Ini pertama kalinya Patty menaiki tangga menuju foodcourt lantai 2. Tangga itu terlihat biasa saja terbuat dari tegel putih dengan pegangan putih. Namun, foodcourt di lantai 2 terlihat jauh berbeda daripada foodcourt lantai 1. Sama seperti lantai 1, lantai 2 juga memiliki konsep semi outdoor dimana tidak ada tembok di sekelilingnya, hanya tiang-tiang dan pagar. Lantainya dari ubin berwarna hijau tua, hijau muda, dan putih disusun seperti mozaik yang indah. Foodcourt ini dipenuhi dengan kursi-kursi dari besi dengan busa di atasnya yang nyaman berwarna hijau tua dengan meja berwarna putih dari kayu, stall-stall makanan yang ada di tengah foodcourt ini pun terlihat lebih mewah walaupun makanan yang dijual di lantai 2 mirip dengan di lantai 1. Terdapat beberapa meja dengan sofa-sofa panjang berwarna hijau yang telah ditempati beberapa siswa yang terlihat sangat elit. Langit-langitnya sangat tinggi dan di tengahnya terdapat lampu gantung indah berwarna kuning yang tergantung dari langit-langit lantai 3 dan di bawah lampu itu, tangga dari kayu berwarna hijau melingkar menuju ke lantai 3. Dari tempatnya berdiri, Patty dapat melihat beberapa pintu menuju ruang VVIP di lantai 3.
Lexa terus menggandeng Patty berjalan menuju meja di paling ujung, menghadap ke kolam renang, tentu saja meja dengan sofa-sofa panjang. Patty mengikuti Lexa, duduk di ujung sofa diikuti dengan Sharon dan Ayu yang duduk di depan Patty.
Tidak seperti di foodcourt lantai 1, dimana Patty harus berdiri dan memesan ke booth makanan, di sini mereka hanya perlu scan QR code di meja untuk melihat menu dan memesan dari ponsel mereka.
"Lu mau makan apa, Pat?" tanya Lexa lembut.
"Kita nggak akan tunggu Listy dan Debby?" tanya Ayu dingin, seperti biasa.
"Ah iya, dimana mereka?" gerutu Lexa sambil mengeluarkan ponselnya. Siap menelpon kedua gadis itu ketika Debby dan Listy muncul dari tangga sambil berlari-lari menuju meja.
"Hey sorry tadi toiletnya penu..." Debby tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. Ia kaget melihat ada manusia baru di sana. "Hello!" serunya pada Patty.
"Our new member girls!" seru Lexa.
"Of course! It's about time ya! Welcome girl!" kata Debby sambil memeluk Patty dan mereka bercipikacipiki ala ibu-ibu. Membuat Patty merinding.
Debby melepaskan pelukannya pada Patty dan duduk di sebelah Lexa sedangkan Listy tersenyum lembut pada Patty dan berkata, "Welcome." katanya sebelum ikut duduk di sebelah Ayu, tepat di seberang Patty.
Seperti biasa, percakapan dan canda tawa mengalir dengan sangat alami setelah mereka masing-masing memesan makanan mereka.
"Wah look who's here!" seru sebuah suara berat dari sebelah Patty. Satrya! Muka Patty langsung merah padam.
"Say 'hi' to QS's new member!" seru Lexa dan Debby berbarengan.
Muka Satrya terlihat kaget. Ekspresi kagetnya terlalu berlebihan sampai Nick dan Ilyas yang dari tadi berada di sebelahnya bingung.
"Kenapa lu, Sat?" tanya Nick sambil menepuk pundak Satrya.
"Oh, gua nggak nyangka saja hari ini datang juga." Katanya sambil tertawa.
"Berhubung ini pertama kalinya lu makan di lantai 2, gimana kalau kita gabung meja saja?" usul Nick ceria.
"Uu.. what a great idea (ide yang bagus banget)!" seru Lexa kemudian berdiri. "Hon tolong geser meja kalian!"kata Lexa pada Ilyas. Seperti kerbau dicocok hidung, Ilyas menurut begitu saja pada perintah Lexa.
Ilyas, diikuti dengan Nick dan Satrya menggeser meja di sebelah meja QS. Oh, tentu saja. Sangat tidak mengherankan bahwa Bandha Bandhu-lah yang menduduki meja itu. Satrya dengan sigap langsung duduk di sebelah Patty sedangkan Nick duduk di sebrang Satrya. Kemudian seperti biasa, dimana ada Nick di situ ada tawa dan keseruan. Ditambah lagi ada Zaki Moray, siswa tertampan ketiga di GIS. Ibunya, Elyaan Tapiheru, adalah anak dari salah satu pendiri Kastil Group, grup properti terbesar nomor tujuh yang cukup banyak membangun mall dan hotel terutama di Jawa Barat dan Jawa Timur. Grup ini baru mulai berjaya pada awal tahun 1990an karena adanya investasi besar dari perusahaan asal Skotlandia yang saat itu diwakili oleh anak pemegang saham mayoritas dari perusahaan itu, Magnus Moray. Ya, lalu begitulah pertemuan ayah dan ibu Zaki.
Zaki memang sangat tampan karena perpaduan darah ini. Matanya memiliki warna yang langka, hijau, dan hidungnya mancung dan kokoh. Namun, tidak seperti orang bule biasanya, ia memiliki mata yang cukup bulat, kulit kecokelatan seperti layaknya orang Maluku, rahangnya yang kokoh dan agak kotak, bibirnya agak tebal dengan gigi putih yang rata. Badannya sangat tinggi hingga mencapai 188 cm dengan badan yang gagah berotot. Rambutnya yang keriting berwarna merah dipotong dengan model high fade.
Semua anggota Bandha Bandhu dan QS selalu menyukai suasana yang terbangun karena mereka berdua. Tentu saja. Mereka tidak henti-hentinya tertawa karena ulah kedua orang itu. Memang tidak salah keputusan Patty untuk menjadi anggota QS.
***
"Lu yakin, Xa?" tanya Patty sekali lagi dengan muka khawatir.
"Iya!" Lexa mengangguk semangat di sebelah Patty.
"Lu kan sudah kaya, Xa. Untuk apa lu "hibur" oom-oom ini?" Patty menahan tangan Lexa yang mulai melangkahkan kakinya menaiki anak tangga pertama menuju lantai 3 foodcourt GIS. Patty takut sekali. Sekarang sudah lewat jam 8 malam dan sudah tidak ada lagi orang di GIS kecuali para satpam di depan.
Lexa melepaskan tangan Patty dengan tangan satunya sambil tersenyum nakal. "Menurut lu, gimana caranya gua beli dress mahal yang kita pakai sekarang dan bayar makeup artist kita tadi?"
Ya ampun!
Tadi pagi Lexa tiba-tiba meminta Patty untuk menemaninya belanja seusai sekolah. Patty menurut saja. Patty sempat heran mengapa Lexa tiba-tiba memaksanya untuk ikut mencoba dress dan memaksa untuk membelikan dress emas yang simpel dan elegan untuk Patty dan memaksanya untuk langsung memakai dress itu dengan heels emas yang cantik. Lebih heran lagi saat tiba-tiba Lexa membawanya ke studio makeup Lalavio, makeup artist yang sangat terkenal di Bandung dan tiba-tiba Patty malah ikut didandani di sana.
Lexa terus memuji bahwa Patty terlihat sangat cantik dengan rambutnya yang dibuat dengan model half updo dan bersikeras untuk menunjukkan ini pada orang-orang. Setelah itu Lexa langsung memaksa Patty masuk kembali ke mobil Mercedex-Benz S-Class hitam miliknya dan mereka kembali ke sekolah. Di sinilah Patty mulai takut. Apalagi saat Lexa memaksanya untuk ikut ke lantai 3 foodcourt dan berkata bahwa ia mau Patty menemaninya untuk "menghibur" para oom yang ada di sana. Memangnya itu legal, Lexa?!
Lexa tersenyum nakal kemudian menarik tangan Patty ke atas. Patty takut sekali tapi dia lebih takut kalau harus berjalan kembali ke luar GIS sendirian malam-malam. Patty ikut ke atas dengan ketakutan.
Mereka sampai di lantai 3 foodcourt. Kalau saja Patty tidak sedang ketakutan, ia pasti tekagum-kagum melihat lantai 3 ini. Lantainya terbuat dari granit mewah berwarna putih gading, dindingnya berwarna putih gading dengan pilar-pilar mewah yang atasnya dilapisi cat berwarna emas, langit-langitnya tinggi berwarna putih dengan plafon berundak tinggi yang indah dan lampu gantung yang menjuntai dengan indah berwarna kuning keemasan. Terdapat 5 buah pintu besar dan tinggi dengan ukiran Eropa kuno berwarna kuning muda.
Lexa menarik tangan Patty seperti sedang menyeret anak kecil yang sedang menangis di mall karena tidak dibelikan mainan oleh orang tuanya. Mereka menuju pintu yang paling besar yang berada di ujung lantai 3 itu. Semakin mendekati pintu itu, Patty semakin gemetar dan secara tidak sadar setengah bersembunyi di belakang Lexa.
Lexa mendorong pintu itu dan melangkah masuk. Tiba-tiba terdengar dua suara ledakan, membuat Patty terlonjak kaget sambil berteriak dan menutup kedua telinganya. Apa oom-oom di sini membawa senjata? Apa Patty tertembak? Apa Patty akan meninggal?
Patty membuka satu matanya karena mendengar banyak orang tertawa terbahak-bahak, termasuk suara tawa Lexa yang terdengar sangat puas. Di ruangan yang besar dengan nuansa yang sama dengan lorong tadi, ia melihat... semua anggota QS dengan dress emas yang senada dengan dress Lexa dan Patty. Selain itu, semua anggota Bandha Bandhu juga ada di situ. Semua sedang tertawa terbahak-bahak, tidak terkecuali Ayu. Ya, Ayu tidak tertawa sih tapi setidaknya ia tersenyum geli.
"Lu apakan dia, Xa? Sampai ketakutan begitu!" tanya Nick sambil tertawa terbahak-bahak. Duh, jahat banget sih!
"Gua cuman ikuti rencana awal kita, kok!" kata Lexa sambil terbahak-bahak.
"What?!" seru Zaki kemudian tertawa terbahak-bahak. "You really did that?"
Semua orang di ruangan itu tertawa semakin keras. Beberapa berusaha menerangkan kepada Patty apa yang terjadi tapi tidak ada yang kuat menahan tawa. Kemudian Sharon, yang terlihat sangat cantik dengan rambut wavy-nya, mendekati Patty dan menjelaskan. "Sejak kemarin sore, setelah lu masuk QS, kami semua rencanakan welcoming party buat lu. Tapi kita mau buat lu sedikit kaget dan Lexa came up with that idea."
Mendengar itu, sontak Lexa tertawa semakin keras. "Gua tahu lu banget, Pat. Lu pasti takut banget to break any rule."
Tiba-tiba musik mengalun, musik yang cepat dan menyegarkan yang dimainkan oleh Wilson Gunawan, salah satu dari anggota Bandha Bandhu yang merupakan DJ di UnholyTail, klub malam milik ayahnya. Satrya membawa ember berisi es batu dan tiga botol whiskey dan beberapa botol soju kemudian meletaknnya di atas meja garnit di sana dan mulai membagi-bagikan minuman-minuman itu ke dalam sloki-sloki kaca yang disediakan di dalam lemari kaca di pojok ruangan. Beberapa anggota Bandha Bandhu dan QS ada yang menari, ada yang mengambil minuman, ada pula yang duduk di sofa atau kursi bar sambil berbicara dan memakan pizza dan sayap ayam panggang yang sudah tersedia di dalam ruangan itu saat Patty datang, mungkin mereka sengaja memesannya untuk caamilan.
Patty, Lexa, Satrya, dan Nick duduk di kursi kayu tinggi di ujung ruangan, dekat meja tempat Satrya meletakan minuman-minuman tadi, sudut yang tidak terlalu berisik dibandingkan tempat lainnya di ruang itu. Masing-masing dari mereka memegang sloki mereka masing-masing dan melakukan toast.
Patty menghela napas lega setelah menghabiskan seluruh minumannya dalam sekali teguk. "Gua benar-benar nggak menyesal masuk QS!" serunya.
"What about your puppy, dear?" tanya Lexa sambil tersenyum nakal seperti biasanya.
"Lu punya puppy sekarang, Pat? Kok gua nggak tahu?" seru Nick girang.
Lexa memukul kepala Nick dengan tinjunya kemudian berkata. "Bukan puppy betulan, tahu!"
Nick memegang kepalanya bingung, melihat ke arah Patty, meminta penjelasan dari kata-kata abusrd Lexa tadi.
Patty berdeham, entah mengapa ia merasa bersalah akan mengatakan ini pada Nick tapi biarlah toh memang kenyataannya begitu. "Maksud Lexa, puppy gua itu Olive."
"Hah?" Nick mengangkat sebelah alisnya tinggi. Apa maksudnya? Bisa-bisanya Olive dianggap sebagai puppy Patty. Jahat sekali.
Patty mengangkat bahunya frustrasi. "Soalnya dia selalu mengikuti gua kemana pun gua pergi. Dari mulai menunggu gua setiap pagi di gerbang sekolah, sampai mengikuti semua kelas yang gua ambil."
"Bukannya sekarang gua juga mengikuti semua kelas lu, Pat?" tanya Nick bingung. "Lexa juga selalu begitu setiap tahun, kan?"
"Wuih, update juga lu Nick! Padahal lu di Korea selama ini!" goda Lexa sambil tertawa.
"Harus selalu up to date dong!" balas Nick kemudian tertawa sambil menepuk keras pundak Satrya.
"Padahal lu baru tahu itu dari gua waktu kita main basket Sabtu kemarin! Sok-sokan banget sih!" kata Satrya dengan tawa sambil meninju lengan Nick. Kelewat keras sampai Nick mengaduh.
Patty terdiam sebentar selama mereka bercanda. Iya juga, ya. Tapi kan… "TAPI!" seru Patty membuat mereka semua kembali melihatnya. "Kalian kan nggak ada yang selalu nunggu gua di depan gerbang, mengekor gua kemana pun gua pergi, selalu minta keputusan gua untuk apapun yang kalian akan lakukan, telepon gua setiap hari atau datang ke rumah gua untuk kerjakan tugas, atau…atau…"
"She really did all of those? " tanya Lexa dengan muka tidak percaya dan jijik.
Patty mengangguk kesal. "Makanya gua kesal banget!"
"Lu sudah coba bilang Olive kalau lu nggak suka dia begitu, Pat?" tanya Nick sambil menatap Patty serius. Tumben Nick bisa serius begini.
"Em…" Patty gelagapan. Ia tidak pernah berkata apa-apa pada Olive selama ini.
"Gimana dia bisa tahu lu nggak suka kalau lu nggak pernah bilang?" sambung Nick.
"Chill, dude!" kata Satrya sambil merangkul Nick. "Olive seharusnya tahu kelakuannya menyebalkan. Gua saja yang lihat sudah gerah rasanya. Olive itu terlalu posesif, ya nggak Pat?"
Patty mengangguk sambil cemberut pada Nick. Nick kan tidak tahu apa yang terjadi antara Patty, Satrya, dan Olive. Mana mungkin dia mengerti, sih?
***