Dengan Cahaya Obor Raden Samba Melewati Goa Di Wilayah Hutan Yakamba. Raden Samba akhirnya Tiba Di Sebuah Pintu yang Terbuat dari Ukiran Batu. Raden Samba Menaruh Obor Penerangan Di Tanah Goa. Dengan Memejamkan Kedua Matanya dan Menyatukan Kedua telapak Tangannya.Tiba -tiba Pintu Batu itu Bergeser. Terlihat Pemandangan Dari Arah Depan Sebuah Kotaraja Nan Ramai Dihuni Oleh Para Raksasa dari Wangsa Ditya dan Denawa. Para Raksasa Yang Berlalu lalang Seperti Manusia.
"SUGENG RAWUH , PANGERAN DARI DWARAWATI."Tampak Dua Raksasa Wangsa Ditya Menghaturkan Hormat pada Raden Samba.
Raksasa yang mempunyai Tubuh Kekar Berotot dengan Tinggi Enam Kali lipat Tinggi Badan Raden Samba. Membawa Senjata Kapak Besar Dan Tameng Dari Baja. Memakai Baju Baja Berwarna Hitam Tanpa Lengan dengan Lambang Bintang Kejora Di Dadanya.
"Matur Sembah Nuwun,Para Paman…"jawab Raden Samba Seraya Membalas Hormat Dua Prajurit Raksasa Penjaga Pintu Gerbang Pringgodhani.
"Apakah Nakmas Samba Mau bertemu Dengan Prabu Arimbisuta…?"Kata Raksasa Lain Yang Tiba -tiba Mendekati Mereka.
Dua Orang Raksasa Segera Bersimpuh Kearah Raksasa yang Baru saja Menghampiri Mereka.Raksasa Berpakaian Hampir Sama dengan Prajurit yang Menyapa Raden Samba. Hanya Ditambahi dengan Mahkota Seorang Mahasenapati. Dan Selendang yang Diselempangkan Di Bahu Kanannya.
"Paman Prabakhesa,Ma'afkan Paman .Anak Tak tahu diri ini .Mengganggu Kenyamanan Paman-paman Semua…"Kata Raden Samba Menghaturkan Hormat Pada Pamannya Mahasenapati Prabakesha.
"Ha…Ha…Ha…Ha…Siapa Yang Mengganggu,Keponakanku Cah Bagus.Nakmas Samba…?Justru Aku Merasa Senang Dikunjungi Oleh Putra Seorang Sahabat dan juga Seorang Saudara,Kakangku Prabu Khrisna…"jawab Mahasenapati Prabakesha sambil Tertawa.
"Ayo…Cah Bagus,Ikutlah Denganku !Akan Aku Antarkan Kamu kearah Adik Sepupumu."Sambung Mahasenapati Prabakesha Sambil Mengayunkan Telapak tangan Kanannya. Seolah Mengajak Raden Samba ke Suatu Tempat.
"Matur Sembah Nuwun ,Paman Prabakesha."jawab Raden Samba Kembali menghaturkan hormat nya Sebelum Berjalan Mengikuti Pamannya.
"Kesinilah Cah Bagus,Naiklah Di Pundak Pamanmu Ini ,Ngger.Sambil Kita Berjalan jalan Menyusuri Pasar Pringgodhani.Ha…Ha…Ha…"Jawab Mahasenapati Prabakesha tertawa senang.
Lalu Mengangkat Tubuh keponakannya Raden Samba dengan tangan Kiri. Kemudian Sang keponakan Diletakkan Diatas Bahu kanannya.Raden Samba Memegangi Baju Zirah Pamannya Mahasenapati Prabakesha.
"Paman Prabakesha ?"Tanya Raden Samba Kearah Paman Dityanya.
"Iya…,Nakmas…?"
"Apakah Bibi Arimbi Masih Berada Di Istana…?"
"Ha…Ha…Ha…Tentu tidak Nakmas Samba,Bibimu adalah Sosok Wanita Wangsa Ditya,Ngger.Wanita Wangsa Ditya adalah Wanita yang Harus Menemani Suaminya.Dalam keadaan Senang maupun Susah,Meskipun Bibimu Arimbi Tidak Bisa Merubah Wujudnya Kembali seperti Kami.Tapi Bibimu tetap Memiliki Umur Seperti Wangsa Aslinya.Tapi Bibimu tetap Kakang Embokku,Iya...Toh,Ngger?Seperti Delapan Kanjeng Ibundamu yang sangat Setia juga menyayangi dan menghormati Kanjeng Ramamu,Iya toh,Ngger.Ha…Ha…Ha…Ha…"Jawab Sang Paman sambil Tertawa Senang mendengar pertanyaan Keponakannya.
Raden Samba Tersenyum mendengar jawaban Sang Paman. Di depan Gerbang Istana Pringgodhani yang terlihat Megah. Setiap Prajurit Raksasa yang Berjaga Di pintu pintu Ruangan Selalu menyatukan kedua telapak tangannya Kearah Mereka. Seraya menundukkan Kepala. Akhirnya Mereka Tiba Diruang Istana. Di dalam Istana Utama Terdapat Singgasana yang Diduduki Oleh Seorang Raja yang Berwujud Manusia. Sosok Seperti Raden Samba,Sosok Raja yang Berpakaian sama Seperti Para Raksasa Prajurit dan Pembesar -pembesar Istana Para Raksasa. Mahasenapati Prabakesha Segera Menurunkan Raden Samba Kemudian Membungkukkan Badannya kearah Sang Raja. Sang Raja Yang tak lain adalah Raden Guritno (Gatotkaca)Duduk bersama Lima Permaisuri Utamanya. Dewi Akhilawati, Dewi Pregiwa, Dewi Suryawati, Dewi Sumpaniwati dan Dewi Antakawulan.
Semua Mahasenapati Pringgodhani Berkumpul. Ditya Pancatyana, Ditya Anchakagra, Ditya Yayahgriwa, Ditya Maudara dan Ditya Amisundha.
"Kakang Samba…!"Sapa Raden Guritno Kearah Kakak Sepupunya.
Raden Guritno segera beranjak dari Singgasananya. Kemudian Memeluk Kakak sepupunya. Raden Guritno Mempersilakan Saudara Sepupunya untuk Duduk Terlebih dahulu.
"Adi Guritno,Mohon Ma'af Jika Mengganggu …"jawab Raden Samba sambil Menghaturkan Hormat kearah Adik Sepupunya.
"Aku lupa Sesuatu,Adi Guritno.Kanjeng Ramaku Menitipkan Surat Ini Untuk Adi Guritno…"Sambung Raden Samba mengeluarkan Gulungan Kulit yang Diikat kearah Adik sepupunya.
Raden Guritno segera menerima apa yang diberikan oleh Raden Samba. Raden Guritno Membuka Segel Gulungan kulit yang dititipkan Uwaknya Kepada Sang Kakang. Kemudian Raden Guritno mulai Membacanya. Seperti mengerti isi dari Surat Pemberian Sang Kakak. Raden Guritno mengangguk -anggukkan Kepalanya. Raden Guritno tersenyum Kearah Sang Kakak Raden Samba.
"Kakang Samba,Aku sudah Membaca semua isi Surat yang ditulis oleh Uwak Khrisna.Pringgodhani tetap akan Membantu Melawan Prabu Bhomabomantara …"Kata Raden Guritno.
"Yang tahu Peta Kekuatan Kerajaan Prajatista,Disini hanya Paman Pancatyana.Sebab Paman Pancatyana pernah disekap oleh Prabu Bhomabomantara.Dan Pernah menjadi Senapati pengapit dari Mahasenapati Prahasta Atau Mendiang Paman Prahasta.Senapati dari Paman Narakasura,Ayahanda Raden Kismaka."Sambung Raden Guritno kembali.
"Sebetulnya,Kekuatan Pasukan Prabu Bhomabomantara Terletak Pada Tujuh Mahasenapati Asura Denawa.Yang Tertua Bernama Mahasenapati Mura,Mahasenapati Hayagriwa,Mahasenapati Nishunda,Mahasenapati Wistara,Mahasenapati Satruntapa,Mahasenapati Pancajana dan yang Terakhir Sudah Terbunuh Oleh Kakangmu Raden Partajumena, Ngger...Raden Samba.Mahasenapati Sambara,Karena Mahasenopati Sambara Berusaha Merebut Istri dari Kakangmu,Dewi Mayawati.Mereka Semua Adalah Raksasa Denawa Unggulan Dari kerajaan Prajatista.Sebenarnya Dahulu yang sering Menyiksa Aku dan Prabu Arimbaji Adalah yang Bernama Satruntapa Dan Wistara,Ngger.Itupun Atas Suruhan Prabu Narakasura…"jelas Ditya Pancatyana.
"Kita akan Membalasnya Kakang Pancatyana,Dahulu yang Menipu Kami Juga adalah Si Mura Bangsat.Kami Berempat dibawa Kearah Goa Siluman.Kami Berempat Di Bunuh Oleh Mereka,Kakang Pancatyana Dan Angger Samba.Dendam Kami Belum Terbalaskan Sampai Hari ini…!"kata Mahasenopati Anchakagra.
"Lalu Paman semua,Kira-kira Berapa Banyak Kekuatan Pasukan Prajatista?"tanya Raden Samba kearah Paman -paman Raksasanya.
"Pasukan Prajatista ,Sebagian Besar Diisi Oleh Para Raksasa dari jenis Danawa. Jumlah Mereka hampir Jutaan.Pringgodhani Seimbang dengan Jumlah Pasukan Mereka.Hanya saja Jika Kita Dibantu Oleh Pasukan Dewa seperti Kemarin,Kami yakin Kita Bisa Menang telak seperti Tempo hari.Tapi Masalahnya Raden Wisanggeni dan Seluruh Mahasenapati Jagad Raya Sudah tidak mau Mencampuri Urusan Kita.Itukan yang Dibilangkan oleh Uwak Kakrasanamu ,Ngger?"jelas Mahasenapati Prabakesha.
"Tapi kemungkinan Besar Kita Masih Bisa menambah Satu Kekuatan Lagi,Paman-paman…"Kata Raden Guritno.
"Pasukan dari Jangkarbhumi Milik Kakang Antareja…"sambung Raden Guritno kembali.
"Biarkan Hamba,Maudara, Yayahgriwa dan Amisundha yang Meminta bantuan Pasukan kearah Jangkarbhumi,Ngger."Kata Mahasenapati Ditya Anchakagra.
"Terima kasih Atas Masukan Paman-paman Semuanya,Waduoohh…!"Jawab Raden Samba Setelah Menghaturkan Hormat. Tiba -tiba Menepuk Jidatnya.
"Loh …Ada apa Kakang…?"tanya Raden Guritno heran kearah Kakang Sepupunya.
"Aku Tadi mengajak Temanku dari Dwarawati,Namanya Daruki.Tadi Dia pesan Makanan Nasi Kuning,Ayam bakar, Sambel goreng Kentang Pakai Ampela Hati Ayam sama Perkedel Kentang.Masalahnya Si Daruki Aku Tinggal Di Depan Goa…!"keluh Raden Samba membuat Semua Yang berada Disitu Kontan Tertawa Terpingkal -pingkal. Termasuk Lima Permaisuri Utama Pringgodhani.
"Biar Hamba yang Mengambil Masakannya…,Iya Kanda Suta…"Kata Dewi Akhilawati Mewakili Semua Permaisuri kearah Suaminya Raden Guritno.
"Ha…Ha…Ha…Ulahmu Kakang Persis Seperti Kakang Sitija.Ha…Ha…Ha…Memang Kalian Berdua Seperti Wadah Bersama Tutupnya.Ha…Ha…Ha…Ndak Kakang ,Ndak Adik ,Sama Saja.Ha…Ha…Ha…Tukang Mengerjai Orang…"kata Raden Guritno Tertawa Terpingkal -pingkal melihat Ulah Kakangnya Raden Samba.
Diikuti oleh Semua Paman-pamannya.Raden Samba yang Malu Sambil cengengesan Seraya Menggaruk -garuk Rambut Di Kepalanya.
Setelah Menjelang Pagi Raden Samba dan Daruki melanjutkan Perjalanannya kearah Gandamadana. Raden Samba Menertawakan Daruki yang Pingsan Semalaman.Ketika Mahasenapati Amisundha mengantarkan Beberapa Makanan Kepada Daruki.
"Waduoohh…Ndoro Pangeran .Memang Kebangetan,Masa Pamannya Ndoro Sinuwun Tetuka(Guritno/Gatotkaca).Yang Mukanya paling Sereemmm,Ndoro Suruh Ngantarkan Makanan Pesanan Hamba…"Celetuk Daruki kearah Junjungannya. Membuat Raden Samba Semakin Tertawa terpingkal -pingkal.
"Memangnya Kenapa Ki?"tanya Raden Samba sambil Cekikikan.
"Kebangetan,Kalau Ndoro Sinuwun Tetuka Hamba Tahu .Orangnya itu Gagah,Ganteng,Kekar Badannya Juga Perawakannya Tegap.Lah Ini Rambutnya Panjang sampai Menjuntai Di tanah .Matanya yang Suuueereeemm...Udah Besarnya Senampan Warnanya Merah Lagi.Habis itu Kulitnya Bersisik Semua Warnanya Hijau.Taringnya ,Ndoro .Hiiii…Kalau ingat-ingat Bisa-bisa Hamba Tidak Bisa Tidur Tujuh Turunan.Hiii…Giginya yang atas itu Taring Semua.Taring Yang Bawah Itu Lebih Besar Lagi,Soalnya Kan Nyathis (Rahang Bawahnya Lebih panjang dari Rahang Atas).Itu Lengan Bawahnya sama Tangannya ,Ndoro .Lebih Besar dan Lebih Panjang dari Yang atas .Lengan Atasnya Kurus, Badannya Bongkok ,Kakinya Juga Pendek .Jalannya Mirip Seekor Wanara(Bangsa Kera) .Hiiii…Hamba langsung Kejet-kejet.Kepala Langsung Pusing Sampai Ndak ingat Apa-apa…?"Sambung Daruki. Kontan saja Malah membuat Raden Samba Menjadi-jadi Tertawanya.
"Celanamu Juga Bau Pesing…Ki.Ha…Ha…Ha…Sudah Tua tapi Ngompolan(Kencing Di Celana).Ha…Ha…Ha…!"kata Raden Samba membuat Pipi Daruki langsung Merah Malu.
"Ndoro,Saya jadi Malu .Untung Bawa Serep …"
"Ha…Ha…Ha…Iya-iya-iya-iya…"Jawab Raden Samba kearah Sahabatnya.
"Ayoo…Ki.Kita Balapan,Nanti Di Gandamadana Kita Cari Makanan buat Ganjal Perut,HIIIYYYAAA…!!"kata Raden Samba Kemudian Memacu Kudanya Supaya Berlari Cepat. Kuda Raden Samba Akhirnya Berlari Melesat.
"LOOOHH…NdoroOOO…PangeraAAAn…TungGUUUU.Hiyaa…hiya…hiya…Oaaalaaahhh…!"Seru Daruki Ikut Memacu Kudanya .
Tapi Kudanya Malah Berjalan Santai Pelan -pelan. Tapi Daruki Tidak Menyerah dengan menghentak -hentakkan Pedal di Pelananya. Daruki Akhirnya Menepuk Jidatnya sambil Menggerutu Berkali -kali Melihat Kudanya Tidak Mau Berlari.