Chereads / POV - There are always two sides of a coin / Chapter 17 - Bab 5 - bagian 2

Chapter 17 - Bab 5 - bagian 2

Nick benar-benar muncul di depan rumah Patty lagi. Fakta yang lebih mengejutkan lagi adalah, Nick benar-benar ikut sarapan di rumah Patty! Padahal Patty kira kemarin Nick dan Desi bercanda. Ternyata, pagi-pagi saat Patty baru saja mau mandi, Desi dan Bi Inem sudah sibuk di dapur, menyiapkan sarapan untuk mereka dan Nick. Patty sampai hampir jatuh mendengar ibunya berkata seperti itu.

"Nih!" Nick menyodorkan jaket yang masih berada dalam plastik saat Patty hendak naik motor Nick di halaman rumah Patty.

"Apa nih?" Patty menerimanya dan membuka plastiknya. Jaket Doraemon, karakter

kartun kesukaan Patty. "Wah!" Patty langsung memakainya dan naik ke atas motor Nick tanpa meminta bantuan Nick.

"Nih, hadiah karena sudah pro naik ke atas motor gua." kata Nick memberikan helm fullface berwarna biru dengan corak muka Doraemon yang besar di belakangnya dan Doraemon-Doraemon kecil di depan.

"Elah mas! Niat banget! Makasih!" seru Patty sambil langsung memakai helm Nick.

Begitulah, walaupun mobil Patty sudah selesai diperbaiki, Patty tetap berangkat ke sekolah dengan Nick. Satrya yang mendengar hal itu hanya tersenyum dan berkata ia percaya pada Patty dan Nick. "Gua yakin dong sahabat gua nggak mungkin tega nikung gua." kata Satrya suatu hari di foodcourt sambil merangkul Patty.

Meskipun tanggapan Lexa sangat skeptis dan bahkan terus memperingatkan Patty untuk berhenti dekat dengan Satrya—yang terlihat terlalu cuek di mata Lexa—namun Patty tidak peduli.

Mana mungkin Patty melepaskan pangerannya begitu saja? Lagipula Patty yakin Satrya hanya ingin fokus dengan ujiannya kali ini.

Namun sampai sore itu, saat QS dan Bandha Bandhu berkumpul di lounge Hotel Nusa, merayakan selesainya ujian dengan makan banquet di sana, Satrya masih juga menghilang. Patty kira, Satrya akan ikut perayaan ini. Toh, ujian juga sudah selesai. Tetapi nyatanya Satrya tidak ada di sana.

Dengan lesu Patty memakan dessert tiramisu kesukaannya sendirian. Anggota QS yang lain sedang mengambil makanan berat di banquet sana tapi Patty sama sekali tidak berserela.

"Hey cewek! Sendirian saja." goda Lexa kemudian duduk di hadapan Patty diikuti oleh anggota QS yang lain. "What's wrong girl? (Ada apa bun)" tanya Lexa khawatir begitu melihat muka kusut Patty.

"Gua pikir bakal ada Satrya di sini…"

"Oh come on! Wake up girl! (Ayolah! Bangun!)" kata Lexa dengan frustrasi. "Nggak sadar lu? Satrya bukan hanya nggak mau diganggu karena ujian. Dia benar-benar nggak peduli sama lu! Coba kasih tahu gua kapan terakhir kali chat lu dibalas dia?"

"Sebelum ujian." kata Patty sambil mengaduk-aduk tiramisunya di dalam cup sampai tidak berbentuk.

"Forget him, Pat! You deserve someone who can make you happy! (Lupain dia, Pat! Lu pantas bersama orang yang dapat buat lu bahagia) " Lexa mengibaskan rambutnya kemudian menusuk susis di piringnya dengan ganas.

"I agree, Patty. You're a beautiful, smart, kind, and gentle girl. You should be with someone who can see those and appreciate you. I can't stand seeing a guy who takes his woman for granted (Gua setuju, Patty. Lu cewek yang cantik, pintar, baik, dan lembut. Lu harusnya bersama dengan seseorang yang dapat melihat itu semua dan menghargai lu. Gua nggak tahan lihat cowok yang menyia-nyiakan ceweknya)." kata Listy

yang duduk di samping Patty dengan suara lembutnya. Patty kaget melihat seorang Listy yang selama ini selalu diam tiba-tiba berbicara.

"See? Bahkan Lis…" belum selesai Lexa berbicara, Debby tiba-tiba memukul meja dengan sangat keras. Membuat Sharon yang duduk di sebrangnya terlonjak dan hampir menjatuhkan ponsel di tangannya. "Iya, Pat!Gua sudah nggak kuat lagi! Gua berusaha netral, nggak mau bawa-bawa lu ke cara pikir gua. Tapi gua sih ogah (nggak mau) banget sama cowok yang kaya begitu! If I were you, I would've left him by now. No second thought. (Kalau gua jadi lu, gua sudah tinggalkan dia sekarang. Nggak mikir ulang). Sibuk sih sibuk belajar tapi bukan berarti cuek banget sampai nggak bisa balas chat sama sekali, dong!"

Ayu yang duduk di sebelah Lexa mengangguk setuju sambil memakan nasinya dengan anggun. Sedangkan Lexa tersenyum seakan menang kepada Patty.

Patty menghela napas dengan frustrasi. "Gua juga maunya begitu guys tapi Satrya janji akan menemani gua sepanjang liburan ini."

"Did he? (Iyakah)" tanya Sharon yang duduk di paling ujung, masih sambil memperhatikan ponselnya. Tanggapan Sharon itu menyadarkan Patty. Tidak, Satrya tidak berjanji apa-apa pada Patty.

Patty kembali memakan tiramisunya dalam diam. Bagaimana ini? Apa sebaiknya Patty

tinggalkan Satrya?

***

Nick tertawa sampai ponselnya terjatuh ke karpet berbulu lembut dan panjang berwarna krem di ruang keluarga Patty. "Yo, girls are so scary (cewek-cewek nyeremin banget)."

"What?" tanya Patty. Jengkel melihat reaksi Nick, ia melemparkan bantal sofa yang ia peluk sedari tadi.

Nick menangkap bantal itu masih sambil tertawa. Ia malah menumpuk bantal yang Patty lempar ke atas bantal sofa yang Nick peluk saat Patty bercerita tadi. "Dia sudah jelas-jelas bilang dia mau fokus belajar!"

"Well ujian sudah selesai." kata Patty datar sambil mengangkat kedua bahunya.

"Mungkin dia sedang berdadah-dadah ria dengan orang tuanya? Ingat, dia sampai ijin nggak ikut ke Norway, loh!"

"Ya tapi masa sih balas chat gua sekali saja nggak bisa?"

"Yeah itu aneh, sih. Tapi bukan berarti lu harus langsung jauhi dia juga, Pat!Benar-benar teman-teman cewek itu ngeri, ya." Nick kembali tertawa.

Patty cemberut. Tetapi benar juga, ya. Mungkin Patty terlalu khawatir. Tentu Patty tidak dapat menjadikan Lexa-Ilyas sebagai patokan hubungan yang baik, kan? Satrya bukan Ilyas, Patty bukan Lexa. Tapi kata-kata anak-anak QS benar-benar meracuni pikiran Patty.

Ponsel Patty berbunyi, pesan whatsin baru masuk ke ponselnya.

"Lu nggak mau lihat dari siapa?" tanya Nick sambil bolak-balik melihat Patty dan ponsel Patty yang ada di coffee table marun di hadapan mereka.

Patty menggeleng dengan tak acuh. "Gua sudah capek. Dari waktu itu gua selalu semangat cek whatsin setiap kali bunyi. Tapi kalau bukan mamah, papah, ya lu yang chat gua."

"Heh!" Nick kembali melemparkan bantal Patty, tepat mengenai kepala Patty—yang hanya berdiam diri tanpa perlawanan—sebelum akhirnya jatuh begitu saja di paha Patty. "Maksud lu chat gua nggak penting?"

Patty mengangkat bahunya sambil mencibirkan bibirnya mengejek Nick. "Meh."

"Heh!" baru saja Nick mengangkat bantalnya untuk dilempar pada Patty, ia menyadari sesuatu. "But anyway, lu kan di rumah, Tante Desi dan Oom Bimo juga di rumah. Gua juga di sini dan ponsel gua malah ada di karpet situ. So...?"

Mata Patty langsung bercahaya kembali. Ia menatap Nick dengan pandangan bersemangat. Nick membalas tatapan Patty dengan tatapan menggoda.

Patty dengan cepat langsung mengambil ponselnya dan benar saja... pesan dari Satrya!

"Hey, pretty Patty! So sorry aku baru bales chat kamu. Aku dari tadi di rumah Eyang (kakek nenek dalam bahasa Jawa), lagi kumpul2 sekalian disidang sama mereka karena aku ga ikut ke Norway besok. Nanti malam kita tlp ya!"

"Uuuu.. 'pretty Patty'." goda Nick yang ikut membaca pesan Satrya dari belakang Patty.

"Ih ganggu wae! Ganggu melulu)" umpat Patty kemudian dengan cepat membalas pesan Satrya.

'Ya ampun bang! Aku kira kemana. Okay! Kabarin, ya!'

Nick memungut ponselnya kemudian berdiri. "Ya sudah, Pat. Gua balik dulu, ya! Sudah malam. Lu juga harus mandi tuh sebelum telepon semaleman sama Satrya."

Patty melirik jam di ponselnya. Baru juga pukul 8 malam. Biasanya Nick di rumah Patty sampai pukul 10 malam dengan alasan belajar. "Yaaah... lu di sini saja! Kita ngobrol bareng sama Satrya."

"Hah?!" Nick tertawa terbahak. "Lu gila apa? Satrya bisa ngamuk kalau tahu gua di rumah lu sampai malam!"

Patty cemberut, tapi kata-kata Nick ada benarnya juga. Akhirnya Patty membiarkan Nick pulang dan langsung mandi sebelum kemudian menunggu telepon dari sang pangeran.

***

Patty tertawa sambil memeluk guling di atas ranjangnya. "Sungguh? Terus abang bilang

apa?"

"Ya aku bilang, 'nggak jadi ikut soalnya Satrya sudah ada cewek, Budhe (bibi dalam bahasa Jawa)'." kata Satrya

di ujung telepon sambil tertawa pelan.

"Terus terus?"

"Terus Budhe mau lihat mukanya, aku nggak mau kasih lihat ah malu. Kan belum resmi

pacaran. Akhirnya malah digodain dibilang bucin sama Mbak (kakak perempuan dalam bahasa Jawa) Hanna, anaknya Budhe."

Patty tertawa. Duh malu juga. Iya juga. Satrya jadi seperti bucin, ya? Belum pacaran tapi

sampai tidak ikut pergi ke luar negeri. Patty jadi senang, ia merasa dihargai oleh Satrya. "Terus?"

"Terus terus mulu, Pat. Nabrak dong nanti."

Patty dan Satrya tertawa sebentar kemudian mereka terdiam. Tidak lama kemudian

Satrya menguap dan berkata. "Tidur yuk, Pat. Besok gua mau ke bandara pagi-pagi. Ikut nganter

bokap, nyokap, eyang dan para Budhe dan Pak Dhe (paman dalam bahasa Jawa) ke bandara. Mungkin sekalian main-main

di Jakarta sebentar sebelum pulang Bandung lagi."

"Oh..." setelah sekian lama tidak berkabar, sekarang Satrya mau tidur begitu saja?

Padahal mereka baru telepon sekitar 10 menit. Tapi, Patty tidak mau sampai Satrya merasa dirinya mengganggu jadi Patty berusaha memakai nada yang riang kemudian berkata. "Alright. Good night. (Ya sudah. Selamat malam)"

"Night."