Chereads / POV - There are always two sides of a coin / Chapter 13 - Bab 4 - Bagian 3

Chapter 13 - Bab 4 - Bagian 3

Hari ini tidak seperti biasanya, Lexa mengusulkan agar meja QS dan Bandha Bandhu di foodcourt digabung lagi. Seperti biasa, Queen Lexa memerintah para budak, anggota Bandha Bandhu, terutama budak kesayangannya, Ilyas, untuk bekerja rodi mengangkut meja, kursi dan sofa di sana agar menempel pada meja QS. Sejak saat itu, karena itu adalah titah seorang Queen Lexa, meja mereka tidak pernah dipisahkan lagi.

Banyak drama yang terjadi. Mulai dari Ilyas yang terlihat sangat keren saat semua ototnya terlihat jelas saat mengangkat meja bersama teman-temannya, kelakuan Satrya yang ikut berusaha membuat otot-ototnya semakin menonjol agar tidak kalah gagah, sampai kaki Zaki yang tertindih kursi saat Wilson tidak sengaja menjatuhkan kursi di atas kakinya, Zaki dengan berlebihan berguling-guling di lantai. Semua anggota QS dan Bandha Bandhu tidak berhenti tertawa. Semuanya, kecuali Patty yang hanya ikut tertawa basa-basi tanpa benar-benar mengetahui apa yang terjadi.

Saat akhirnya semua sudah duduk di meja dan menunggu pesanan, suasana di meja itu pun riuh ramai. Ilyas yang mengelus-elus Lexa yang sedang menempel pada pundaknya dengan manja seperti kucing, Zaki yang sibuk ber-drama queen pada Wilson yang tidak memedulikan Zaki sama sekali sehingga membuat drama Zaki menjadi semakin konyol, dan Satrya yang terus merangkul Patty sambil sekali-kali menggoda Patty. Semua merasa terhibur dengan kelakuan para laki-laki itu. Tentu saja, kecuali Patty. Patty hanya menanggapi Satrya seadanya dan ikut tertawa saat yang lain tertawa. Tapi tetap saja pikirannya kembali ke pemandangan sepanjang pagi ini saat Nick terus melindungi Olive dari sorakan maupun kejahilan teman-teman sekelas mereka.

Suasana hati Patty masih tetap seperti itu sampai jam pulang sekolah. Tanpa sadar, Patty mengikuti Lexa keluar sekolah. Toh, memang tadi pagi Lexa mengajak Patty untuk pulang bersama.

"Pat!" panggil Lexa dengan keras setelah sekian kali memanggil Patty.

Patty tersadar. Mereka sekarang ada di depan gedung parkir. Hah? Untuk apa mereka ke sini? Lexa 'kan tidak bawa mobil.

"Itu, Bang Satrya dari tadi ngomong sama lu!" kata Lexa sambil menunjuk Satrya yang berdiri memandang Patty bingung. Patty baru sadar Satrya hari itu terlihat begitu tampan dengan jaket basketnya. Kedua tangan Satrya berada dalam sakunya dan kepalanya miring memandang Patty dengan penuh perhatian.

"Lu nggak apa-apa Pat? Atau kita mau date besok saja?" tanya Satrya.

"Date?" tanya Patty bingung.

"Lah lu gimana sih, Pat? Kan tadi di foodcourt Bang Satrya ajak lu date sepulang sekolah!" kata Lexa dengan tidak sabar. "Kita jadi double date nggak nih?"

"O… oh…" Patty tergagap. "Oh iya, hayu!" kata Patty. Siapa tau dengan pergi double date ia dapat menjauhkan pikirannya dari Nick dan Olive. Lagipula untuk apa dia memikirkan Nick saat sudah ada Satrya? Satrya kan jauh lebih segala-galanya daripada Nick.

Satrya tersenyum lebar, membuat wajahnya terlihat semakin tampan. Ia langsung maju merangkul Patty dengan gemas. "Nah gitu dong, my pretty Patty! Tinggal nunggu Ilyas, nih. Dia kemana ya?" tanyanya pada Lexa.

Lexa mengangkat bahu dan melihat ke sekeliling dengan tidak sabar. "Duh! Kenapa sih dia lelet banget?" baru saja Lexa hendak mengeluarkan ponselnya untuk menelpon Ilyas, tiba-tiba Nick dan Ilyas muncul dari belakang Patty. Nick memegang pundak Patty sampai Patty terlonjak, Satrya yang sedang merangkul Patty dengan cepat menarik Patty ke belakang punggungnya, membuat Patty berdebar. Rasanya seperti berada di film-film romantis dimana tokoh prianya melindungi tokoh wanitanya.

Lexa yang menyaksikan semua itu hanya membuang mukanya dengan ekspresi jijik. Tentu saja. Berlebihan sekali, sih!

Ilyas meninggalkan Nick dan berjalan menuju Lexa yang sedang membuang pandangannya jauh-jauh ke gedung parkir. "Hey sayang, sorry ya aku lama. Tadi tiba-tiba ketemu Nick…"

Lexa memandang Ilyas sambil cemberut. "Jadi kamu lebih milih nemenin Nick daripada aku?"

"Bukan gitu sayang…"

Nick yang tadinya memasang muka marah saat menepuk pundak Patty berubah menjadi jijik setelah melihat drama antara Lexa dan Ilyas. Kenapa sih? Ada apa sih dengan novel ini?

"Ada apa Nick?" tanya Satrya setelah untuk beberapa saat dibuat diam oleh sang penulis supaya Patty semakin berdebar-debar.

"Pat," kata Nick tanpa menghiraukan Satrya. Ia menatap mata Patty yang masih terlihat kaget dan bingung. "Ikut gua sebentar."

"Kalau lu mau ngomong sama Patty, ngomong di sini saja." kata Satrya sambil memegang pergelangan tangan Nick dan mengangkatnya dari pundak Patty.

Nick meringis sedikit kemudian menarik tangannya dari genggaman Satrya dengan kasar. Patty baru sadar, pergelangan tangan Nick berdarah dan lebam. Tidak seperti biasanya, Nick tidak memakai jam tangan ataupun gelang hari ini. Mungkin ia tahu kalau jam dan gelangnya bisa rusak karena ulah siswa-siswi GIS. Tidak hanya itu, seragam dan rambut Nick juga kusut. Kemeja seragam Nick keluar sedikit dari celananya, sabuk seragam Nick juga sudah bergeser agak ke samping. Apa yang siswa-siswi lakukan pada Nick sih? Lagi pula, buat apa Nick sampai mati-matian membela Olive seperti ini?

"Lu mau apa, Nick?" tanya Patty sambil melangkah ke depan, sejajar dengan Satrya, menatap Nick dengan tegas tepat di matanya.

"Gua cuman mau tahu. Kenapa lu jahat banget sama Olive?" kata Nick sambil memegang tangannya yang mulai berdarah lagi setelah ia menarik tangannya dari Satrya.

Patty tertawa sinis sambil membuang tatapannya ke atas, melihat pohon-pohon di atasnya sambil menenangkan dirinya sedikit sebelum kemudian menatap Nick. "Kenapa sih lu peduli banget sama Olive? Nick, lu nggak sadar lu buat hidup lu sendiri jadi miserable  karena dia?"

"Gua nggak lakuin ini buat Olive." kata Nick masih dengan tatapan kesal pada Patty. "Please Pat gua mau kalian akur lagi seperti dulu." pandangan Nick mulai melembut pada Patty, membuat Patty mulai luluh.

"Nick, kalau lu nggak tahu masalahnya nggak usah sok-sok baik, deh." kata Lexa dari belakang Patty. Menyadarkan Patty dari keluluhan hatinya. "Kalau sekarang lu mau tinggalkan Olive, lu masih bisa diterima lagi di Bandha Bandhu," Satrya mengangguk menyetujui hal itu kemudian Lexa melanjutkan, "Lu nggak akan dimusuhi lagi. Lu bisa hidup normal lagi."

Nick menggelengkan kepalanya. "Kalau gitu, Olive jadi sendirian."

"Apa sih?!" amuk Patty, membuat semua orang di sana terkaget-kaget. Patty yang biasanya tenang tiba-tiba meledak. "Olive lagi, Olive lagi. Sejak kapan lu berubah jadi bodyguard Olive?!"

Nick kaget menatap Patty bingung. "Gua…"

"Lu bahkan nggak tahu alasannya kenapa gua pergi dari Olive!" Patty semakin histeris.

"Karena Olive sekarang seperti beban buat lu, kan? Dia mengekor lu kemana-mana?" tanya Nick lembut, mengingat cerita Patty waktu itu padanya.

Lexa tertawa kemudian berjalan menuju Nick dengan gaya khasnya yang lebih terlihat angkuh daripada anggun. "Nicky…Nicky… kalau alasannya hanya sebatas itu, kenapa baru sekarang Patty bergabung dengan QS?" Lexa sampai tepat di depan Nick dan menepuk pundak kanan Nick pelan. Nick kembali meringis. Apa lagi yang terjadi pada pundaknya?

Lexa cukup kaget melihat itu, tapi alih-alih meminta maaf, ia berkata, "Aw did I hurt you?"  Lexa mendengus sinis sambil menyeringai sebelum melanjutkan, "No I didn't,  pilihan lu untuk berada di sisi Olive bahkan tanpa tahu cerita sebenarnya, itu yang buat lu sakit."

"Gua sudah dengar cerita dari Olive," kata Nick. "Makanya, gua mau dengar cerita dari sisi Patty." Nick memandang Patty dengan tatapan memohon.

"Heran deh gua, Nick. Kenapa sih lu jadi segininya sama Olive?" Patty tidak dapat lagi menutupi rasa cemburu di hatinya. Saat mereka SD dulu Nick selalu membela Patty dan hanya Patty. Tapi sekarang Nick malah membela Olive? "Ya sudah kalau memang itu mau lu, kita lihat apa lu masih bisa bela Olive sehabis ini."

***

Satrya keluar dari gedung parkir dan berjalan ke luar gerbang sekolah, melewati arus siswa-siswi yang berjalan masuk. Tidak sedikit siswi yang memandang Satrya dengan kagum dan, seperti biasa, Satrya hanya tersenyum sopan menanggapi tatapan itu.

Satrya sampai di depan gerbang dan berhenti sebentar mencari keberadaan siswi yang ia tunggu-tunggu setelah semalaman mempertimbangkan apa yang harus ia lakukan hari ini pada siswi ini. Beberapa pasang mata siswi melihat Satrya dengan heran sekaligus terpesona.

Akhirnya Satrya menemukan Olive, bukan siswi yang ia cari tetapi setidaknya ia menemukan sahabat dekatnya. Ia berjalan menghampiri Olive yang sedang tertunduk memandangi tanah. Tentu saja, kenapa tidak terpikirkan oleh Satrya bahwa Patty pasti akan berjalan menghampiri gerbang ini untuk bertemu dengan Olive?

Satrya berdiri tepat di depan Olive dan Olive mengangkat kepalanya dengan perlahan. Satrya tahu betul tatapan itu, tatapan terpesona. Satrya yang merasa jengah berdeham sebentar dan memegang lehernya kemudian mengalihkan pandangannya pada beberapa siswi yang sedang memasuki gerbang sekolah "Em, Live, gua boleh minta nomor Patty?"

"Apa?" tanya Olive. Satrya memandang Olive dan melihat muka Olive berubah kecewa. Ya ampun, masa Olive benar-benar berharap Satrya akan suka padanya?

"Boleh gua minta nomor Patty?" tanya Satrya sekali lagi.

Olive melihat ke sekitar kemudian menatap Satrya. Mukanya merah padam dan matanya mulai berkaca-kaca kemudian ia menunduk. "Bang, ternyata benar ya abang suka sama Patty?"

"Apa?"

"Sejak SD gua sering perhatikan abang… tatapan kita sering bertemu. Ternyata… aku nggak sangka ternyata abang suka sama Patty," kata Olive masih sambil menunduk.

"Em... iya sorry kalau lu salah paham." kata Satrya bingung harus bagaimana. Ia menggaruk lehernya dan memberikan ponselnya pada Olive.

Olive mengangkat kepalanya dengan kaget. Perlahan ia mengambil ponsel Satrya dan mengetik nomor di sana. Di luar dugaan, apakah Olive hafal nomor ponsel Patty? Hebat juga.

Olive menyodorkan ponsel Satrya kembali. "Bang, ini nomor aku." Satrya yang baru saja menerima ponselnya langsung melihat Olive dengan kaget, "Aku pasti kasih nomor Patty kalau abang dan aku pergi dating satu kali. Chat aku, ya."

Setelah berkata begitu, Olive buru-buru masuk ke gerbang sekolah, meninggalkan Satrya yang kebingungan di sana. Mau tidak mau, Satrya terpaksa mengajak Olive berkencan satu kali. Tapi ternyata Olive tetap tidak mau langsung memberikan nomor Patty pada Satrya saat itu. Malah, Olive meminta syarat tambahan dari Satrya. Satrya harus menjadi pacar Olive selama satu minggu. Tentu Satrya akan melakukan apa pun asal Satrya mendapatkan nomor Patty.

Hari Senin, Satrya sudah menunggu Olive di belakang kantin seperti yang telah mereka janjikan lewat whatsin malam sebelumnya. Tiba-tiba Olive datang sambil menangis dan menghampiri Satrya kemudian menyender pada dinding belakang kantin.

"Ada apa?" tanya Satrya pada Olive.

"Patty, dia tahu kita pacaran."

"Loh, kamu sudah bilang pada Patty?" tanya Satrya kaget. Rasanya Satrya hanya mengajak Patty untuk double date, itu kan bukan berarti Satrya memberitahukan Patty kalau mereka pacaran.

"Ya, dan Patty marah besar. Dia dorong aku sampai aku jatuh." kata Olive kemudian memperlihatkan lecet pada sikunya.

"Kenapa Patty marah seperti itu?"

"Karena Patty ternyata selama ini diam-diam suka sama Bang Satrya." kata Olive sambil menatap Satrya. "Bang, memangnya kita nggak bisa ya pacaran sungguhan selama satu minggu? Nggak perlu ditutup-tutupi." kata Olive dengan lantang.

Satrya kaget mendengarnya. Tentu saja Satrya tidak mau. Satrya kan setuju untuk pacaran dengan Olive supaya ia bisa berpacaran dengan Patty.

"Kalau Bang Satrya nggak mau, aku akan bilang pada Patty kita batal double date dan aku akan bilang kalau Bang Satrya mempermainkan aku." kata Olive sambil cemberut.

Satrya semakin kaget. Ia tidak menyangka seorang Olive bisa berbuat seperti ini. Tanpa Satrya sadari, Olive sudah mendekatkan bibirnya pada Satrya. Satrya kaget, namun tidak berani menolak. Bagaimana lagi? Ini satu-satunya cara untuk dapat bersama Patty.

BUK!

Terdengar suara orang terjatuh.

Satrya dan Olive langsung menoleh ke arah suara itu. Patty terjatuh di dekat kolam renang. Ya ampun, itu berarti Patty lihat semuanya?

Satrya baru hendak berlari mengejar Patty saat tangannya dipegang oleh Olive. "Bang, kalau abang pergi nanti kita nggak jadi double date loh."

Dengan serba salah Satrya kembali diam di depan Olive. Mereka tetap di sana sampai jam pelajaran pertama selesai kemudian Satrya mengantarkan Olive kembali ke kelas dengan guntai. Namun tentu saja, Satrya tidak ingin masuk ke kelas. Pikirannya sama sekali tidak jernih.

Satrya akhirnya memutuskan untuk pergi ke foodcourt saja sambil menjernihkan pikiran. Tetapi, pucuk dicinta ulam tiba, di sana Satrya malah melihat Patty dan teman lamanya, Nicholas Aipassa.

Senang sekali rasanya Satrya bisa bertemu Patty seperti itu walaupun akhirnya Olive ikut bergabung dengan mereka saat jam istirahat. Tetapi, Satrya tetap tidak berani berkata yang sebenarnya pada Patty bahkan sampai selesai double date pun Satrya masih belum bisa berkata apa-apa. Padahal selama double date Satrya sudah sengaja meninggalkan Olive berdua dengan Surya agar Satrya bisa bersama dengan Patty.

Untung saja Olive tidak datang ke Welcoming Party Nick. Akhirnya Satrya bisa berkata yang sejujurnya pada Patty dan mereka bisa menjadi sedekat ini.

Nick melongo sampai Lexa ingin menjejalkan meatball dari spaghetti bolognaise yang ia pesan. "Jadi kejadiannya gitu?"

Satrya yang duduk di sebelahnya mengangguk sambil meminum Lychee Squash di depannya. Haus sekali setelah bercerita pada Nick panjang lebar tentang dirinya dan Olive. Sedangkan Patty yang duduk di sebelah Satrya masih memandang Satrya dengan setengah tidak percaya. Setiap kali ia mendengar cerita itu, rasanya ia kembali tersipu. Ternyata laki-laki seluarbiasa Satrya rela melakukan itu demi Patty.

Benar, untuk apa Patty cemburu pada Nick yang melindungi Olive sampai terluka? Ia kan sudah punya pangeran yang jauh lebih sempurna di sini.

Karena memikirkan tentang Nick, secara otomatis mata Patty melirik ke arah Nick. Ia cukup kaget karena Nick ternyata sedang memandang Patty dengan ekspresi terkejut dan… entahlah Patty tidak dapat menebak ekspresi apa itu. Mungkin sedih, mungkin… entahlah.

"Jadi lu benci sama Olive karena dia merebut Satrya?" tanya Nick, mukanya terlihat sangat kesal. Santai saja dong! Toh yang memulai perkara duluan kan Olive, bukan Patty. Kenapa sih emosi sekali?

"Bukan," kata Patty dengan nada sesantai mungkin, tapi dari cara ia menusuk lasagna di hadapannya terlihat jelas betapa kesalnya Patty sebenarnya. "Gua nggak habis pikir. Gua sudah berusaha untuk selalu ada buat dia, selalu dengar curhat dia, selalu menemani dia, tapi apa balasannya? Dia malah menghalangi Satrya yang berusaha mendekati gua. Mungkin kalau dari awal dia jujur, gua nggak akan menjauhi dia begini. Bahkan mungkin gua nggak akan…" Patty melirik pada Satrya sebentar. Satrya tersenyum lembut seakan mengetahui apa yang akan Patty katakan, kemudian Patty berkata. "Mungkin gua nggak akan terima Satrya demi Olive."

Patty memakan lasagna-nya dari garpu yang ia genggam sejak tadi. Namun satu hal yang Patty tidak sadari, kata-katanya tadi membuat Satrya benar-benar kesal. Sangat kesal sampai Nick dan Lexa menyadari perubahan di wajah Satrya.

"Ah Nicky! Gara-gara lu, kita jadi batal double date." kata Lexa sambil menusuk-nusuk meatball-nya. Berusaha mencairkan suasana.

Nick tertawa kemudian meninju pelan lengan Ilyas yang sedang menatap Lexa dengan terpesona. "Maaf ya, Lexa dan bucin."

Ilyas menatap Nick bingung, begitu juga dengan Lexa. "'bucin'?" tanya mereka bersamaan.

"Iya, budak cinta!" kemudian Nick tertawa sebelum melanjutkan. "Ilyas kan sudah seperti budaknya Lexa."

"Heh! Kurang ajar!" kata Lexa kemudian memukul kepala Nick dengan tangannya kemudian tertawa dan berkata. "Jadi lu bakal kembali ke Bandha Bandhu, kan? Ayolah Nicky! Masa demi cewek gila itu lu rela dimusuhi satu sekolah?"

Nick terdiam sebentar. Sebenarnya ada beberapa hal yang ia ingin tanyakan pada Satrya tapi…

Nick menatap Satrya sebentar. Satrya sedang mengunyah T-Bone steak nya dengan galak. Sepertinya ia masih kesal. Ya sudah deh, Nick tidak mungkin tanya pada Satrya sekarang. Bisa-bisa Satrya benar-benar meledak.

"Lihat saja besok, ya." kata Nick sambil memperlihatkan senyum cerianya yang khas.

Patty, yang sedari tadi tertawa melihat "pertengkaran" kecil Lexa dan Nick, membeku. Senyum Nick itu, senyum yang dari dulu selalu membuat Patty merasa aman. Rasanya sangat tidak rela kalau Nick… pergi bersama Olive begitu saja.