Iya. Iya. Berhentilah mengkhawatirkanku seperti anak kecil." Cheryl menjawab sembari mengetatkan selimut yang membungkus tubuhnya.

Calvin hanya menggeleng lalu mengalihkan padangannya pada gadis berambut hitam yang berdiri beberapa anak tangga di atasnya, "Kiara juga, jangan biarkan Cheryl bertingkah seenaknya."

Kiara mengangguk pelan.

"Baiklah, aku pulang dulu." Pamit Calvin pada akhirnya.

"Pulanglah." Timpal Cheryl sambil membuat gerakan mengusir dengan tangannya.

Calvin sudah hendak naik ke mobilnya saat ia menangkap suara langkah kaki yang sedang berlari menuju ke arah mereka.

"Oh! Jadi kalian tinggal di sini." Tukas seorang pria dengan celana lari dan kaos oblong yang akhirnya muncul dari bayang-bayang dan berhenti tidak jauh dari tempat Cheryl dan Kiara berdiri.

"Hai, Edward. Sedang jogging?" Cheryl menyambut pria itu dengan tersenyum.

Mendengar nama yang baru saja disebut Cheryl, Calvin langsung menatap tajam ke arah Edward. Matanya mengamati pra itu dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan alis bertaut. Pria bernama Edward itu menyapa Kiara dengan senyuman lebar, jelas sekali terlihat tertarik pada Kiara, dan pemandangan itu membuat kerutan di dahi Calvin semakin bertambah tanpa ia sadari.

Seperti menyadari tatapan Calvin, pria itu berbalik ke arahnya, "Apa ini calon suamimu?" Tanyanya sambil mengulurkan tangan pada Calvin, "Hai, Edward Jones. Aku tinggal di ujung tikungan itu." Jelasnya sambil berputar menunjuk ke arah ia datang barusan.

Calvin hanya diam dan memandang tangan Edward yang terulur padanya selama beberapa detik yang canggung sebelum akhirnya memutuskan untuk membalas jabatan pria itu.

"Calvin…" Jawabnya singkat.

"Dia kakakku." Potong Cheryl tiba-tiba sambil melotot ke arahnya.

Edward tertegun sejenak sebelum akhirnya mencernah kata-kata Cheryl, "Oh! Maaf. Maaf. Salahku."

"Tidak masalah." Jawab Calvin sambil berdeham membersihkan tenggorokannya.

"Ah…kami sempat berencana untuk menghabiskan liburan bersama." Edward mulai menjelaskan, "Karena anda kakak Cheryl, kupikir aku harus minta ijin untuk menjadi teman berlibur mereka."

Sebelah alis Clavin berkedut saat mendengar permintaan ijin Edward.

"Tentu saja aku akan bertanggung jawab dan memastikan kalau mereka aman." Edward buru-buru menambahkan saat melihat ekspresi Calvin.

Di belakang Edward, Cheryl melotot ke arah Calvin dan memberi isyarat agar kakaknya itu tidak mengatakan hal yang tidak-tidak. Calvin mengabaikannya dan menaikkan pandangannya ke arah Kiara. Gadis itu masih berdiri di sana dan kelihatan tidak tertarik pada obrolan yang terjadi di depannya.

Calvin berpikir sejenak, jika ia boleh memutuskan, ia lebih suka menyuruh pria di hadapannya ini untuk tidak dekat-dekat dengan adiknya atau Kiara. Apalagi sedari tadi Calvin mendapati Edward beberapa kali mencuri pandang ke arah Kiara. Tapi berkata kalau ia hanya tidak suka pada pria itu sepertinya bukan alasan yang kuat.

Pada akhirnya Calvin hanya bisa menyembunyikan rasa tidak sukanya dan berkata, "Tidak masalah kalau mereka berdua setuju." Ia membalas tatapan Cheryl dengan sorot mata tajam, "Tapi jangan mengajak mereka melakukan hal-hal aneh dan berbahaya."

"Tentu saja." Edward mengangguk tegas.

Setelah memandang adiknya dan menatap Kiara lebih lama dari yang seharusnya, Calvin berpamitan dan masuk ke dalam mobilnya, lalu bergerak menuju ke London.

Seiring langit yang semakin terang, jarak mobil Calvin dan Dartmouth juga semakin menjauh. Tapi pikiran Calvin masih dipenuhi dengan ingatan soal perkataan Cheryl kemarin. Adiknya mengatakan bahwa pria bernama Edward yang kelihatan mirip gambaran dewa Yunani itu tertarik pada Kiara, dan setelah melihat gerak-gerik pria itu tadi Calvin mulai berpikir bahwa Cheryl mengatakan hal itu bukan hanya sekedar untuk menjahilinya.

Calvin mengetuk-ketukkan jarinya ke kemudi. Hal yang tanpa sadar ia lakukan jika sedang gelisah. Calvin tidak heran jika ada pria yang tertarik pada Kiara. Bahkan dirinya sendiri sempat terpesona saat melihatnya untuk pertama kali setelah sekian lama kemarin. Tapi setiap kali pikirannya menunjukkan wajah Edward entah kenapa ia merasa kesal sendiri.

"Pasti karena wajahnya kelihatan seperti playboy." Gerutu Calvin dengan geram.

Calvin berkali-kali mengulang nama Edward di dalam pikirannya, ia tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa nama itu tidak asing di telinganya.

"Apa aku pernah melihat pria itu sebelumnya?"

Dering ponselnya membuat pikiran Calvin buyar. Ia segera menyematkan handsfree ke telinganya dan menjawab telepon. Suara renyah yang sudah sering di dengar Calvin membalas dari seberang telepon.

"Kau sudah di London?" Tanpa basa-basi rekan kerjanya itu bertanya pada Calvin.

"Sedang dalam perjalanan." Calvin membalas sambil menyandarkan sebelah tangannya ke pintu mobil, "Aku akan mampir ke rumah dulu lalu langsung ke kantor. Kau sudah siapkan semua berkas untuk meeting siang nanti, kan?"

Danny yang mendengar pertanyaan Calvin langsung mengomel "Haaaah…apa kau tidak punya topik lain untuk dibicarakan selain pekerjaan?"

"Apa lagi yang perlu kubicarakan denganmu selain pekerjaan?" Calvin balik bertanya dengan ketus.

"Entahlah, Boss. Mengingat kita juga sudah berteman lama. Pembicaraan seperti bagaimana keadaan di Dartmouth, apa kau sempat jalan-jalan sebentar di sana. Bagaimana kabar Cheryl…"

"Jangan menyebut soal bocah itu. Aku sedang kesal karena dia." Calvin memotong Danny sebelum ia menyelesaikan kata-katanya.

Danny tertawa mendengar perkataan Calvin, " Apa yang dia lakukan kali ini?"

Calvin menyisir rambut dengan tangannya yang bebas, "Baru sampai di sana dia sudah mengajak pria asing untuk ikut menghabiskan liburan bersama mereka."

Kali ini Danny sama sekali tidak menyembunyikan gelaknya dan tertawa dengan keras, Calvin harus melepas handsfreenya karena telinganya berdenging. Baru setelah ia merasa kalau Danny telah berhenti tertawa ia kembali mengenakan benda itu.

"Dia itu memang selalu mudah mendapatkan teman baru." Danny berkata sambil masih berusaha menarik napas, "Kau tahu, aku jadi kasihan sama calon suaminya." Tambahnya setelah berhasil menenangkan diri.

Calvin mau tidak mau setuju dengan ucapan Danny, tapi mengingat Cheryl juga bertemu dengan calon suaminya itu di salah satu perjalanannya, sepertinya Alex sudah cukup tahu kebiasaan Cheryl.

"Hei, Dan." Calvin mencoba mengganti pembicaraan, "Apa kita pernah bekerja dengan seseorang bernama Edward Jones?"

"Edward Jones? Apa itu nama pria yang diundang adikmu?"

"Ya, sepertinya aku pernah mendengar nama pria itu, tapi entah di mana."

Suara di seberang telepon tidak terdengar selama beberapa saat, sampai akhirnya Danny menjawab dengan antusias.

"Edward Jones?! Kau tadi bilang Namanya Edward Jones?"

"Ya, itu yang tadi kubilang, kalau kau mendengarkan dengan seksama." Calvin menjawab dengan nada sarkas.

"Oh ya Tuhan! Seperti apa orangnya? Tinggi? Bertubuh ramping, dengan rambut hitam berombak agak panjang? Mata biru?" Danny tiba-tiba memberondong Calvin dengan pertanyaan soal ciri-ciri Edward.

"Well, aku tidak terlalu tahu soal warna matanya. Tapi, ya…kedengarannya seperti orang itu." Calvin mengonfirmasi pertanyaan Danny, "Apa dia salah satu model yang pernah bekerja dengan kita?"

"Bukan, bodoh." Danny menjawab, sama sekali tidak sadar kalau dirinya baru saja mengatai atasannya dengan sebutan bodoh. "Edward Jones. Dia aktor teater yang sekarang sedang naik daun."

"Ah…" Calvin tidak pernah bisa mengerti obsesi Danny dengan pertunjukkan dan drama musikal yang bergitu diminatinya. Rekan kerjanya itu bahkan pernah menolak untuk ikut dalam perjalanan bisnis karena waktunya bertepatan dengan pementasan pertunjukkan favoritnya.

"Hmm, jadi di sana dia bersembunyi dari paparazzi?" Danny bergumam pada dirinya sendiri.

Mendengar itu Calvin langsung bertanya dengan cemas, "Bersembunyi? Apa maksudmu dia sedang bersembunyi?"

"Hmm? Ah! Itu karena…" Danny berhenti bicara karena perhatiannya teralihkan oleh sesuatu, "Sorry Boss, kita lanjut nanti saja. Ada tamu penting yang tiba-tiba datang." Danny berkata dengan cepat dan langsung mengakhiri teleponnya, meninggalkan Calvin yang masih menunggu penjelasan Danny soal Edward.

Calvin menggaruk dagunya dengan gusar, apa maksud Danny dengan Edward sedang bersembunyi dari paparazzi? Apa pria itu sedang terlibat skandal? Kalau pria macam itu yang sedang berusaha mendekati Kiara…Calvin menghela napas dan berusaha menghilangkan pikiran buruknya. Kiara sudah dewasa, bukan urusannya dengan siapa gadis itu berkencan atau menjalin hubungan.

Jari Calvin kembali mengetuk-ketuk kemudi. Jika hanya Kiara, Calvin berasumsi kalau gadis itu pasti bisa mengambil keputusan yang lebih baik dari Cheryl. Tapi Kiara sedang bersama Cheryl sekarang, dan siapa yang tahu apa yang direncanakan adiknya itu, dan Calvin tahu bagaimana adiknya itu bisa cukup persuasif, hanya sedikit orang yang bisa menolak keinginan Cheryl, Kiara bukanlah salah satunya.

Suara-suara di dalam kepalanya silih berganti mengingatkan, antara dia tidak seharusnya terlalu ikut campur dengan urusan Kiara, atau bahwa ia seharusnya memastikan tidak ada pria tidak benar yang dekat dengan Kiara karena gadis itu sudah seperti adiknya sendiri.

Setelah hampir sepuluh menit pertengkaran sengit di dalam otaknya, Calvin menyerah. Ia memberi perintah pada komputer mobilnya untuk menelepon Marcella, pengurus rumah liburannya dan meminta wanita itu untuk mengawasi tingkah laku Edward selama menghabiskan liburan dengan Cheryl dan Kiara.

***

Kiara duduk membelakangi jendela sementara tangannya sibuk mengaduk minuman berwarna merah dengan sedotan bermotif garis merah dan putih, mirip permen tongkat yang biasa ia nikmati saat Natal. Di hadapannya, Cheryl asyik menyantap Fish and Chips yang dipesannya, sementara Edward masih berada di bar, memesan minuman ke duanya.

"Tempat ini lumayan juga." Celetuk Cheryl dengan wajah antusias.

Kiara mengalihkan pandangannya ke arah gantungan bendera warna-warni yang malang-melintang di langit-langit restoran yang terletak di sudut jalan. Sudah lewat jam makan siang, tapi orang-orang masih memenuhi bangunan bercat warna hijau yang memang baru beroperasi saat tengah hari itu.

Cheryl melirik ke arah Edward yang masih duduk di depan meja bar dari balik bahunya, Kiara mengikuti arah padangan Cheryl dan seperti sudah menunggunya, Edward menoleh ke arahnya dan tersenyum.

Cheryl memalingkan wajah menghadap Kiara dan tersenyum penuh arti, "Sudah kubilang kalau dia tertarik padamu, kan?" Katanya sambil tersenyum jahil.

Kiara hanya mendengus dan memutar bola matanya, "Kenapa justru jadi kau yang bersemangat sekali soal ini?"

"Kenapa tidak? Aku dan Alex juga bertemu saat aku sedang melakukan perjalanan ke Italy dan dia sedang liburan di sana." Cheryl mengingatkan, "Tidak ada tempat yang spesifik untuk jatuh cinta pada seseorang."

Kiara menyedot isi gelasnya sambil mendengarkan ocehan Cheryl, "Tidak semua pria setepat Alex buatmu."

Cheryl mengangkat alisnya sambil mengangguk, "Tapi, Edward juga kelihatannya pria yang baik." Sahabatnya itu mengibaskan sebelah tangannya ke udara, "Lupakan soal jatuh cinta, paling tidak kau bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mencoba dekat dengan seseorang yang bukan kakakku. Dia bahkan tidak bereaksi apa-apa saat aku menyebutkan bahwa Edward mungkin tertarik dan berniat mendekatimu."

Kiara hampir menyemburkan minumannya "Kau bilang apa padanya?!"

"Aku cuma berusaha melihat sikapnya soal itu, tapi dia hanya menatapku tanpa ekspresi lalu pergi." Cheryl mencibir kesal.

Walaupun sudah mengerti jika Calvin tidak memiliki perasaan padanya, mendengar bahwa pria itu bahkan tidak peduli ada seseorang yang berusaha mendekatinya tetap saja membuatnya merasa kecewa. Kiara mengigit bibir bawahnya dan berusaha mengingatkan dirinya agar tidak mengharapkan apa-apa dari Calvin.

"Hei, mereka sedang bersiap untuk melakukan pertunjukkan musik, kalian mau melihat dari dekat?" Edward tiba-tiba muncul sambil membawa segelas besar bir di tangannya.

Cheryl mendongak menatap Edward, "Aku masih mau menikmati makananku. Kiara saja, aku akan di sini menjaga tempat duduknya." Katanya sambil memberi isyarat pada Kiara untuk ikut dengan Edward.

Kiara menatap Edward yang kini sedang membalasa tatapannya dengan wajah menunggu. Ia akhirnya tersenyum dan mengangguk lalu bangkit dari tempat duduknya. Sudah jauh-jauh datang ke Dartmouth untuk berlibur, ia rasa ia harus memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Lagipula, seperti ucapan Cheryl, mungkin sudah waktunya ia mengakhiri perasaannya pada Calvin dan membuka hati untuk kesempatan yang baru.