"Kangen banget!" Patty meloncat-loncat sambil memandangi pemandangan Kota Bandung di hadapannya.
"Memang sudah berapa lama nggak ke sini?" tanya Nick seraya duduk di kursi kayu kebangsaan mereka.
Patty ikut duduk di sebelah kiri Nick, meletakan tas ranselnya di samping kirinya. Patty terlihat sangat cantik hari itu dengan leging hitam dan sweater biru mudanya. "Sejak... 4 tahun lalu."
"Hah? Sejak terakhir kita ke sini? Sebelum gua ke Korea?"
Patty mengangguk dengan senyum bersalah. Ia kemudian mengangkat rambutnya dan menjepitnya dengan jedai (Jepit badai yang popular di Indonesia sejak tahun 2012an karena dianggap praktis untuk menata rambut dan membuat rambut menjadi bervolume dan ikal setelah dijepit dengan jepit ini) beningnya. Membuat jantung Nick berdebar semakin kencang.
Nick berdeham, mengalihkan pandangannya ke pemandangan sore Kota Bandung yang indah di hadapannya. Tidak pernah ia sangka, ia akhirnya dapat berjalan-jalan keliling Lembang sepanjang hari dengan Patty seperti hari ini. Sesuatu yang bahkan tidak berani untuk ia harapkan selama ia di Korea.
"Parah banget!" kata Nick sambil tertawa. "Kalian nggak kangen gua, ya?"
"Justru kami kangen banget! Makanya nggak ada yang sanggup ke sini!" Patty tiba-tiba menjewer Nick lembut dan berkata, "Justru lu! Lu nggak kangen kami apa? Kenapa nggak ada kontak sama sekali?"
"Aw aw aw!"
"Jawab!" kata Patty dengan nada yang dibuat marah, tapi muka Patty tidak dapat berhenti berseri.
"Soalnya..." Nick menatap Patty dengan senyum tetapi Patty tahu tatapan Nick terlihat sedih "Gua nggak tahu apa gua bisa balik Indonesia lagi atau engga."
"Oh..." Patty melepaskan jewerannya.
"Apa sih?" Nick tertawa. Hatinya ingin sekali mencubit pipi Patty tapi... Patty kan 'pacar' Satrya. "Kenapa jadi gloomy (suram) gini?"
"Nick, are you okay?" tanya Patty, menatap mata Nick dengan khawatir.
Nick menelan ludahnya. Ia tidak ingin menunjukkan perasaannya pada Patty, pada siapa pun, bahkan pada dirinya sendiri. "Kenapa sih?" Nick tertawa kemudian membuang mukanya, tidak ingin menatap Patty. Tidak ingin membiarkan emosinya keluar.
"Waktu bagi rapor saja bokap lu nggak datang. Apa nyokap baru lu segitu teganya?"
Hening. Patty jadi tidak enak. Baru saja ia mau berkata pada Nick untuk tidak menjawab pertanyaannya, tiba-tiba Nick tertawa dan melihat Patty. "Tumben lu bisa nanya, Pat. Biasanya ragu-ragu."
Patty cemberut. "Gua khawatir tahu!"
Nick cukup kaget mendengarnya. Nick tahu sih Patty sayang padanya. Nick juga sayang pada Patty walaupun mungkin agak berbeda dengan sayangnya Patty pada Nick. Tapi Nick tidak menyangka Patty sampai mengkhawatirkan dirinya. Rasanya... ada rasa hangat di hati Nick.
Nick tersenyum kemudian menepuk pundak Patty pelan. "Thanks."
"Just... let me know if anything happens. ( Kalau… ada apa-apa kasih tahu gua)"
"I will. " ("aku akan (kasih tahu kamu)" singkatnya Nick setuju untuk memberitahu Patty bila nanti terjadi sesuatu)
"Punten, a. (permisi kak) Ini paket nasi timbel dan es kelapa jeruknya." kata pelayan laki-laki muda dari belakang Nick.
Nick bergeser sedikit memberi ruang pada pelayan itu untuk meletakan makanannya sedangkan Patty melongo. Setelah pelayan itu pergi, Patty bertanya pada Nick. "Kapan kita pesannya?"
Nick mengedipkan mata pada Patty dengan genit. "Sebelum kita sampai ke sini."
"What?" Patty tertawa. Dengan tidak sabar, Patty membuka tutup bakul dan mengamati makanan di depannya. Nasi liwet di bakul yang sangat wangi dengan ikan jambal dan petai di atasnya, 2 potong paha ayam bakar, tumis kangkung, beberapa tempe mendoan, sambal terasi, dan lalaban. Wah! Ini makan sore terbaik! Apalagi ditambah es kepala jeruk!
Bayangkan, makan makanan selezat itu dengan minuman yang menyegarkan setelah lelah berjalan-jalan, duduk di kursi kayu menghadap pemandangan sore Kota Bandung yang indah ditambah matahari terbenam yang menakjubkan, angin yang sepoi-sepoi dan udara Dago yang mulai dingin. Ditambah lagi… di sebelah Patty, Nick dengan jaket kulit hitam kebangsaannya yang terbuka memperlihatkan kaus merah marun di dalamnya terlihat sangat keren. Rasanya Patty seperti kembali lagi ke rumah.
"Kesukaan lu, kan?"
Patty menatap Nick dengan mata berbinar-binar. "Kok lu masih ingat, sih?"
"Karena… lu teman favorit gua?" kata Nick sambil menggoda Patty dengan jahil.
Patty memukul tangan Nick gemas. "Ih! Stop teasing me! " (berhenti godain gua)
Mereka makan dengan lahap. Selesai makan, pelayan kembali datang mengambil semua piring kosong dan menggantinya dengan 2 mangkuk es buah. Lagi-lagi, kesukaan Patty.
Patty memandang Nick dengan tidak percaya. "Aslinya?"
Nick tersenyum dan mengangguk. "잘 드세요 (Jal deuseyo)."
"Hah?"
"Enjoy your meal. " ((silakan) nikmati makananmu ) kata Nick sambil memakan es buahnya.
"Kayanya gua harus belajar bahasa Korea deh. Siapa tahu lu home sick (kangen rumah)."
Nick tersenyum. Kagnen rumah? Rumah ya...
Nick jadi teringat rumah kakek neneknya di Korea. Begitu hangat dan harmonis. Lalu... rumahnya di Bandung saat masih ada HyeMin. Begitu... nyaman.
Ya, betul. Nick sebenarnya cukup merindukan Hye Min, ibunya. Cukup merindukan? Nick sangat rindu pada Hye Min. Nick tidak tahan lagi. Tanpa ia sadari, satu bulir air mata jatuh ke dalam es buahnya.
Patty yang melihat itu kaget. Sangat kaget. Selama Patty kenal Nick, ini kedua kalinya Patty melihat Nick menangis. "Nick…"
Nick tersadar. Ia buru-buru menghapus air matanya, berusaha tersenyum dan menatap Patty. Tapi tatapan Patty yang khawatir membuat Nick tidak lagi dapat berpura-pura. Nick akhirnya membiarkan air matanya bercucuran. Ia menangkupkan kepalanya pada kedua tangannya dan menangis tanpa suara.
Patty yang bingung harus bagaimana akhirnya memeluk Nick, membiarkan Nick bersandar pada bahunya dan menangis, tanpa suara sedikit pun. Patty mulai menepuk-nepuk kepala Nick perlahan, berharap dapat meredakan kesedihan Nick. Namun alih-alih mereda, Nick malah semakin tidak tahan untuk menahan semuanya sendiri.
"Gua… kangen eomma. Kenapa eomma harus pergi?"
Nick cerita bagaimana Gelfara Aipassa, seorang pria yang tinggi besar sedang mengantar pulang seorang wanita dengan mobil Jaguar XJ 2011 putih milik Gelfara. Tanpa ia ketahui, Kim Hye Min sedari tadi telah mengikuti suaminya dengan mobil rental di belakangnya. Di dalam mobil, Hye Min, wanita cantik berdarah asli Korea Selatan yang masih terlihat seperti berusia akhir 20an di umurnya yang ke-38 tahun itu, memegang stir mobil kuat-kuat, menahan agar tangisnya tidak dilihat oleh Nick kecil yang duduk di sampingnya.
Sore itu, sepulang Nick bermain basket dengan Satrya merayakan kebebasan mereka dari Ujian Nasional, Nick dikejutkan dengan pemandangan yang mengerikan. Hye Min sedang didorong oleh Gelfara ke tembok, tangan Gelfara teracung dan sudah siap untuk menampar Hye Min. Nick langsung berlari mendorong Gelfara menjauh dari Hye Min, tetapi akibatnya Nick dilempar oleh Gelfara ke lantai.
Hal selanjutnya yang Nick ingat ialah beberapa hari kemudian, Hye Min membereskan baju-bajunya dan memasukkannya ke dalam koper. Nick yang melihat hal itu langsung masuk ke kamar orang tuanya dan memeluk Hye Min yang sedang melipat-lipat baju di atas ranjang besar mereka.
"엄마 가지마! 그냥… 그냥 저하고 같이 있어요. (Eomma gajima! Geunyang…geunyang jeohago gathi isseoyo)." kata Nick sambil menangis tersedu. (Ibu jangan pergi! Ayo… ayo di sini saja bareng aku.)
"안돼. 우리 니코야, 엄마 잘 들어. 엄마 너 정말 정말 사랑하지만 … (Andwe. Uri Nikoya, eomma jal deureo. Eomma neo jeongmal jeongmal saranghajiman…) " (Nggak. Nico sayang, dengar ibu baik-baik. Ibu sangat sangat sayang sama kamu tapi…) kata Hye Min lembut sambil mengelus kepala Nick. Suaranya bergetar, menahan semua emosinya supaya tidak meledak. Ia sangat sedih harus meninggalkan anak semata wayangnya.
"아니요! '하지만' 말 하지마요! 제발. (Aniyo! 'hajiman' mal hajimayo! Jebal.) " (Nggak! Jangan bilang 'tapi'! aku mohon) seru Nick sambil menangis semakin keras.
"그만해! (Geumanhae) !" (Berhenti) teriak Gelfara sambil dengan kasar memukul pintu kamar sehingga terbuka lebar. "Kalau kamu mau pergi, pergi sana sama dia ke Korea! Silakan bereskan barang kamu dan pergi!"
Dengan marah Nick berdiri dan keluar melewati ayahnya menuju ke kamarnya. Ia membereskan semua bajunya dengan acak-acakan kemudian dengan marah kembali pada Hye Min, menggenggam tangan Hye Min dan berkata. "Ayo kita pergi, eomma."
Namun akhirnya Hye Min memutuskan untuk tinggal sementara di hotel supaya Nick dapat mengucapkan perpisahan pada teman-temannya. Itulah yang terjadi, setelah pembagian rapor anak-anak kelas 1 sampai 5, Nick dan Hye Min ikut mobil Panther Bimo. Bimo menyetir di sebelah Desi sedangkan Patty, Lexa dan Olive bercanda di jok tengah. Nick berusaha terlihat ceria dan terus bercanda sambil sesekali menjahili Patty. Namun, tidak jarang Nick bersender pada Hye Min setiap Hye Min terlihat akan menangis. Nick tahu, dia harus kuat demi ibunya.
Begitulah kemudian setelah perpisahan dengan pertumpahan air mata, Nick dan Hye Min berangkat ke bandara diantar oleh Patty, Desi dan Bimo. Selama di Korea, Nick berharap Gelfara akan menghubunginya, sekali saja. Tetapi tidak. Gelfara baru menelepon Nick ketika tahu Hye Min sakit. Gelfara meminta maaf pada Nick sambil menangis yang hanya Nick balas dengan kata 'ya' dingin. Berkali-kali Gelfara memohon Nick untuk membiarkannya berbicara pada Hye Min. Tentu awalnya Nick tidak mengijinkannya, tetapi saat Hye Min bertambah parah, Hye Min-lah yang meminta Nick untuk menghubungi Gelfara.
Nick menelepon Gelfara di samping ranjang ibunya di rumah sakit. Nick menyalakan speaker ponselnya dan bergeser ke dekat kepala Hye Min agar Hye Min dapat berbicara tanpa harus memegang ponsel Nick. Nick tidak tega bahkan untuk membuat Hye Min harus mengangkat tangannya. Tubuh Hye Min sudah sangat kurus dan sudah tidak ada lagi sehelai rambut pun di kepalanya. Mata Nick kembali panas dan basah. Setiap kali ia memperhatikan Hye Min, hatinya terasa sangat sakit.
"Nick?" jawab Gelfara, tidak percaya bahwa Nick akhirnya menelponnya terlebih dahulu.
"Gelfara," kata Hye Min lemah.
"Hye Min? Ini kamu, sayang?" tanya Gelfara di ujung telepon sana. Nick ingin sekali memaki Gelfara. Beraninya ia memanggil Hye Min 'sayang' setelah apa yang dilakukannya! Apa dia pikir dia masih pantas untuk memanggil Hye Min begitu?
"Ya," Hye Min tersenyum. Satu butir air mata jatuh di pipinya. Nick mengurungkan niatnya. Sepertinya ibunya memang ingin berbicara pada Gelfara. Entah apakah ibunya merindukan laki-laki kejam itu atau apa tapi Nick akan biarkan selama itu membuat Hye Min bahagia.
"Sayang… aku dengar kamu sakit… aku benar-benar…" Gelfara terdiam dan mulai terisak-isak. Air mata yang jatuh di pipi Hye Min pun semakin banyak.
"Aku mau minta tolong." kata Hye Min akhirnya.
"Apa, sayang?"
"Jaga Nico, ya. Bawa Nico kembali ke Indonesia. Aku titip Nico."
"Eomma!" seru Nick. Hye Min ini kenapa? Apa jangan-jangan Hye Min…
"Nico, ini juga appa kamu. Ayah kamu. Eomma mau kalian berbaikan lagi. Sekarang juga kamu sudah punya ibu baru di Indonesia. Maaf eomma nggak bisa nemenin kamu lebih lama."
"Eomma jangan bilang gitu!"
Tetapi Hye Min hanya tersenyum menatap Nick dan setelah itu Hye Min tidak bergerak lagi. Nick berteriak-teriak memanggil Hye Min, memanggil dokter dan suster, menjadi histeris. Gelfara di ujung telepon juga berteriak-teriak pada Nick, bertanya apa yang terjadi.
Setelah kemudian dokter menyatakan Hye Min meninggal, Nick mengangkat ponselnya dan berbicara pada Gelfara. "Hey,"
"Nick! Hye Min kenapa?"
"Sudah meninggal."
Gelfara menangis meraung di ujung telepon sana tetapi Nick hanya diam, tidak ada setetes pun air mata yang jatuh lagi. Ia tidak merasakan apa-apa. Namun lama kelamaan, tangisan Gelfara membuat Nick semakin jengkel. Ia membentak Gelfara dengan keras.
"Puas?! Sekarang setelah lu usir gua dan eomma demi cewek itu, baru lu nangis-nangis seakan lu merasa bersalah?!"
"Fader memang…" (Fader adalah bahasa Ambon untuk ayah yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Belanda)
"Jangan pernah sebut diri lu 'fader'. Dengar baik-baik, gua akan pulang ke Indonesia, bukan karena gua rindu lu atau rumah terkutuk lu. Gua pulang ke sana karena eomma yang suruh."
"Nick, maaf. Fa… aku akan berusaha supaya Tia mau terima kamu di…"
"Waw," Nick tertawa sinis. "Jadi lu masih tinggal dengan perempuan murahan itu?"
Nick mematikan sambungan teleponnya. Mengabaikan panggilan Gelfara yang masuk sampai berhari-hari setelahnya. Nick setengah berharap Gelfara akan muncul di pemakaman Hye Min tapi tidak. Gelfara sama sekali tidak muncul. Ia hanya mengirimkan kode book tiket pesawat dari Korea ke Indonesia pada Nick. Dengan berat hati Nick menceritakan semuanya pada kakek neneknya sebelum kemudian Nick memutuskan untuk terbang kembali ke Indonesia.
Tentu kakek nenek Nick menganjurkan Nick untuk tetap di Korea. Tapi Nick tahu, ini adalah keinginan terakhir Hye Min. Selain itu, Nick tidak ingin menyulitkan kakek neneknya lebih lagi.
Selama di Indonesia, Nick hampir tidak pernah bertemu dengan Gelfara. Gelfara hanya dapat bertemu muka dengan Nick saat sarapan atau saat makan malam, tetapi Nick selalu menghindar. Ia pergi dari rumah pagi-pagi sekali dengan motor Dukatih milik Gelfara, pulang selarut mungkin setelah menghabiskan waktunya di luar rumah.
Lalu tentang Tia....
"Apa?!" seru Patty kaget. "Jadi si Tia ini adalah ibu dari salah satu siswi di GIS?!"
Nick mengangguk. "Itulah alasan kenapa Gelfara nggak datang ambil rapor gua, Pat. Tia nggak mau sampai Gelfara ketemu mantan suaminya di sana."
"Tapi tega banget, Nick!"
Nick mengangguk kemudian menghela napas panjang dan tertawa. "Ah lega banget rasanya!"
Patty memperhatikan muka Nick. Muka Nick masih terlihat sedih namun tidak seberat tadi. Patty tersenyum dan berkata. "Iya, kan? Kadang curhat itu penting! Supaya nggak gila!"
"Thanks ya Pat sudah mau dengar gua cerita." kata Nick sambil tersenyum lebar dan mencubit pipi Patty.
"Kali-kali gua juga mau kali jadi your hero. "
Nick tersenyum memandang Patty. "You always are (selalu) , Pat. Selama gua di Korea, setiap gua sedih gua selalu ingat waktu kita bermain dan bercanda. Itu yang membuat gua nggak benci Indonesia. Selama gua di sini pun, cuman lu Pat yang buat gua semangat nunggu hari besok untuk ke sekolah."
Patty tertegun. Ini seperti… pengakuan cinta kan?
Nick merogoh sakunya, mengeluarkan dompet Guccu miliknya dan menarik gelang biru muda-hitam yang Patty berikan pada Nick di bandara sebelum Nick pergi ke Korea. "Gua selalu bawa ini kemana-mana."
Patty tertegun. Tidak tahu harus berkata apa.
Nick memasukkan kembali gelang dan dompetnya ke saku belakangnya. Kemudian ia tersadar. Apa yang sudah ia lakukan? Kenapa ia malah jadi mengakui semuanya pada Patty?
Nick melihat Patty. Patty mengaduk es buahnya dengan tatapan kosong. Lihat kan? Nick malah membebani Patty.
Nick tertawa kemudian berkata. "Pat, you are my hero, bukan berarti gua suka sama lu, kok. I'm just saying that lu teman terbaik gua."
Patty terlihat kaget. Nick tidak dapat membaca ekspresi Patty saat itu. Tapi kemudian Patty tersenyum pada Nick dan berkata. "Lu juga teman terbaik gua, Nick. Jangan pergi lagi, ya!"
Nick tersenyum. Ia mengulurkan jari kelingkingnya dan berkata. "Janji!"
Patty ingin menyambut kelingking Nick dengan kelingkingnya tapi yang terjadi malah Patty memeluk Nick erat-erat. Nick sampai hampir terjatuh. Ia menahan badannya dengan tangan kiri di belakangnya. Bingung dan kaget.
Nick akhirnya membalas pelukan Patty. Biarlah setidaknya hari ini saja Nick dapat menghidupi apa yang tidak pernah berani ia mimpikan. Betul, nikmatilah saat-saat ini selagi masih bisa, Nick.