Kaki gue menaiki anak tangga melangkah masuk menuju kelas bertuliskan 1 A. Ini hari pertama gue setelah diskor 3 hari,tidak ada yang berbeda, masih sama semua teman-teman gue pun masih sama nggak waras seperti sebelumnya.
"Yesa, apa kabar yang baru masuk lagi?" kata Daffa seru teman pertama gue masuk kelas lagi, gue menaruh tas ke atas meja dan ngeluarin hp dari saku celana,ada notif chat dari Yesi dan itu sukses bikin gue senyum-senyum sendiri.
Yesi^_^: Istirahat kita makan bareng ya
Yesi^_^: Ingat! jangan bikin ulah.aku nggak mau denger lagi kamu masuk ruang BK!
Me : Oke,sayang
"Sayang!! OMG!!" Teriak Uli histeris dan itu sukses bikin gue terkejut dan emosi, dengan cepat gue berdiri untuk bekep mulutnya.
"Diem nggak,lo!"teriak gue.kesel banget, nggak Uli,Ryan maupun Ivan bocor semua
Uli meronta-ronta mencoba ngelepasin bekepan tangan gue, dia pengen ngeluarin kata-kata tapi semuanya tertahan oleh tangan gue.
Lagi-lagi rasa penasaran terlontar ke arah gue dan uli, kali ini bukan cuma Daffa si ketua kelas aja, sudah pasti semua tatapan teman sekelas gue yang kebetulan sudah pada datang.
Gue ngelepasin tangan dari mulut Uli."Awas lo kalau ngomong lagi!"ancam gue
Uli mengangguk cepat, dia bergerak seolah-olah mengunci mulutnya seperti gerakan menarik resleting. Gue duduk terlebih dahulu, kemudian di susul Uli, Ryan dan Ivan
Gama dan Daffa tiba-tiba duduk mendekat ke meja gue."lo berdua ngeributin apaan, sih?"tanya Daffa.
Gue memutar bola mata malas,"jawab gih, uli!"
"Lo aja! yang jawab"tolak Uli
"Lo!"
"Lo!"
Seperti itu seterusnya sampai Gama dan Daffa jengah lihat tingkah kami berdua, mereka memutuskan untuk kembali ke bangku masing-masing. Gue dan Uli terbahak, itulah cara yang tepat untuk menghadapi temen-temen yang kepo.
Tawa kami terhenti saat suara lembut dan pelan menyapa.
"Assalamualaikum!" Sapa Bu Siti ramah. Dia adalah guru bahasa indonesia,wali kelas sekaligus guru favorit di kelas 1 A
Ibu Siti berhijab dengan tutur kata yang lembut.
Beliau tidak pernah memarahi anak didiknya. Walaupun bandelnya nggak ketulungan, BU Siti akan menegur kami dengan teguran lembut. Bukan buat kami se maunya, justru teguran itu buat kami segan sama Bu Siti, dia punya ketegasan Dengan caranya sendiri.
"Waalaikumsallam" Jawab kami serempak.
Setelah Bu Siti duduk di kursinya, dia biasanya mengawali dengan mengabsensi kami satu persatu, Gue biasanya di berada di urutan abjad terakhir.
"Yesaya Maha Karya?"
"Hadir,Bu,"ucap gue sambil mengangkat tangan.
"Pertahankan kehadiran ya,Yesa?"Ibu dengar kamu kemaren terlibat masalah?" Tanya Bu Siti dengan lembut
"Gue nyengir sambil garuk-garuk kepala yang nggak gatal."Maafin Yesa, Bu."
"Ga papa, jangan di ulangi lagi! Ibu nggak mau anak-anak Ibu bermasalah.Ini bukan hanya untuk Yesa saja,tapi untuk kalian semua,paham!"
"Paham, Buuu...!" Jawab kami serentak
Selesai mengabsensi semua murid kelas 1 A,Bu Siti melanjutkan dengan menyampaikan materi bahasa indonesia dan kami semua menyimak dengan penuh antusias. Ada kalanya kami becanda,tapi di waktu jam pelajaran kami benar-benar memanfaatkannya dengan belajar.
Ryan ngajak gue ke kafe yang baru buka dekat rumahnya,Uli dan Ivan pun ikut. Kami berempat sudah lama nggak jalan bareng, jadi gue mau-mau aja dan gue udah dapet izin dari Mama Papa.
Saat pertama kali sampai depan kafe, satu kata yang terlintas di kepala gue, Instagramable banget. Lihat aja,kafe yang baru buka seminggu ini sudah di banjiri pelanggan terutama anak muda tentunya
Beruntung masih ada meja kosong,Ryan memanggil salah satu pelayan untuk mendekat.
"Pesan apa,Kak?" Tanya pelayan pria sambil menyerahkan empat buku menu.
"Gue membolak-balik buku menu. Saya pesen ice kopi dan coklat cake,Kak!"setelahnya gue serahkan buku menu kembali
"Samain aja,Kak untuk minum dan kue nya"sambung Uli
"Iya,samain aja pesenan saya" ucap Ivan
"Iya,saya juga,Kak!"kata Ryan
Pelayan itu tersenyum mengangguk, setelah itu berlalu pergi.
Selang berapa lama, pelayan datang membawa makanan dan minuman yang kami pesan tadi
"Silahkan di nikmati," ucap pelayan itu. Setelah kami mengucapkan terimakasih, pelayan berlalu. Akhirnya kami berempat menikmati segelas ice kopi dan coklat cake .
Gue mau ngomong ama kalian bertiga,tapi gue mau minum dulu. Dengan sabar mereka bertiga nungguin gue selesai minum. Setelah puas gue menegakkan tubuh. "Lo bertiga, pernah ngerasain aritmia nggak pas deket-deket ama cewek?"
Ivan mengeryitkan keningnya. Aritmia? Apaan,tuh?"
Ah,gue baru inget. Ivan ini paling jago dalam masalah yang berhubungan dengan Jepang baik itu bahasanya maupun sejarahnya. Tapi kalo dalam masalah pelajaran, dia itu NOL besar. Gue mengerutkan bibir. Itu loh,Van, penyakit irama gangguan jantung. Nah,gue ngalamin itu pas deket sama Yesi."
Lama Ivan terdiam,dia mencoba mencerna kata-kata gue. Tapi di detik selanjutnya mereka bertiga ngakak kenceng sampai matanya berair.Gue bingung apa yang lucu?
Aritmia ? Ppffttt....Uli menutup mulutnya dengan tangan agar ketawa tidak kenceng lagi,hal itu bener-bener buat gue jengkel sama mereka bertiga. Gue melempar tisu ke mereka bertiga. Dengan refleks yang bagus mereka menangkap tisu itu.
"Kejengkelan gue bertambah. Jelasin aja sih !"
"Oke-oke."Setelah tawanya bener-bener hilang, Aritmia yang lo rasain itu kaya jantung tiba-tiba berdebar kalau deket sama Yesi" jawab Uli
Terus,lo kadang salting dan tiba-tiba pipi lo panas sendiri kalau lagi ngobrol sama yesi,gitu?"
"Iya,itu yang gue rasain,"seru gue
Semua yang di katakan mereka itulah yang gue rasakan belakangan ini, terlebih sejak malam itu.
"Lo beneran nggak tahu?"Ivan terlihat syok.
"T-tau,kok. Aritmia kan?"
Ivan menoyor kepala gue."Yesa-Yesa makanya otak lo jangan terlalu bayak dijejelin rumus Matematika dan Fisika. Gini'kan jadinya?"Ivan berdecak sambil geleng-geleng kepala.
"Apa hubungannya?" tanya gue bingung.
"Lain kali, tanyain aja sama gue. Kalo masalah cinta, gue emang ahlinya."Ivan terdengar bangga karena dia ngerasa selangkah lebih maju dari gue.
"Emang lo pernah pacaran?"
"Hahaha.....Engak,"jawab Ivan terbahak.
"Yeuh! Sok-sokan lo dasar Ivan!"Gue menoyor kepala Ivan.Dia nyengir-nyengir nggak jelas.
Setelah puas ngobrol-ngobrol, kami berempat menuju kasir. Kali ini gue yang traktir sebagai ucapan terimakasih buat mereka bertiga si pakar cinta dadakan. Mereka terlihat senang,bahkan terlihat senang sampai nyengir-nyengir nggak jelas kaya baru pertama kali dapat traktiran.