Chereads / POV - There are always two sides of a coin / Chapter 14 - Bab 4 - Bagian 4

Chapter 14 - Bab 4 - Bagian 4

"Nick?!" seru Henny saat melihat Nick di depan gerbang rumahnya. Setengah badannya masih berada di balik gerbang sedangkan kepalanya mencuat keluar dari balik pintu gerbang.

Nick yang sedari tadi menunggu sambil berdiri di samping motornya tersenyum lebar pada Henny. "Halo Tante, lama nggak ketemu, ya?"

"Ya ampun, Nick!" Henny langsung keluar dari gerbang dan memeluk Nick erat-erat. "Kamu gimana? Sehat?" tanya Henny setelah puas memeluk Nick.

"Sehat dong, tante. Duh, tante awet muda banget, ya. Kaya yang nggak menua, deh."

Henny tertawa malu dan berkata "Ah kamu bisa saja. Ayo masuk-masuk."

Henny berjalan mendahului Nick ke dalam rumahnya melalui taman yang cukup luas dengan pohon-pohon bonzai dan diterangi cahaya kuning lampu-lampu taman yang tinggi berwarna hitam. Mereka menyebrangi kolam ikan yang cukup luas dengan jembatan kecil. Nick dapat melihat ikan-ikan koi diam tertidur di bawah pohon-pohon teratai di kiri kanannya. Suasana saat itu memang sangat damai ditambah bunyi jangkrik yang menandakan hari sudah mulai malam.

Baru saja mereka sampai di depan serambi pintu kaca yang lebar, tiba-tiba...

"Kwak! Sampurasun! Rampes!"

(Sapaan dalam bahasa Sunda yang biasa dipakai untuk membuka suatu acara. Kata "sampurasun" sendiri artinya "maaf" seperti ungkapan kerendahan hati sebelum memulai suatu acara sedangkan "rampes" adalah jawaban dari para hadirin yang "mengiyakan" "permohonan maaf" penyelenggara acara. Namun dewasa ini, 'sampurasun-rampes' dipakai dengan nada bersemangat dengan maksud untuk menyapa para hadirin dan sapaan balik dari para hadirin.)

Nick sampai terlonjak kaget. Ia melihat burung beo Kalimantan berwarna hitam dengan corak kuning di kepalanya.

"Loh? Caoza? Masih hidup?" seru Nick sambil berlari mendekati burung beo yang ada di samping pintu kaca lipat geser yang cukup besar, dekat kursi-kursi rotan berwarna marun yang menghadap taman.

"不要!不要!帮我吧!帮我吧!(Buyao! Buyao! Bangwoba!! Bangwoba!!)" seru Caoza sampai Nick tertawa dan tidak jadi mendekat. Ia berbalik pada Henny yang sedang tertawa terbahak-bahak.

"Dia ngomong apa sih tante?" katanya masih sambil tertawa, mengikuti Henny membuka sepatunya sebelum masuk ke dalam ruang tamu.

"Katanya 'nggak mau! Tolong!'" kata Henny kemudian tertawa sambil menunjuk sofa panjang dengan tangannya, memberi isyarat untuk mempersilakan Nick duduk. "Mungkin Caoza punya dendam sama kamu."

Nick tertawa mendengarnya. Ya bisa jadi, dulu memang Nick sering menusuk-nusuk Caoza dengan ranting pohon supaya Caoza terus berbicara.

"Sebentar ya, Nick. Tante panggilkan Olive dulu." kata Henny kemudian masuk ke dalam dari samping partisi.

Nick mengangguk dan duduk di sofa. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang tamu itu. Semuanya masih sama seperti terakhir kali Nick ke sana 4 tahun lalu.

Lama-lama, pikirannya terus mengulang cerita Satrya tadi sore. Mana mungkin sih Olive sejahat itu? Lagipula….

"Nick?" Olive keluar dalam balutan piyamanya yang sudah bolong-bolong dengan rambutnya berantakan dan berminyak. Sama persis seperti saat Nick sering bermain bersama Olive dan Patty.

"Hey, Live."

Olive duduk di sofa kecil di samping sofa tempat Nick duduk dan memperhatikan baju Nick. Nick masih memakai seragam sekolah di balik jaket hitamnya. Membuat Olive tidak tahan bertanya. "Lu belum pulang?"

Nick menggeleng tanpa menatap Olive. Ia terus memperhatikan kedua tangannya yang saling menggenggam di atas pahanya. "Live," katanya akhirnya.

"Ya?"

"Gua mau tanya," kata Nick, melihat Olive.

"A…apa?" Olive jadi gugup sendiri. Apakah…Nick mau menyatakan perasaannya? Padahal kan mereka baru saja bertemu lagi. Ya, tidak heran sih. Nick sampai rela melindungi Olive sebegitunya. Masa Nick tidak…

"Apa benar lu menghalangi Satrya untuk bisa dekat dengan Patty?"

Serasa disambar petir, Olive langsung melihat Nick. "Apa? Kata siapa?"

"Jawab saja, Live. Jujur, gua kecewa banget…"

"Lu tadi ketemu Patty sebelum ke sini?"

"Iya, dan gua sudah dengar semua cerita dari sisi Patty."

"Jadi lu nggak percaya dengan cerita gua kemarin?" Olive berdiri, tidak tahan ingin menangis. Tapi Nick tidak lagi ingin menenangkan Olive. Apa benar Olive melakukan itu? Kalau benar, berarti ini bukan air mata karena Olive sedih, ia hanya butuh dikasihani.

"Gua butuh jawaban dari lu, Olivia. Apa benar cerita yang gua dengar dari Patty?"

"Kalau iya kenapa? Memangnya kenapa lu peduli dengan cerita Patty? Lu suka sama Patty?" tanya Olive. Matanya memanas dan ia ingin meledak rasanya.

"Iya, dari dulu gua selalu suka pada Patty. Sekarang pun masih sama." kata Nick mantap sambil menatap Olive.

"Kalau gitu, untuk apa selama ini lu lindungi gua?" tanya Olive. Rasanya sakit sekali mendapat harapan yang selama ini tidak pernah ada.

"Bukan lu yang gua lindungi. Tapi Patty. Gua cuman nggak mau Patty menyesal karena perbuatannya. Tapi ternyata gua salah. Keputusan Patty untuk meninggalkan lu itu benar, Live. Apa lu pernah pikirkan perasaan Patty yang selama ini selalu ada buat lu?"

Olive tidak berkata apa-apa. Ia pergi dari situ dan masuk ke kamarnya. Melihat hal itu, Nick jadi serba salah. Ia merasa tidak enak pada Henny karena sudah membuat keributan malam-malam. Tapi, perasaannya jadi semakin kacau. Jadi benar Olive menghalangi Satrya untuk dekat dengan Patty? Yang benar saja! Masa seorang Olive tega melakukan hal itu?

***

Nick meronta-ronta sambil berseru-seru minta tolong sedangkan Satrya dan Zaki dengan iseng terus menggambar dan menulis-nulis berbagai hal memalukan di muka Nick dengan lipstick merah. Ilyas dengan badan tingginya memeluk Nick dari belakang kuat-kuat supaya Nick tidak bisa kabur. Siswa-siswi di foodcourt lantai 2 tertawa geli melihatnya.

"Coba minggir sedikit. Gua mau upload ke ingsataram nih!" seru Lexa sambil memegang ponselnya, merekam semua kegilaan yang terjadi.

"AAAH KENAPAAA?" erang Nick.

"Suruh siapa lu aneh-aneh kemarin?! Ini OSPEK lu buat masuk ke Bandha Bandhu lagi." kata Satrya kemudian tertawa dengan kejam.

"TIDAAAAK!!" seru Nick dengan berlebihan.

Patty ikut merekam kejadian itu di sebelah Lexa, ia berseru pada Nick sambil tertawa. "Lihat sini, Nick!"

Dengan cemberut Nick melihat kamera Patty kemudian berkatan. "Dasar gadis-gadis kejam." Semua tertawa mendengar kata-kata Nick.

Kejadian tadi siang masih terus dibahas Patty bahkan sampai di mobil Satrya. Patty terlihat sangat senang. Tentu saja! Ia sangat lega Nick akhirnya mengetahui kejadian yang sebenarnya. Apalagi melihat Nick harus di-"OSPEK" seperti itu dan lipstick di seluruh muka Nick yang tidak hilang sepenuhnya walaupun sudah dicuci berkali-kali. Tentu saja! Tidak ada yang memberi sabun atau makeup remover padanya. Akhirnya Nick menunduk terus sepanjang perjalanan, sepanjang kelas, dan sampai berjalan ke motornya dan buru-buru memakai helmnya. Patty merekam itu semua dan ia terus mengulang-ulang rekaman itu di ponselnya dan terus tertawa tidak peduli berapa kali pun Patty menonton video-video itu.

"Sudahlah!" tiba-tiba Satrya menyela cerita Patty tentang bagaimana ia senang dengan kembalinya Nick. "Apa sih? Nick terus yang diomongin!"

Patty kaget, ia terdiam menatap Satrya yang sedang menyetir di sebelahnya. Mukanya terlihat sangat kesal dan yang lebih mengerikan lagi adalah ia mulai menyetir dengan ugal-ugalan. Beberapa kali Satrya hampir menabrak mobil atau orang di depannya sampai Patty memohon-mohon Satrya untuk berhenti. Berkali-kali Patty meminta maaf pada Satrya tapi tidak digubris olehnya.

Mobil Satrya mulai melambat saat mencapai gerbang perumahan Patty dan akhirnya berhenti dengan selamat di depan pagar rumah Patty. Pagar yang tinggi dari besi berwarna coklat dan emas dengan ukiran-ukiran yang indah memagari taman depan rumah Patty yang ditumbuhi pohon-pohon Kamboja Putih dan Tabebuya Kuning. Rumah dua tingkat bergaya Jawa modern dengan cat berwarna kuning gading dan atap berwarna merah bata berdiri dengan megah di belakang pepohonan itu. Tiap-tiap pintunya dibuat dari kayu cendana dengan ukiran Jawa yang elegan dengan lampu gantung bergaya Jawa kuno berwarna coklat tua.

Air mata Patty mulai turun ke pipinya. Rasanya lega sudah sampai rumah tapi ia sangat terkejut dengan reaksi Satrya. Satrya mengelus kepala Patty kemudian memeluknya dan berkata lembut, "Pat, oh my God I am so sorry.  Aku terlalu cemburu sampai nggak bisa kendaliin diri sendiri." Satrya mengelus-elus kepala Patty lembut.

Patty membiarkan beberapa air matanya jatuh sebelum kemudian ia mengelap kedua matanya, menarik nafas dan menatap Satrya dengan senyum. "Nggak apa-apa. Aku juga salah malah ngomongin Nick terus padahal aku lagi sama kamu."

Selesai berkata begitu, Patty keluar dari mobil dan langsung membuka gerbang rumahnya dan masuk. Dengan cepat Patty melewati tamannya dan langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa menoleh kepada Satrya lagi. Patty kemudian mengintip dari lubang intip di pintu rumahnya dan melihat mobil Satrya langsung berbalik dengan kasar dan pergi dengan cepat.

Baru kali ini Patty melihat bagaimana Satrya marah. Tidak pernah terpikirkan oleh Patty bagaimana seorang pangeran marah. Sekarang setelah melihat itu dengan mata kepalanya sendiri, Patty mulai ragu dengan Satrya. Tapi sebenarnya mungkin saja apa yang dibuat Patty benar-benar keterlaluan sampai Satrya cemburu. Kalau begitu bukankah artinya Satrya menyukai Patty sampai sebegitunya? Memikirkannya saja membuat Patty tersipu.