Chereads / Laskar Dewa Series Episode II Sitija (Sang Yadawa Terakhir) / Chapter 5 - Lidah Petaka dari Dewaloka Bag.II

Chapter 5 - Lidah Petaka dari Dewaloka Bag.II

Sang Narendra Khrisna yang menggendong Batara Indra segera Mencari Tempat Untuk membaringkan Tubuhnya. Diikuti Oleh Kedelapan Permaisuri Utama Beserta Dua Puluh Dua Pangeran Dwarawati. Setelah Mendapatkan Tempat Guna Membaringkan Tubuh Adik Adityanya Akhirnya Sang Narendra Hanya Meminta Dewi Satyabhama Untuk menemaninya menyembuhkan Luka Sang Batara.

"Aku Berharap Kepada Semua,Dinda!Kecuali Dinda Satyabhama agar menemani Aku.Aku Minta semua Dinda ,Carilah Tumbuhan Untuk Mengobati Luka-luka dalam Adi Indra.Dengan membuat Ramuan,Biarkanlah Aku dan Dinda Satyabhama yang berusaha Menyembuhkan Luka sayatan -sayatan bagian luarnya…"Perintah Sang Narendra Kearah Semua Permaisurinya.

"SENDIKO DAWUH,KANDA PRABU…!"Seru Semua Permaisuri Bersamaan menundukkan kepalanya sambil Menyatukan kedua telapak tangannya.

Kemudian Semua Permaisuri Berlalu meninggalkan Sang Narendra Berdua Bersama Dewi Satyabhama.

"Dinda Satyabhama…!"kata Sang Narendra Kearah Istrinya.

"Iya…Kanda!"

"Keluarkan Padma WijayaMulya Kepunyaanmu,Dinda. Kita Satukan Dengan WijayaKusuma Milikku…!"

"Sendiko Dawuh…!,Kanda…!"jawab Dewi Satyabhama.

Seraya Menundukkan kepalanya sambil menyatukan kedua telapak tangannya kearah Sang Suami. Seketika Disela-sela Jari tengah Suami Istri itu Keluar Dua Kuntum Bunga. Milik Sang Narendra Khrisna Sekuntum Bunga Dengan Kelopak Berkilauan Seperti Emas. Sedangkan Milik Dewi Satyabhama Sang Istri Hampir Sama Hanya Bersinar seperti Kilauan Perak. Pasangan Suami Istri Itu Segera Memejamkan Kedua Matanya. Lalu Banyak Sinar Berpendar DiRuangan Keluar dari Kedua Kuntum Bunga Milik Mereka Berdua. Sinar Berpendar Berubah Menjadi Hujan Serbuk Sari yang mendarat Perlahan Kearah Tubuh Batara Indra yang. terluka. Luka -luka Menganga Seperti Sayatan disekujur Tubuh Sang Batara Beserta Darah yang Mengalir menggenangi Tempat tidur. Seperti Besi Yang Tertarik Oleh Magnet. Genangan Darah Sang Batara Berjalan Pelan Memasuki Luka Sayatan disekujur Tubuh Sang Batara. Sampai Akhirnya Genangan darah terakhir. Seketika dengan perlahan Seluruh Luka sayatan yang berada ditubuh Batara Indra Menutup Sampai Sempurna. Seluruh Luka Tersayat di Kulit Batara Indra Menghilang . Batara Indra Akhirnya Siuman dari pingsannya. Ketika Melihat Sepasang Suami -istri didepannya. Sang Batara segera menghaturkan Rasa terimakasih dengan Menundukkan kepalanya dan menyatukan kedua telapak tangannya.

"Terimakasih Kanda Wisnu,Terimakasih Kakang Embok Pratiwi…"

"Sebenarnya Apa yang terjadi denganmu,Adi. Mengapa Adi Bisa terluka sangat parah Seperti tadi…?"tanya Dewi Satyabhama kearah Batara Indra.

"Sebetulnya,Ini semua Kesalahan Yang telah Dilakukan oleh Kanda Brahma.Kanda Brahma telah memberikan Kuasa Pada Bhomabomantara untuk menguasai Tiga Dunia.Hal itu sudah terjadi Ribuan tahun yang lalu,Kanda Wisnu dan Kakang Embok Pratiwi.Ketika Bhomabomantara bertapa di sekitar daerah Wilayah Ekapratala.Sosok Bhomabomantara adalah Penyembah setia Kanda Brahma,Sama seperti halnya Hiranyaksa dan Hiranyaksipu yang berada di dalam tubuh Prabu Narakasura dan Bhomaprahasta .Putra kembarmu sebelum Menitiskan raga kearah Tubuh Dewi Satyabhama,Kakang Embok. Kayangan Dewaloka dibuat Sungsang Bawono(Bahasa jawa:Hancur Berantakan),Kata Ayahandamu Yaitu Batara Ekawarna. Bunga WijayaMulya Juga ada yang Mencurinya,Berikut dengan Sumping Kanjeng Ibunda Aditi. Sebetulnya Aku Juga mau Minta tolong kearah Putra Angkatku Arjuna,Tapi Karena Para Pandawa sekarang Mau mengadakan Upacara Rajasuya.Aku Batalkan Niatku,Kanda…"jelas Batara Indra.

"Iya…,Adi Indra.Sebentar lagi Seluruh Adi dari Pandawa Sudah melewati Masa Pelariannya Dari Bale Sigala-gala.Sebentar Lagi Juga Mereka Akan meminta kembali Hak-haknya yang sekarang berada di tangan Para Adi Dari Kurawa.Tapi Untuk meretas masalah ini,Aku sudah meminta seluruh Kaumku Wangsa Yadawa guna membantu Kita.Besok Pagi Akan Kuutus Putraku Raden Samba Kearah Pringgodhani .Untuk meminta bantuan dari Adik Sepupunya,Raden Guritno(Gatotkaca)dan Wadyabalanya(Bahasa jawa:Tentara).Guna membantu Kita,Setelah itu Putraku akan menuju kearah Pertapaan Gandamadana.Dan Akan Meneruskan perjalanannya Kearah Trajutrisna.Sebab Trajutrisna Sudah Aku Berikan Tampuk Kekuasaannya Pada Seorang Ratu,Yaitu Dewi Ratu Agnyawati(Hyangyanawati). Karena Menurut Petunjuk Sang Hyang Wenang Kelemahan hati Bhomabomantara ada pada Agnyawati .Sedangkan Nyawanya Ada Pada Panah Naracha yang akan Keluar Dari Busur bernama Sarnga. Dan Hanya Dinda Dewi Satyabhama (Dewi Pratiwi)yang bisa membunuhnya…"jelas Prabu Khrisna.

"Aku Ikuti…Semua Perintah Kanda Wisnu dan Keinginan Kakang Embok Pratiwi."kata Batara Indra Seraya Menundukkan kepalanya sembari Menyatukan kedua telapak tangannya kembali kearah Pasangan Suami Istri didepannya.

.............................................

Pagi Terlihat cerah Menambah Pemandangan Dwarawati yang terlihat semakin Elok dan Asri. Wilayah Kerajaan Dipenuhi oleh Para Abdi Dalem yang berlalu-lalang mempersiapkan Kebutuhan Istana. Sang Narendra Dan Delapan Permaisuri Utama Duduk Diatas Singgasananya. Diikuti Oleh Dua puluh Dua Para Pangeran,Menantu dan Putri di Posisi tempat duduk Masing -masing.

"SENDIKO DAWUH…!,KANJENG RAMA…!"Seru Para Pangeran Dwarawati, Menantu dan Putri Sang Narendra. Seraya Menundukkan kepalanya beserta Menyatukan kedua telapak tangannya Bersamaan.

"Ngger…!,Putraku…,Para menantuku dan Putriku Semua…,Aku Terima Hormat Kalian …! "kata Sang Narendra Kearah Pangeran, menantu dan Putrinya.

"Raden Samba…!,Putraku…!,Majulah Kehadapan Kanjeng Ramamu beserta para Ibundamu…!"perintah Sang Narendra kearah salah satu Putranya Raden Samba. Raden Samba adalah Putra sulung dari Dewi Jembawati.

Sang Putra yang dipanggil pun Segera beranjak dari tempat duduk. Lalu berjalan maju Kedepan Sang Ayahanda. Raden Samba segera Duduk dalam posisi Bersila. Kemudian Menundukkan kepalanya seraya menyatukan kedua telapak tangannya Dihadapan Sang Ayah.

"Ngger…Cah Bagus.Apakah Angger tahu,Kenapa Kanjeng Rama Memilih memanggil Angger?"tanya Dewi Satyabhama kearah Putra dari Marunya.

"Sendiko dawuh,Kanjeng Ibunda Satyabhama.Hamba tidak tahu,Kanjeng Ibunda Satyabhama…"jawab Raden Samba sambil kembali menundukkan kepalanya seraya menyatukan kedua telapak tangannya pada Orang tuanya.

"Tugas Pertama Yang Aku Berikan Pada, Angger. Berikan Surat ini Kepada Adik Sepupumu di Pringgodhani,Ngger."kata Sang Narendra Khrisna sambil Beranjak dari Singgasananya.

Lalu Memberikan Gulungan Kulit kearah Raden Samba. Raden Samba Menerima Apa yang Diberikan Ayahandanya.

"Tugas Kedua,Setelah sampai kearah Pringgodhani.Teruskan Perjalanan Angger menuju Gandamadana.Bertanyalah Pada Adikmu Raden Arya Sumitra(Gunadewa).Maksud Dari Aku Menyuruh Angger."Jelas Sang Narendra Dwarawati tersenyum sambil Mengusap pundak Putranya.

"Sendiko dawuh,Kanjeng Rama…"jawab Raden Samba Kembali Menyatukan kedua telapak tangannya. Kemudian menundukkan Kepalanya sejenak didepan Sang Ayah.

"Apakah Angger ,Mau mengajak Salah satu Kakangmu,Ngger…?"

"Tidak…Kanjeng Rama…"

"Lalu,Dengan Siapa Angger mau ditemani…?"

"Hamba,Minta Ditemani dengan Ki Daruki,Kanjeng Rama."

"Daruki…Loh …Ngger.Itu kan Kusirnya Semua Kanjeng Ibundamu Kalau mau ada Acara,Ngger…?"

"Ampun…,Kanjeng Rama .Biar Nanti Kanjeng Rama saja yang Jadi Kusirnya Kanjeng Ibunda Semua.Seandainya kalau Para Kanjeng Ibunda mau Pergi Kepasar…?"jawab Raden Samba Membuat Semua yang Di Ruangan itu Tertawa.

"Aduohh… Biyung…,Oalah…Ngger-Ngger,Iya-iya…!"jawab Sang Narendra Sambil Menepuk Jidatnya mendengar Ucapan Sang Putra.

Membuat Delapan Permaisuri Tertawa kembali sambil Menutupi Bibirnya Melihat Ulah Putranya. Raden Samba Tersenyum lalu Menghaturkan Hormat seperti Biasanya Kemudian Berlalu Begitu saja. Sementara Sang Ayahanda Masih Memegangi Jidatnya sambil Menggeleng -gelengkan Kepalanya.