Sesampai di rumah Yesi, gue meneliti kamarnya karena untuk pertama kalinya gue masuk ke kamar Yesi. Nggak ada yang spesial. Seperti kamar cewek pada umumnya. Semua cat dinding di dominasi warna pink dan cream,ada satu rak buku, walk in closed, dan satu meja belajar.
Setelah puas menjelajah, gue memutuskan untuk membaringkan tubuh di kasur. Yesi lagi ngobrol dengan Papa Roman. Akhirnya gue pamit pulang karena mata gue udah ngantuk banget.
Sesampai di rumah gue langsung menuju kamar, membersihkan diri setelah itu beranjak tidur. Hampir aja gue terlelap, tapi notif sangat mengganggu. jadi, untuk saat ini gue tahan dulu rasa kantuk dan memilih mengambil ponsel di atas meja belajar.
Uli telah menambah anda
Uli : Tes ?
Ryan: Hadir
Ivan : (4)
Me :. (3)
Uli : Yesa.lo mau kita bantuin buat ngerjain Pak Harry ?
Ivan : Iya. Gue udah denger kalo Pak Harry, nggak adil sama lo,dari dulu gue pengen banget, ngerjain tuh guru biar dia kapok
Me : Jangan, anjir! Gue nggak keberatan kok di skor! Mayan libur tiga hari.
Me : he he he ....
Ryan : jadi, gimana,Yesa ? Rencana kami bertiga ingin bocorin ban mobil Pak Harry.
Me : Lah. Jangan coeg! Lo tahu sendiri Pak Harry kalau marah buasnya kaya apaan tahu????
Saking cepatnya gue ngetik dan langsung memencet tombol send.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Empat detik
Alamak, gue baru sadar bentar lagi subuh gue akhiri chat gue bareng Uli, Ryan dan Ivan
Bel pulang sekolah berbunyi gue dan Yesi jalan beriringan menuju tempat dimana mobil terparkir. Yesi duduk di jok depan, sebelah samping kiri gue yang menyetir dengan lincah khas anak-anak muda penguasa jalan.
Yang pertama kami kunjungi adalah tempat spa,salon maklum saja Yesi gadis yang menjaga penampilannya agar terlihat segar. Mungkin karena selalu perawatan wajah alami Yesi terlihat cantik dari anak-anak sebayanya.
Selesai perawatan di spa, jadwal kami selanjutnya ke mall, mobil yang gue kemudikan membelah jalanan yang terlihat lenggang, karena ini masih jam kerja kantor.
"Kita makan dulu,baru belanja"kata gue sambil menoleh ke arah Yesi.
Mobil berhenti tepat pada saat lampu merah di depan.
"Iya,Yesa."
Sebenarnya gue mau pulang tapi nggak enak sama Yesi.dia udah mau ngajakin gue jalan-jalan,masa gue sebagai cowoknya nggak tahu diri. Gue itu harusnya bersyukur di kasih pacar yang baik dan pengertian. Di luar sana pasti banyak yang iri dengan posisi yang gue tempati seperti sekarang.
Mobil berbelok memasuki kawasan parkiran mall. Gue mengikuti langkah Yesi. Kemana kakinya menuju,maka kesitu juga gue ikut melangkah.
Setelah makan, kami berputar-putar dan akhirnya memasuki butik yang menjual pakaian wanita dan pria. Yesi terlihat sibuk memilih pakaian wanita, sedangkan gue sibuk melihat-lihat pakaian pria sambil berpikir yang mana yang cocok buat gue.
Papa pernah ngasih satu ATM dan satu kartu kredit. Kata papa itu buat belanja kebutuhan gue bila di perlukan. Gue nggak tahu sebanyak apa isi ATM yang Papa kasih ke gue karena Papa menjabat sebagai direktur di perusahaan tambang dan perminyakan.
Setelah gue muter-muter memilih, pilihan gue jatuh pada flanel shirts. Gue membawanya ke kasir, setelah itu gue kembali ke Yesi yang masih sibuk memilih pakaian wanita.
Gue membantu Yesi untuk memilih pakaian yang akan di beli, akhirnya gue menyerahkan satu off shoulder berenda dengan celana warna biru lengkap dengan topinya.
"Cobain yang ini,sayang?" Ucap gue
Yesi ngangguk patuh dan langsung masuk ke ruang ganti.Yesi puas karena baju itu sangat pas dan tersenyum lebar. Kemudian gue memanggil pelayan toko, mengatakan untuk membayar sekaligus dengan pakaian yang gue kenakan.
Gue kembali lagi keruang ganti untuk melepaskan pakaian yang tadi baru gue coba. Masih baru,jadi harus di simpan dulu. Nanti saja memakainya.
Setelah dari butik, rupanya Yesi masih belum puas berbelanja. Dia masuk lagi ke salah satu toko,gue hanya mengikuti saja. Yang buat gue terheran-heran adalah, toko yang kami masuki kali ini menjual berbagai macam lingerie.Otak gue berpikir keras.
Tidak berapa lama, Yesi menjinjing satu kantong belanjaan lagi di tangannya. Gue menawarkan diri untuk membawa semua kantong yang di pegangnya." Biar gue aja yang bawa"kata gue
Yesi tersenyum lalu menyerahkan kantong belanjaannya."kita langsung pulang aja, udah sore juga"kata Yesi
Gue ngangguk antusias, karena sedari tadi nungguin kata-kata ini keluar.
Papa Mama terlihat segar dengan pakaian santainya, mereka duduk di sofa sambil nonton TV.
Setelah mengucapkan salam, gue ikut duduk bersandar di sofa, tepatnya di samping Papa. sedangkan Mama masuk ke dalam untuk menemani Oci.
"Hhhh... capek banget,Pa",lirih gue sambil memejamkan mata
"Sudah berapa toko yang kalian borong?"
"Semuanya,jawab gue malas.
Yesi mendorong-badan gue."mandi sana,badan kamu bau." Dengan malas gue bangkit. Tapi sebelum gue melangkah,gue berbalik, menatap Yesi dan menyerahkan satu kantong belanjaan padanya. Ini,ini,saya nemu di jalan."Gue langsung ngacir menuju kamar. Tepat sebelum membuka pintu,gue mencegat mama dan memberikan tiga papper bag"ini oleh-oleh buat Papa, Mama dan Oci" setelah mengatakan itu,Mama langsung pergi sambil mandangin punggungnya.