"Tumben pisan." kata Desi sambil duduk di ranjang besar dari kayu jati dengan sprei merah marun dan kelambu merah muda samping Bimo.
"Tumben pisan naon (sangat tumben apanya)?" tanya Bimo dengan suara parau masih sambil memejamkan matanya di dalam selimut sutra merah marun.
"Ieu Nick (ini Nick)," kata Desi sambil memasukkan kedua kakinya ke dalam sendal beludru merah muda miliknya dan berjalan di atas lantai kayu cendana, melewati bed tabble dari kayu jati dengan lampu tidur dari perunggu dengan sentuhan gaya Sunda tradisional, melewati lemari besar dari kayu jati menuju pintu jati besar sambil berkata, "Mau bawa sarapan cenah (katanya)."
"Em... terus kamu mau apa? Kok keluar?" tanya Bimo sambil mengangkat badannya, setengah tertidur.
"Rek nyieun nagasari. Masa Nick mawa sarapan teu dibere nanaon (Mau buat nagasari. Masa Nick bawa sarapan nggak kita kasih apa-apa)?" kata Desi sambil tersenyum kemudian melangkah keluar sambil berkata, "Sok papah mah tidur deui we. (tidur lagi saja)"
Bimo kembali merebahkan badannya sambil tersenyum. Memang tidak salah ia memilih Desi menjadi istrinya. Begitu bertanggungjawab mengurus keluarga, baik hati, perhatian pada Bimo dan Patty, penuh kasih sayang. Bimo jadi semakin sayang dan ingin memperlakukan Desi dengan lebih baik lagi. Seperti kata orang, if you don't treat him like a king, don't expect him to treat you like a queen (bila kamu tidak memperlakukan dia seperti raja, jangan berharap ia memperlakukanmu seperti ratu).
Desi mengolah adonan, di samping Inem yang sedang memotong-motong pisang, sambil tersenyum. Teman-temannya sering bertanya mengapa ia masih rukun dan mau mengurus suami dan rumah tangga dengan rajin seperti ini. Desi selalu tertawa dan menjawab dengan candaan tapi sebetulnya tentu saja ia melakukan ini semua karena ia mengasihi Bimo, ia melayani Bimo karena ia menghormati Bimo. Lagipula, Bimo juga memang selalu memperlakukan Desi dengan sangat baik dari sejak pacaran dan bahkan lebih baik lagi setelah menikah. Itulah makanya mengapa kita harus selalu ingat bahwa when it comes to love, never settle for less. Jangan mau menerima orang yang bahkan tidak dapat memperlakukan kita dengan baik. Apapun alasannya. Kecuali kalau kalian sudah siap menerima risikonya.
Bel rumah Patty berbunyi. Dengan tergopoh-gopoh, Desi keluar dari dapur hendak membukakan pintu sedangkan Inem ia suruh mengawasi nagasari dan membuat teh manis untuk sarapan.
"Awas labuh (Awas jatuh)." kata Bimo sambil menahan badan Desi agar berhenti berlari. "Mamah masak saja. Papah saja yang buka pintu." kata Bimo tersenyum.
Melihat senyum Bimo yang lembut, Desi rasanya seperti jatuh cinta lagi ke sekian ratus juta kali pada Bimo.
Bimo membuka pintu depan dan melihat Nick di depan pagar di atas motor Dukatihnya membawa satu plastik putih besar dan satu kresek hitam besar. Nick mengangguk sopan sambil berkata, "Pagi, oom!" sambil meloncat turun dari Dukatihnya.
"Pagi, Nick! Wah luar biasa. Bawa apa, nih?" goda Bimo tepat saat ia sampai di depan pagar.
"Ada deh, oom. Semoga oom sekeluarga suka." kata Nick.
"Kita suka semua makanan, kok." kata Bimo sambil tertawa tepat ketika ia berhasil membuka kunci pagar. Nick ikut mendorong pagar itu agar terbuka kemudian naik ke atas Dukatihnya dan membawanya masuk sampai ke dalam sebelum kembali membantu Bimo menutup pagar.
***
"Ada apa sih, mah?" tanya Patty ketika sampai di lantai 1. Ia masih mengusap-usap matanya mengantuk. "Masih jam 8, nih."
"Nya atuh masa gadis molor wae nepi ka siang (masa anak gadis tidur (dalam bahasa Sunda kasar) terus sampai siang)?" omel Desi sambil berjalan masuk ke ruang makan.
Patty mencibir kesal kemudian mengikuti Desi masuk ke ruang makan. "Loh?! Nick?!"
"Good morning kebo." kata Nick sambil tertawa melihat rambut Patty yang acak-acakan dan daster biru tua Patty yang kusut.
"Tumben banget lu sudah datang jam segini."
Nick tersenyum riang sambil berkata, "Sudah cepat makan! Gua ada surprise buat lu!"
Patty duduk di sebrang Nick dan melihat ada kupat tahu di setiap piring di meja itu. "Wah!" seru Patty. "Lu ingat saja gua suka kupat tahu."
Nick tersenyum senang memperhatikan Patty yang mulai melahap kupat tahunya dengan lahap. Perlahan, ia juga mulai memakan kupat tahu di piringnya.
Desi berpandangan dengan Bimo. Pemandangan ini mengingatkan mereka pada masa mereka berpacaran dulu. Kalau dengan Nick sih pasti orang tua Patty memberi restu.
***
"Wah?!" seru Patty saat membuka plastik yang Nick berikan pada Patty.
"Suka?" tanya Nick sambil tersenyum lebar.
"Sukalah!" kata Patty sambil memantul-mantulkan badannya di atas sofa panjang rumahnya.
"Mau dipasang sekarang?" tanya Nick sambil tertawa. Badannya ikut bergoyang akibat Patty di sebelahnya.
"Mau mau mau!" seru Patty.
Nick mengambil plastik berisi Playstation 4 Pro terbaru dari tangan Patty kemudian berdiri dan berjalan menuju TV. Ketika Nick berlutut membuka plastik, Desi datang sambil mendecakan lidahnya beberapa kali.
"Eleh eleh si ujang. Tante oge aya kejutan keur si ujang ngan teu se-"wah" ieu (tante juga punya kejutan untuk kamu tapi nggak se-"wah" ini)." kata Desi sambil membawa piring besar berisi beberapa nagasari yang masih berada dalam balutan daun pisang.
Mendengar itu, Nick berusaha mengeluarkan kotak Playstation dari dalam plastik sambil berkata, "Ya ampun tante, nggak usah repot-re..."
Nick tidak dapat menyelesaikan kalimatnya karena melihat apa yang Desi bawa di tangannya sambil tersenyum lebar dengan jahil. Nagasari!
"Wah! Tante!" Nick langsung berdiri menyambut nagasari dari tangan Desi. "Kok tante tahu saya suka nagasari?"
"Patty pernah cerita ke tante." kata Desi sambil tersenyum senang melihat muka bahagia Nick.
"Ya ampun, thank you so much tante!" kata Nick sambil menatap Desi dengan riang kemudian ia menatap Patty dengan lembut. Ia tidak menyangka Patty masih ingat makanan kesukaannya. Nick kemudian berkata dengan riang, "Thank you, Pat!" tapi semua orang tentu dapat menangkap kelembutan dalam nada suara Nick.
Desi berdeham kemudian berkata, "Tante balik dieu ka dapur atuh nya (tante balik lagi ke dapur ya)." katanya kemudian meninggalkan ruang TV. Inem meletakan nampan berisi pitcher teh manis dingin dengan dua gelas tinggi sebelum mengikuti Desi kembali ke dapur.
Nick meletakan piring berisi nagasari itu di meja dan tersenyum. Ini pasti adalah momen paling membahagiakan dalam hidup Nick. Tapi ternyata masih terlalu cepat untuk menarik kesimpulan itu. Ternyata sepanjang hari itu adalah hari terindah dalam hidup Nick. Setelah mereka bermain game sampai puas, Desi dan Bimo mengajak mereka makan ke kafe baru di daerah Riau.
"Sebentar!!" seru Patty sambil cepat-cepat mandi lalu naik ke kamarnya dan berdandan.
"Nick, yang sabar ya nunggu Patty." kata Bimo sambil menepuk-nepuk pundak Nick dan memasang muka prihatin kemudian tertawa.
"Selalu sabar, oom." kata Nick sambil meletakan tangannya di dada.
Nick duduk di kursi meja makan sambil memainkan ponselnya. Melihat-lihat katalog mobil. Ia ingin membeli mobil...
"Ayo ayo! Sorry lama." kata Patty setelah menghabiskan hampir satu jam berdandan.
Nick menoleh ke belakang dan melihat Patty memasuki ruang makan dengan rok midi hitam dan croptop biru muda, handbag kecil biru muda, dan riasan natural yang manis. Jantung Nick berdebar kencang melihat Patty yang begitu cantik sore itu.
"Cantik banget, neng. Mau kemana?" goda Nick dengan gaya mang-mang di jalanan sedang menggoda pejalan kaki perempuan yang lewat.
Patty mencibir kemudian berjalan setengah meloncat-loncat ke dapur, memanggil Desi.
***
Patty menggugah fotonya yang diambil oleh Nick kemarin di kafe. Ia terlihat sangat cantik hari itu. Baru saja satu jam ia mengunggah foto itu, jumlah like yang ia dapat sudah menembus angka 1.000. Luar biasa memang. Padahal di foto itu, Patty tidak bergaya macam-macam. Ia hanya berpose seakan berjalan kemudian dipanggil dari belakang.
Patty membuka gallerynya dan melihat foto-foto yang diambil kemarin. "Ribuan" foto Patty, beberapa foto Nick yang terlihat sangat tampan dengan kaus Guest hitam dan celana pendek abunya, beberapa foto selfie Nick dan Patty, lalu beberapa foto Nick dan Patty bersama Desi dan Bimo. Patty tersenyum sendiri mengingat kejadian kemarin. Semua kejadian kemarin, tanpa ada yang terlewat. Termasuk kejadian memalukan di mobil.
Seperti pada umumnya, setelah kenyang makan dan lelah berfoto ria, Patty sangat mengantuk. Ia tertidur di jok belakang dengan sangat pulas. Ketika Nick membangunkannya lembut, ia baru sadar ia tertidur lelap di pundak Nick. Ketika Patty mengangkat kepalanya dan melihat Nick, Nick sedang tersenyum lebar pada Patty, membuat Patty sangat salah tingkah. Tapi... ternyata alasan Nick tersenyum lebar adalah... KARENA PATTY TERTIDUR SAMPAI ILERNYA MENGGENANG DI PUNDAK NICK DAN MEMBASAHI PIPI PATTY!!
Muka Patty langsung merah padam mengingat itu lagi. AH!
Patty membuka ingstaramnya lagi dan melihat Nick mengunggah foto di tempat yang sama dengan foto Patty. Di foto itu, Nick hanya duduk di lantai dan menatap kamera dengan senyum lebarnya. Dada Patty berdebar kencang melihat itu.
Patty baru sadar Nick menutup kolom komentarnya. Kenapa ya?
Ketika Patty melihat ingstaram miliknya, ia baru sadar mengapa Nick mengunci kolom komentarnya. Beberapa teman Patty memberi komentar yang menggoda Patty dan Nick karena foto mereka itu. Mulai dari Lexa, Sharon, Ayu, bahkan beberapa anggota Bandha Bandhu. Ya ampun. Tapi... tapi tidak ada komentar dari Satrya. Bahkan sampai malam, Patty sengaja membiarkan kolom komentarnya dibuka tapi Satrya belum juga memberi komentar apa-apa. Padahal Patty sudah berusaha mengalihkan pikirannya dengan bermain game dengan Nick.
"Kenapa gloomy banget sih?" goda Nick sambil meletakan stick PSnya di paha.
"Kenapa ya Satrya sama sekali nggak komentar apa-apa soal foto kita?" tanya Patty. Pandangannya masih terpaku pada ponselnya.
Hati Nick terasa seperti tertusuk. Tuh, benar kan?! Patty masih suka pada Satrya.
Nick berusaha tertawa kemudian berkata, "Pantaslah. Lu nggak tutup kolom komentar lu."
Patty menatap Nick dengan sedih. Membuat hati Nick semakin sakit. Sakit karena Patty masih suka dengan Satrya dan lebih sedih lagi karena melihat Patty sedih. Jangan pasang muka sedih begitu dong, Pat.
"Kenapa ya?" tanya Patty lagi.
"Lu mau gua tanya Satrya?" tanya Nick sambil tersenyum lembut.
Patty menggeleng murung.
"Jangan sedih gitu dong, Pat." kata Nick lembut. Melihat Patty yang masih murung, Nick berpikir sebentar kemudian berkata dengan sangat impulsif, "Besok kita ke taman safari, yuk!"
"Taman Safari Bogor?!" tanya Patty kaget.
Nick mengangguk senang melihat Patty yang terlihat bersemangat.
"Hayu hayu!!"
"Ayo!" seru Nick. "Besok pagi gua jemput, ya!"
"Naik Dukatih?"
Nick terdiam. Iya juga, ya. Kalau ia sendiri sih tidak apa-apa. Tapi masa ia bawa Patty naik motor sih? Apalagi perjalanan ke taman safari dari Bandung itu jauh sekali.
"Nggak apa-apa, loh!" seru Patty girang. "Ayo! Gua malah senang kayanya seru!"
"Jauh banget loh, Pat." kata Nick khawatir.
Patty menggeleng kemudian berkata, "Biarin! Ayo!" bagaimanapun Patty perlu melepaskan pikiran dari Satrya, kan? Mencoba hal baru seperti ini tentu merupakan ide yang sangat bagus!
"Tapi..."
"AH pokoknya ayo!"