Patty duduk di sofa hitam ruang tamu yang cukup luas bewarna putih bersih yang dihiasi lukisan-lukisan ikan koi. Di atas Patty, lampu neon dengan corak ukiran-ukiran Tiongkok menempel pada plafon putih yang agak berundak. Patty menyeruput teh tarik kesukaannya yang disediakan Bi Isom, pembantu di rumah Olive, dari mug Sullivan yang selalu ia pakai setiap ke rumah Olive. Lucunya, Olive dan Patty membeli 2 mug Sullivan dan 2 mug Mike Wazowski saat mereka pergi ke Shanghai Disney Land untuk disimpan di rumah mereka masing-masing dengan harapan persahabatan mereka bisa seperti Sullivan dan Mike di Monster Inc. Patty menjadi Sullivan dan Olive menjadi Mike.
Patty kembali meletakan mugnya ke atas coffee table manis berwarna coklat tua dengan kaca hitam di atasnya tepat ketika Henny, dengan terusan santai sutra berwarna krem miliknya, muncul dari balik partisi coklat marun, dengan beberapa guci berukir dan foto-foto juga buku-buku di atas raknya, yang memisahkan ruang tamu dengan ruang keluarga.
Henny duduk di sofa hitam kecil di sebelah sofa panjang yang diduduki Patty. Ia berdeham sebelum berkata pada Patty. "Nak Patty, sebenarnya ada apa antara Nak Patty dan Nak Olive?" tanya Henny sambil menatap lembut pada Patty.
Patty tidak tahu! Semuanya baik-baik saja sampai hari Sabtu sore. Patty masih ke rumah Olive, berniat mendandaninya untuk acara Welcoming Party Nick sore itu. Olive dan Patty masih bercanda, Patty sudah mendandani Olive habis-habisan bahkan meminjamkan cardigan kesayangannya agar dapat menutupi perut buncit Olive yang terlihat jelas dalam balutan dress yang baru dibelinya lewat online. Tapi saat Olive hampir masuk ke mobil Patty, Olive mendadak murung dan memutuskan untuk tidak jadi pergi. Semua orang di acara itu bingung karena Patty datang sendiri. Tentu saja mereka bingung. Patty adalah orang yang memohon pada Lexa agar Olive bisa ikut ke acara itu dan ia malah muncul sendirian. Apa coba salah Patty?
"Saya sendiri nggak tahu, tante. Tiba-tiba tadi pagi Olive mem-block whatsin saya." Kata Paaty sambil merogoh tasnya dan memberikan ponselnya pada Henny agar Henny dapat membaca whatsin terakhir Olive untuk Patty. (Olive denger ini wah dia marah banget sih)
Tengah hari tadi ketika Patty baru bangun, ia kaget melihat chat dari Olive yang mengatakan 'Pat, gua kecewa banget' dan sekarang Patty tidak dapat lagi melihat foto Olive di whatsin atau mengirim chat atau telepon. Patty di-block.
Henny mengembalikan ponsel Patty sambil berkata "Ya ampun. Coba tante bilang ke…"
"Nggak perlu, ma." Olive muncul dari balik partisi dengan piyama Mike Wazowski miliknya, membuat Patty merasa bersalah seperti baru menghianati persahabatan mereka. Tapi Patty kan tidak berbuat apa-apa. Satrya yang menciumnya duluan, Satrya juga yang sebenarnya ingin bersama Patty. Malah Olive-lah yang menghalang-halangi Satrya. Seharusnya Patty yang marah pada Olive.
Olive menatap mata Patty sekilas. (kesel banget dia ga kuat liat mata orang lama-lama padahal dia pengen kaya ngasih perngatan) Sekeliling matanya sangat hitam karena eyeliner dan maskara yang luntur. Dia tidak menghapus makeupnya sejak kemarin sore? Ya ampun. "Pergi, Pat. Gua nggak mau berurusan lagi sama lu." Katanya kemudian berbalik.
Patty langsung berdiri. Ia marah. Apa-apaan Olive? Seakan-akan Patty berbuat sesuatu padanya. "Lu kenapa sih? Lu kira gua nggak cape berteman sama lu? Cewek yang cuman bisa jadi ekor gua kemana-mana, ngikut semua pilihan yang gua buat, bahkan suka sama cowok yang gua suka juga."
Olive berbalik dengan ekspresi tidak percaya. "Apa?"
"Iya, gua suka sama Satrya. Kemarin dia sudah cerita semua tentang kalian dan wow gua baru sadar betapa pathetic (menyedihkan)nya hidup lu." Patty langsung mengambil tasnya dengan kasar dan berjalan pergi, mengabaikan Henny yang kebingungan di sana.
***
Olive tidak masuk. Ini pertama kalinya sejak Olive lahir ia tidak masuk sekolah. Patty sedikit merasa bersalah tapi otaknya terus mengingatkannya bahwa ini semua memang salah Olive. Patty tidak melakukan kesalahan apapun. Ia hanya membela dirinya.
"Xa!" seru Patty tiba-tiba.
Lexa yang duduk di sebelah Patty dan sedang asik melihat ingstaram sampai terlonjak, ponselnya terlempar dari tangannya. Sharon yang duduk di sebelah kanan Lexa sampai meloncat dari kursinya menangkap ponsel Lexa, dengan satu tangan yang masih memegang ponselnya tentu saja. Tentu saja, seperti refleks perempuan pada umumnya, Patty, Lexa, Sharon, bahkan Ayu yang duduk di sebelah kiri Patty, ikut teriak.
Sharon ternyata berhasil menangkap ponsel Lexa. Semua mata tertuju pada Patty sekarang dengan tatapan 'kenapa lu tadi teriak manggil Lexa sih?' tidak terkecuali Nick yang duduk di depan Patty yang terbangun dengan kaget saat Patty teriak tadi.
"Em… hehe" Patty menggaruk kepalanya sambil memandang teman-temannya.
"Well dear you better have a reason which is nice enough to startle me with your horrific scream (Sayang, lebih baik kamu punya alasan yang cukup baik untuk mengagetkan aku dengan jeritan mengerikanmu) ." Kata Lexa sambil mengambil ponselnya dari tangan Sharon.
"Well…" jawab Patty. Matanya sekilas melihat mata Nick yang memandangnya dengan penasaran. "Gua cuman semangat mau kasih tahu lu kalau gua sudah memutuskan untuk masuk ke QS." Kata Patty malu, ia baru berani menatap mata Lexa saat ia selesai berbicara.
Lexa melongo, begitu juga dengan Sharon. Ponsel Sharon sampai terjatuh dari tangannya ke meja. Ayu tidak terlalu kaget, entah apa yang ada dalam pikirannya saat mendengar hal itu.
"AAAH!!" jerit Lexa sambil berdiri dan memeluk Patty. "Finally dear! Oh dear!"
Nick kembali menatap ke depan, mukanya bingung dan terlihat tidak senang. Hanya ia satu-satunya di kelas itu yang tidak bersorak untuk merayakan masuknya Patty ke QS.
***
Ini pertama kalinya Patty menaiki tangga menuju foodcourt lantai 2. Tangga itu terlihat biasa saja terbuat dari tegel putih dengan pegangan putih. Namun, foodcourt di lantai 2 terlihat jauh berbeda daripada foodcourt lantai 1. Sama seperti lantai 1, lantai 2 juga memiliki konsep semi outdoor dimana tidak ada tembok di sekelilingnya, hanya tiang-tiang dan pagar. Lantainya dari ubin berwarna hijau tua, hijau muda, dan putih disusun seperti mozaik yang indah. Foodcourt ini dipenuhi dengan kursi-kursi dari besi dengan busa di atasnya yang nyaman berwarna hijau tua dengan meja berwarna putih dari kayu, stall-stall makanan yang ada di tengah foodcourt ini pun terlihat lebih mewah walaupun makanan yang dijual di lantai 2 mirip dengan di lantai 1. Terdapat beberapa meja dengan sofa-sofa panjang berwarna hijau yang telah ditempati beberapa siswa yang terlihat sangat elit. Langit-langitnya sangat tinggi dan di tengahnya terdapat lampu gantung indah berwarna kuning yang tergantung dari langit-langit lantai 3 dan di bawah lampu itu, tangga dari kayu berwarna hijau melingkar menuju ke lantai 3. Dari tempatnya berdiri, Patty dapat melihat beberapa pintu menuju ruang VVIP di lantai 3.
Lexa terus menggandeng Patty berjalan menuju meja di paling ujung, menghadap ke kolam renang, tentu saja meja dengan sofa-sofa panjang. Patty mengikuti Lexa, duduk di ujung sofa diikuti dengan Sharon dan Ayu yang duduk di depan Patty.
Tidak seperti di foodcourt lantai 1, dimana Patty harus berdiri dan memesan ke booth makanan, di sini mereka hanya perlu scan QR code di meja untuk melihat menu dan memesan dari ponsel mereka.
"Lu mau makan apa, Pat?" tanya Lexa lembut.
"Kita nggak akan tunggu Listy dan Debby?" tanya Ayu dingin, seperti biasa.
"Ah iya, dimana mereka?" gerutu Lexa sambil mengeluarkan ponselnya. Siap menelpon kedua gadis itu ketika Debby dan Listy muncul dari tangga sambil berlari-lari menuju meja.
"Hey sorry tadi toiletnya penu..." Debby tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. Ia kaget melihat ada manusia baru di sana. "Hello!" serunya pada Patty.
"Our new member girls!" seru Lexa.
"Of course! It's about time ya! Welcome girl!" kata Debby sambil memeluk Patty dan mereka bercipikacipiki ala ibu-ibu. Membuat Patty merinding.
Debby melepaskan pelukannya pada Patty dan duduk di sebelah Lexa sedangkan Listy tersenyum lembut pada Patty dan berkata, "Welcome." katanya sebelum ikut duduk di sebelah Ayu, tepat di seberang Patty.
Seperti biasa, percakapan dan canda tawa mengalir dengan sangat alami setelah mereka masing-masing memesan makanan mereka.
"Wah look who's here!" seru sebuah suara berat dari sebelah Patty. Satrya! Muka Patty langsung merah padam.
"Say 'hi' to QS's new member!" seru Lexa dan Debby berbarengan.
Muka Satrya terlihat kaget. Ekspresi kagetnya terlalu berlebihan sampai Nick dan Ilyas yang dari tadi berada di sebelahnya bingung.
"Kenapa lu, Sat?" tanya Nick sambil menepuk pundak Satrya.
"Oh, gua nggak nyangka saja hari ini datang juga." Katanya sambil tertawa.
"Berhubung ini pertama kalinya lu makan di lantai 2, gimana kalau kita gabung meja saja?" usul Nick ceria.
"Uu.. what a great idea (ide yang bagus banget)!" seru Lexa kemudian berdiri. "Hon tolong geser meja kalian!"kata Lexa pada Ilyas. Seperti kerbau dicocok hidung, Ilyas menurut begitu saja pada perintah Lexa.
Ilyas, diikuti dengan Nick dan Satrya menggeser meja di sebelah meja QS. Oh, tentu saja. Sangat tidak mengherankan bahwa Bandha Bandhu-lah yang menduduki meja itu. Satrya dengan sigap langsung duduk di sebelah Patty sedangkan Nick duduk di sebrang Satrya. Kemudian seperti biasa, dimana ada Nick di situ ada tawa dan keseruan. Ditambah lagi ada Zaki Moray, siswa tertampan ketiga di GIS. Ibunya, Elyaan Tapiheru, adalah anak dari salah satu pendiri Kastil Group, grup properti terbesar nomor tujuh yang cukup banyak membangun mall dan hotel terutama di Jawa Barat dan Jawa Timur. Grup ini baru mulai berjaya pada awal tahun 1990an karena adanya investasi besar dari perusahaan asal Skotlandia yang saat itu diwakili oleh anak pemegang saham mayoritas dari perusahaan itu, Magnus Moray. Ya, lalu begitulah pertemuan ayah dan ibu Zaki.
Zaki memang sangat tampan karena perpaduan darah ini. Matanya memiliki warna yang langka, hijau, dan hidungnya mancung dan kokoh. Namun, tidak seperti orang bule biasanya, ia memiliki mata yang cukup bulat, kulit kecokelatan seperti layaknya orang Maluku, rahangnya yang kokoh dan agak kotak, bibirnya agak tebal dengan gigi putih yang rata. Badannya sangat tinggi hingga mencapai 188 cm dengan badan yang gagah berotot. Rambutnya yang keriting berwarna merah dipotong dengan model high fade.
Semua anggota Bandha Bandhu dan QS selalu menyukai suasana yang terbangun karena mereka berdua. Tentu saja. Mereka tidak henti-hentinya tertawa karena ulah kedua orang itu. Memang tidak salah keputusan Patty untuk menjadi anggota QS.
***