Olive duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu di hadapan meja kayu besar dengan taplak meja dengan motif kotak-kotak merah-putih kecil di Rumah Makan Gelfara. Salah satu rumah makan sunda yang terkenal dan mahal di daerah Dago. Rumah makan ini memiliki konsep yang unik dengan bangunan yang tampak seperti saung dari depan. Terdapat ijuk yang menutupi atap besar rumah makan ini yang memiliki dinding yang terliht seperti dibuat dari anyaman bambu. Di dalam pun dinding rumah makan ini dilapisi dengan wallpaper bercorek anyaman bambu. Lantainya dibuat dari ubin oranye kecoklatan, meja kasir dari anyaman bamboo begitu juga dengan mayoritas meja dan kursi di sana. Meskipun demikian, kursi-kursi itu diberi bantalan dan bantal sungguhan agar para pengunjung dapat duduk dengan nyaman. Satu-satunya kursi yang tidak dibuat dari bamboo adalah kursi kayu panjang yang diduduki Olive ini.
Rumah Makan Gelfara in juga memiliki dekorasi yang unik dimana terdapat banyak wayang yang besar, sebesar pria dewasa, beridiri di dekat tangga dan di pintu masuk dan beberapa menempel pada dinding-dinding. Tangga menuju lantai 2 terbuat dari ubin yang sama dengan lantai dengan pegangan dari bamboo yang sudah dihamplas sehingga halus.
Lantai 2 rumah makan itu memiliki atap yang memiring, mengikuti bentuk kerucut atap rumah makan itu. Tetapi hanya sebagian lantai 1 rumah makan itu yang tertutupi lantai 2. Karenanya, pengunjung yang ada di lantai 2 dapat berdiri di ujung lantai 2 dan berpegangan pada pagar pembatas sambil menikmati indahnya Kota Bandung dari sisi kanan Rumah Makan Gelfara, tempat dimana Olive duduk, yang selalu terbuka dan juga dari jendela atap di sissi kanan atap Rumah Makan Gelfara.
Di tengah kerucut atap berwarna coklat tua itu, tergantung lampu gantung besar dari besi berwarna hitam dengan satu lampu kuning besar di tengah dan enam lampu kuning di sekelilingnya. Lampu itu bergaya Sunda kuno yang indah. Instrumen angklung lagu Sunda pun mengalun lembut membuat suasana menjadi semakin nyaman dan homy (seperti di rumah).
Olive menatap pemandangan Bandung di depannya dengan hati berat. Kenapa ini semua harus terjadi padanya?
"So tell me about it (nah, ceritain ke gua dong)."
Olive menoleh, melihat Nick yang datang lalu duduk di sebelahnya. Dengan sigap, Nick mengambil secangkir susu coklat panas dari nampan yang dibawa pelayan tepat di belakangnya dan menyerahkan cangkir itu pada Olive. Olive menerima cangkir itu dan menyeruputnya sedangkan Nick mengambil gelas tinggi berisi es teh leci manis miliknya dari nampan pelayan tersebut.
Olive menghembuskan napasnya dengan senang. Susu coklat panas, udara malam di kawasan Dago atas, dan pemandangan Kota Bandung yang indah. Benar-benar memukau.
"Cantik, ya?" kata Nick memandang pemandangan Bandung di depan mereka. "Selama gua di Korea, gua sering banget mimpi main ke sini lagi sama kalian."
" 'kalian'?" tanya Olive sambil menoleh pada Nick. Maksudnya Olive dan Patty?
Nick mengangguk masih sambil menatap pemandangan di depannya. "Ya, kalian. Lu, Patty, dan Lexa. Waktu SD kita sering ke sini 'kan? Gua ingat dulu waktu bokap gua dan bokap Lexa survey tanah untuk penginapan, kita pasti lari-lari di sini. Teriak-teriak."
"Ya, tapi yang lari-lari 'kan cuman kalian. Gua biasanya cuman duduk di ujung." Kata Olive mengenang masa lalu mereka. Saat itu, orang tua Nick dan orang tua Lexa memang berencana membuat sebuah penginapan dengan pemandangan Kota Bandung di daerah sini. Ibu Patty, yang waktu itu adalah sekretaris pribadi ibu Nick, ikut dengan mereka sambil membawa Patty. Tentu Patty selalu mengajak Olive juga. Jadilah mereka berempat selalu duduk di kursi kayu itu setelah lelah berlari kejar-kejaran sampai lewat maghrib lalu makan malam di sana, di Rumah Makan Gelfara milik ayah Nick. Benar-benar menyenangkan menyantap hidangan di meja yang berbatasan langsung dengan pagar, menawarkan pemandangan Kota Bandung yang indah. Namun biasanya Olive terlalu takut untuk ikut bergabung bersama mereka meskipun Patty dan Nick sudah mengajaknya berkali-kali untuk bergabung. Ya, Olive terlalu takut dengan Lexa yang sedari kecil sudah sangat bersinar.
Nick tertawa. "Ya, dari dulu sampai sekarang lu selalu pendiam sih, Live. Jadi banyak yang mudah salah paham tentang lu."
Olive jadi kesal mendengarnya. Maksudnya apa sih? Tapi Olive tidak berani berbuat apa-apa jadi ia hanya menatap pemandangan di depannya dengan kesal dan meminum susu coklatnya.
"Jangan pundung, dong!" canda Nick sambil menyikut Olive pelan kemudian tertawa.
Alih-alih tertawa, mata Olive malah memanas dan air mata mulai bercucuran dari pipinya. Ia kesal sekali. Bahkan saat ini pun di mata Nick semua yang terjadi hanyalah kesalahpahaman karena ia terlalu pendiam? Padahal Nick bahkan tidak tahu apa-apa!
"Eh, Live!" Nick mulai gelagapan. Ia meletakan gelasnya di meja dan mendekat pada Olive. Dengan bingung dan kikuk Nick berusaha menepuk pundak Olive. Ia harus bagaimana? Memangnya ia buat salah apa sampai Olive menangis?
Nick yang bingung harus bagaimana akhirnya teringat sesuatu: makanan manis! Ia langsung berdiri dan menghampiri pelayan sedangkan Olive yang masih menangis mulai berpikir bahwa Nick meninggalkannya karena sudah lelah dengan tangisan Olive. Sekarang Olive harus bagaimana? Ia tidak punya siapa-siapa lagi.
Tangisan Olive semakin menjadi. Memang ia tidak bersuara, namun air matanya semakin deras mengalir dan beberapa kali ia terseguk karena tangisannya. Ia harus melakukan sesuatu agar Nick tidak meninggalkannya. Harus! Lagipula, Nick satu-satunya orang yang perhatian dengannya sekarang.
Olive menoleh perlahan karena merasa pundaknya ditepuk pelan. Nick mengulurkan sebatang coklat dengan muka bersalah. Olive mengambil coklat itu dari tangan Nick sambil masih terisak sesekali.
"Sorry, gua nggak maksud buat lu nangis." kata Nick kemudian duduk di sebelah Olive, memperhatikan Olive yang sedang membuka bungkusan coklat itu perlahan. Suasana yang hening itu terpecahkan karena suara tawa Nick.
"Apa?" tanya Olive galak sambil mengunyah coklatnya.
Nick tertawa semakin keras kemudian berkata. "Muka lu itu loh, Live! Lu bisa berubah banget hanya karena makan coklat. Gua lihat muka lu pelan-pelan berubah ceria setiap lu gigit coklat."
Olive menelan coklatnya dan menatap coklat di tangannya dengan perasaan… entahlah. Bahagia? Ia senang sekali rasanya. Tapi kenapa, ya?
Nick berhenti tertawa dan tersenyum melihat Olive yang akhirnya dapat tersenyum kembali. Ia mengangkat tangannya dan menepuk kepala Olive sambil berkata. "Nah, gitu dong! Jangan cemberut lagi."
Olive semakin tidak mau mengangkat kepalanya. Ia menggigit coklatnya sekali lagi untuk menyembunyikan senyum malu-malunya. Duh jangan samapi deh Nick tahu Olive sedang segembira ini. Malu banget!
"Live," kata Nick. "Gua nggak mau lihat lu dan Patty berantem. Sedih banget gua lihat Patty tadi sampai dorong lu begitu."
Apa? Nick khawatir pada Olive? Itukah alasannya kenapa Nick begitu peduli pada Olive sejak pagi tadi?
"Kalau lu nggak keberatan, Live, gua boleh tahu apa masalah kalian? Siapa tahu kalian bisa berteman lagi seperti dulu. Gua nggak mau lihat kalian begini."
Olive menelan coklatnya dan menatap Nick. "Lu mau tahu?"
Nick mengangguk.
Olive membuka mulutnya, ia baru saja hendak memberitahu Nick semua yang terjadi. Tentang Patty, QS, Lexa, dan Satrya. Tentang betapa kecewanya Olive karena harapannya hancur. Tentang Patty yang kemudian memilih meninggalkan Olive setelah semuanya yang mereka lalui. Tapi… tapi Olive ingin memastikan bahwa apa pun yang ia katakan tidak akan membuat Nick menjauh dari dirinya. Haruskah… Olive berbohong? Tapi kalau memang Nick peduli padanya harusnya apa pun yang terjadi Nick tidak akan meninggalkan Olive, kan? Buktinya saja Nick sampai rela dimusuhi satu sekolah demi Olive. Tentu…tentu Nick adalah seorang pahlawan di mata Olive. Olive ingin memiliki Nick sepenuhnya. Nick, adalah milik Olive!
"Tapi Nick, kenapa lu begitu mau tahu?"
Nick tersenyum melihat Olive. Nick terlihat sangat tampan malam itu. Tidak setampan Satrya tapi lebih menawan hati Olive. Nick melayangkan pandangannya ke pemandangan malam Kota Bandung di hadapannya sambil menghembuskan napas dan berkata. "Karena gua nggak mau kalian bermusuhan. Karena gua tahu, Patty pasti punya alasan kenapa ia jadi seperti itu."
"Patty?" jangan bilang alasan Nick ingin tahu adalah… Nick tidak percaya bahwa Patty juga jahat!
Nick kembali menghadap Olive dan memandang Olive tepat di matanya, membuat jantung Olive sulit berdetak. "Iya, gua yakin Patty nggak jahat. Gua yakin…"
Mata Olive mulai berkaca-kaca lagi. Ia cepat-cepat menundukan kepalanya dan menghapus air matanya. Jadi Nick peduli pada Patty, bukan padanya. Bodoh banget Olive!
"Live, kenapa…" Nick tidak menyelesaikan kalimatnya. Sudah dua kali ia membuat Olive menangis dalam waktu kurang dari satu jam. Nick yakin, yang salah adalah dirinya. Ia pasti melakukan sesuatu yang menyakiti Olive. Tapi apa?
"Nick," kata Olive. Air matanya terus bercucuran dari matanya tapi ia sudah membulatkan tekadnya. Ia tidak akan membiarkan apa pun diambil lagi dari dirinya. "Gua akan cerita semuanya supaya lu tahu orang macam apa Patty itu."
Baiklah, kalau itu yang harus ia lakukan, Olive akan "membumbui" ceritanya agar Nick tidak lagi ada di sisi Patty. Agar Nick ada di sisi Olive sepenuhnya.
***
Semua mata tertuju pada Patty saat Patty turun dari Mercedex Lexa. Lexa, yang sudah turun sebelum Patty, mengangkat kepalanya dengan anggun dan tersenyum pada…dirinya sendiri. Patty yang masih belum terbiasa dengan semua itu menggaruk kepalanya kikuk kemudian buru-buru berdiri di sebelah Lexa supaya ia tertular sedikit kepercayaan diri Lexa.
Mereka berjalan bersama menuju loker dan kelas. Patty masih belum dapat percaya bahwa ia ternyata senang dengan perhatian semacam ini. Ia merasa dirinya cantik, terkenal, berkelas, dan penting. Sesuatu yang ia tidak pernah rasakan saat ia masih berteman dengan Olive. Bukan lagi perasaan malu karena dilihat seperti induk ayam, melainkan perasaan bangga layaknya seorang selebriti.
Oh, satu hal lagi yang sangat Patty sukai! Sebelum ia bergabung dengan QS, jumlah pengikut di ingstaramnya hanyalah sekitar 4.000 orang. Tetapi setelah ia sering muncul di story Lexa, jumlah pengikutnya naik dengan cepat. Apalagi setelah ia masuk ke QS. Jumlah pengikutnya sekarang sudah lebih dari 15.000 orang. Tinggal tunggu saja. Siapa tahu nanti akan ada tawaran endorse untuknya.
Patty duduk di kursi kebangsaan barunya. Di tengah kelas di antara Sharon dan Ayu. "Halo!" sapa Patty girang sambil meletakan tasnya sedangkan Lexa langsung duduk di kursinya di sebelah Sharon, dekat dinding, dan langsung mengeluarkan ponselnya, memulai ingstaram livenya.
"Hey!" sapa Sharon dengan ramah. Hanya sebentar sebelum kemudian ia kembali sibuk dengan ponselnya. Pasti sedang trading saham atau crypto seperti biasa. Ayu yang sedang berbaring malas di mejanya, mengangkat kepalanya sesikit, hanya tangannya lemas pada Patty, kemudian kembali meletakan dahinya di atas tangannya.
Patty duduk dan tersenyum bahagia. Rasanya hidupnya sudah sempurna. Apalagi…
Patty mengeluarkan ponselnya dan melihat satu pesan di whatsin-nya yang belum ia buka "Good morning my pretty Patty. " bunyinya.
Ya, inilah kehidupan yang semua siswi impikan bukan? Masuk geng hits, disukai oleh siswa yang paling popular di sekolah, tetap mendapat nilai bagus, kaya, modis, disayang orang tua. Apalagi yang kurang?
Patty mengetik balasan pesan untuk Satrya dengan cepat. "Morning." katanya. Memang harus sedikit jual mahal, kan?
Tiba-tiba suasana kelas menjadi ricuh, membuat Patty mengangkat kepala dari ponselnya dan melihat… Nick yang sedang berjalan di depan Olive, melindungi Olive dari lemparan kertas dan bolpen dari siswa-siswi di kelas itu. Semua bersorak mengejek mereka.
Patty terperangah. Ia tidak menyangka Nick akan terus melindungi Olive sampai seperti ini. Untuk apa, sih? Nick kan dari dulu selalu melindungi Patty, kenapa sekarang tiba-tiba melindungi Olive?
Nick menarik Olive agar berjalan di depannya sambil melewati lorong antar meja siswa agar Nick bisa melindunginya dari belakang. Mereka melewati Patty dan Nick melirik ke arah Patty dengan marah.
Itu adalah pertama kalinya Patty mendapat tatapan marah Nick seperti itu. Patty ingat, waktu mereka masih SD dulu, Patty sering diganggu oleh siswa-siswa sebaya Nick, terutama teman-teman Nick dan Satrya. Suatu kali Patty diganggu sampai menangis oleh mereka dan Nick datang dan langsung memukul mereka satu persatu. Patty masih ingat tatapan Nick saat itu. Tatapan marah Nick ternyata masih belum berubah.
Patty kesal sekali sampai ingin menangis rasanya. Kenapa Nick malah membela Olive, sih? Apa Nick tidak tahu kalau yang seharusnya dibela itu Patty?
***