Chereads / Kisah Kasih Di SMA / Chapter 19 - berlibur ke Paris

Chapter 19 - berlibur ke Paris

Yesi menepuk-nepuk dan mencubit pipi beberapa kali untuk memastikan apakah dirinya bermimpi atau sejenisnya. Pasalnya, boro-boro ke Paris, ke bali aja bisa di hitung pake jari.

Maklum kedua orangtua Yesi menerapkan hidup jangan suka menghambur-hamburkan uang. Makanya bertemu keluarga Yesa terutama kedua orangtuanya Yesa membuat Yesi jadi milyader dadakan.

Setibanya di bandara Charles de Gaulle, kami menaiki taksi menuju hotel tempat kami menginap, akhirnya kami tiba di hotel dan mengurus prosedur check in di meja resepsionis.

Kami memilih kamar yang memiliki view yang indah langsung ke arah menara kebanggaan warga Perancis, apalagi kalau bukan menara Eiffel.

Hotel tempat kami menginap bernama Pullman Paris Tour Eiffel. Jaraknya kira-kira 400 meter dari menara Eiffel. Dengan jarak sedekat itu, gue bisa menikmatinya walaupun hanya menatap dari balik jendela.

"Kamu suka,Yesi?"

Pandangan gue tertuju ke samping, dengan senyum lebar gue bertanya ke Yesi.

"Iya, Yesa. Makasih udah ngajakin Yesi kesini," ucap Yesi. Gue mengangguk dan memberanikan diri mencium pipi kiri Yesi.

Gue berdiri menyamping dan mengacak rambut Yesi." Ini hadiah buat si pintar yang kemaren peringkat satu di kelas." Kata Yesa.

Seketika raut wajah Yesi teramat senang karena akhirnya kesampaian jalan-jalan ke Paris.

Sekali lagi, gue mengacak rambut Yesi. "Gue mandi dulu, kamu mau ikut? Sekalian kita mandi bersama."

Mata Yesi melotot seketika. "Dasar mesum. Sana mandi sendiri! Apa perlu Yesi beliin Yesa bebek karet buat nemenin Yesa mandi?" Sekuat tenaga Yesi mendorong badan gue.

"Enak aja ngajak anak perawan macem-macem." Ucap Yesi.

Sudut bibir gue angkat, "kalau Yesi berubah pikiran, langsung masuk aja, pintunya nggak gue kunci." Yesa mengedipkan mata setelah itu menghilang di balik pintu kamar mandi.

Selesai mandi Yesa mengambil hapenya dia berniat video call dengan Mama. Lalu mencari kontak Mamanya dan langsung melakukan panggilan video. Setelah beberapa saat, wajah Mama muncul memenuhi layar hape.

"Assalamualaikum, Ma?"sapa gue riang.

"Waalaikumsallam. Anak cowok Mama satu-satunya yang lagi liburan di Paris sama Pacarnya. Mama nggak pengen oleh-oleh, Mama mau kamu pulang nanti berdua sama Yesi yang penting sehat terus.

"Selamat menikmati liburan buat kamu dan Yesi" ucap Papa yang tiba-tiba aja dia ikut nongol di layar hape. Setelah Papa mengatakan itu, video call terputus. Gue mengangkat bahu, kemudian melangkah ke dekat jendela, rencananya pengen foto-foto berdua sama Yesi buat pamer sama teman. Lumayan buat yang liat biar pada iri.

Setelah puas berfoto dan mengirim ke group chat, gue memutuskan untuk masuk kembali. Kebetulan Yesi sudah rapi.

"Yesi mau kemana? Kok sudah rapi?"

Yesi menepuk pelan jidat gue." Yesa tidak mau jalan-jalan ? Ya sudah, Yesi sendiri saja."

"Eh-eh, Yesa ikut dong!" Gue menarik pergelangan tangan Yesi  dan membawanya duduk ke kursi. "Yesi tunggu sini, ya? Yesa mandi dulu. Nggak lama, kok."

Gue bergegas masuk ke dalam kamar mandi.15 menit, akhirnya sesi membersihkan kamar gue selesai. Saat membuka pintu kamar mandi, gue nggak nemuin Yesi di sudut manapun.

"Yesi?" Panggil gue, tapi tidak ada yang menjawab.

Gue memutuskan untuk berpakaian terlebih dahulu. Kaos putih polos di padukan jaket yang menjadi pilihan gue saat ini.

Gue beralih ke meja, tatapan gue jatuh pada satu note kecil yang tertempel di kaca meja. Itu adalah catatan yang di tulis oleh Yesi.

'Yesi tunggu Yesa di resto'

Kertas kecil itu gue remas, si Yesi main tinggal aja, gue'kan takut Yesi nyasar. Ish, pacar siapa, sih, itu?

Gue melangkah gontai keluar, beruntung gue tau bahasa Inggris, jadi dengan sedikit bertanya pada resepsionis akhirnya gue menemukan restonya. Gue masuk dan celingak-celinguk mencari keberadaan Yesi.

Rupanya dia duduk di sudut resto.

Dari yang gue liat, Yesi nggak sendiri, tapi ada cewek yang ikut duduk. Gue nggak liat wajahnya, karena cuma penampakan punggungnya aja yang terlihat.

Perlahan gue melangkahkan kaki menuju meja dimana mereka berada dan langsung mendudukan diri tepat di samping Yesi. Gue takjub ngeliat teman ngobrol Yesi. Nggak salah lagi, dia adalah model jelita sofia. Model asal Indonesia yang sukses berkarir di Paris.

"Maaf, kamu siapa?" Tanya Jelita bingung karena gue langsung nyerocos duduk di samping Yesi.

Dengan cepat gue menjawab."Saya P-"

"Dia Yesa." Yesi yang ngejawab pertanyaan Jelita.

Mendengar itu, gue langsung mengatupkan bibir.

Rupanya gue cuma sebatas Yesa di mata Yesi. Jelita yang sedari tadi menatap gue bingung, kini menyunggingkan senyum simpulnya dan mengulurkan tangan.

"Hai,Yesa. Aku, Jelita?"

Gue ikut tersenyum, menerima jabatan tangannya, "Seperti yang di bilang tadi, saya Yesaya. Saya fans berat anda, nona Jelita."

Jelita tersenyum lebar."Wah, senang bisa bertemu salah satu fansku."

Setelah beberapa menit berbincang menunggu pesanan, tiba-tiba hape Jelita berdering dan obrolan kami terhenti. Lebih tepatnya, obrolan gue dan Jelita, karena Yesi banyak diam dan ngelamunnya.

"Aduh, maaf. Kayaknya aku nggak bisa ikut makan malam bersama dengan kalian. Nga pa pa 'kan, Yesi?"

Yesi bertahan dengan wajah diamnya, dia ngejawab hanya dengan sekali anggukan.

Jelita bangkit dari duduknya. Yang buat gue melongok, Jelita tanpa tau malu mencium pipi gue, barulah setelah itu dia menjauh meninggalkan meja dimana gue dan Yesi berada.

Gue pengen ngebuka mulut. sumpah pengen banget tanya siapa itu Jelita sama Yesi. Tapi, pelayan lebih dulu datang membawa makanan yang telah di pesan tadi.

Gue menatap hidangan dengan hampa, entah kenapa lapar gue langsung ilang. Gue cuma mandangin steak itu dengan tatapan tanpa selera.

"Apapun yang mau kamu tanyakan, nanti saja. Untuk saat ini kita makan dulu, Yesi janji akan menjawab semua pertanyaan kamu."

Pandangan gue teralih kesamping, menatap Yesi yang mulai memotong-motong daging steaknya. Steak berhasil jadi potongan kecil, dia mengganti steak miliknya dengan milik gue yang masih belum tersentuh.

Sedikit saja perhatian dari Yesi bikin hati gue luluh, buktinya gue mengangguk dengan patuh dan langsung melahap steak sampai tandas.