Chereads / POV - There are always two sides of a coin / Chapter 1 - Bab 1 - bagian 1

POV - There are always two sides of a coin

the_bee88
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 25.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bab 1 - bagian 1

Patty menangis tersedu-sedu di kamarnya. Bagaimana ini semua bisa terjadi? Sampai kemarin ia masih salah satu siswi yang paling cantik, termasuk dalam geng paling populer, hampir berpacaran dengan siswa paling tampan dan populer di sekolah, juga memiliki teman terbaik yang selalu ada dan membela dirinya. Kenapa sekarang semuanya hancur? Sekarang semua malah mengata-ngatai dirinya seakan dia benar-benar seorang perempuan nakal. Sekarang ia tidak punya apa-apa, tidak punya siapa-siapa.

***

"Satrya sekali lagi menangkap bola dan berlari...berlari...WOW satu lagi poin dari slam dunk Satrya!" seru komentator pertandingan basket antar angkatan di Gedung Olahraga Go International School, sekolah internasional dengan kurikulum International Baccalaureate yang paling terkenal di Bandung. Bagaimana tidak? Hanya anak-anak para konglomerat, artis dan pejabat yang dapat bersekolah di sini karena biaya sekolahnya yang sangat fantastis. Ditambah lagi, mayoritas murid di GIS adalah murid-murid yang tampan dan cantik, tidak heran banyak juga di antara murid-murid ini yang menjadi artis dan model.

"Satrya! Satrya! Satrya!"

Satrya mendarat sambil tertawa, mengibaskan rambutnya yang berkeringat sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling gedung olahraga, tepatnya ke kursi-kursi penonton yang dibuat berundak.

Semua siswi terbius dengan pesonanya walaupun mungkin Satrya tidak melakukan itu dengan sengaja. Tentu saja, Satrya adalah murid yang paling populer di antara siswa-siswi GIS.

Satrya Sumarno, murid paling tampan di GIS. Memang dia tidak memiliki darah Arab, Korea, atau Barat seperti kebanyakan murid-murid tertampan di GIS lainnya. Namun, dengan hidungnya kokoh, mata yang hitam pekat, bulu mata dan alis yang tebal, dan kulit kecokelatan membuat dirinya menjadi sangat tampan. Ditambah lagi badannya yang tinggi dan berotot semakin terlihat semakin gagah ketika ia meloncat melakukan slam dunk, membuat semua siswi yang menonton di sana teriak histeris.

Tidak terkecuali satu siswi di tahun sophomore-nya (tahun kedua dari total empat tahun di sekolah tinggi internasional) yang agak gemuk dengan kulit kecokelatan dan berjerawat, Olivia Teguh yang biasa dipanggil Olive. Matanya terlihat sangat sipit karena terjepit dengan pipinya yang bulat, hidungnya terlihat tenggelam di antara seluruh lemak di mukanya, bibirnya terlihat tebal karena kawat giginya, rambutnya yang panjang hitam tetapi terlihat berminyak, seperti biasa, diikat satu dengan karet rambut seadanya.

"Ciee yang tepesona sama Bang Satrya," ucap gadis yang duduk di sebelah Olive. Seperti Yin dan Yang, gadis di sebelah Olive bertubuh langsing, kulitnya kuning langsat, rambutnya lurus bervolume dengan poni rata yang manis, hidungnya yang mungil dan agak lancip, bibirnya yang kemerahan dan tipis. Patricia Putriani, atau Patty, adalah teman dekat, atau dapat dikatakan satu-satunya teman, Olive sejak di taman kanak-kanak.

"Siapa yang tahan lihat dia coba, Pat?" kata Olive malu-malu kemudian buru-buru menambahkan "Kecuali lu."

Patty mengangkat kedua bahunya sambil memandang Satrya. "Gua sebenarnya terpesona, Live. Tapi gua tahu, dia lagi dekat sama salah satu anak QS, kan?"

"Ah iya juga ya." Kata Olive murung. Lelaki yang disukainya sejak SD sekarang dikabarkan sedang dekat dengan salah satu anak QS. Oh, Qualified Squad atau QS adalah kelompok anak-anak perempuan paling cantik dan kaya di GIS. Mereka tidak hanya terkenal di GIS, tapi seluruh Indonesia sudah mengakui kecantikan anak-anak ini. Bahkan beberapa dari mereka sampai terkenal ke seluruh ASEAN dan Asia. Pendirinya, tentu saja, anak perempuan paling cantik dan kaya di GIS, Alexandra Asparini Sumarno, atau yang orang-orang kenal dengan Angel Lexa.

Patty yang sadar akan muka Olive yang mendadak terlihat sangat murung langsung tertawa kecil kemudian menyenggol temannya dan berkata, "Ga kok, gua nggak suka sama Satrya bukan karena itu, tapi karena gua tahu lu suka sama dia. Lagian itu cuman hoax. Kita nggak tahu dia benar-benar dekat dengan anak QS atau nggak. Toh sampai hari ini gua belum pernah lihat dia jalan sama cewek mana pun."

Olive tertawa kecil tapi sebenarnya hatinya tidak lega sama sekali. Kata-kata Patty benar-benar menyadarkan dirinya. Mana mungkin Satrya mau dengan anak seperti dia. Gendut, pemalu, tidak bisa bergaul kecuali dengan Patty, suram.

Sekali lagi, seluruh siswi di gedung itu berteriak histeris saat Satrya berhasil melakukan three points. Semuanya, tidak terkecuali Patty. Ah, apa jangan-jangan Patty juga sebenarnya suka dengan Satrya? Kalau dengan Patty, Satrya mungkin bisa suka juga. Patty tidak kalah dengan anak-anak QS lainnya. Bahkan sebenarnya Lexa terus membujuk Patty untuk masuk ke QS. Lexa terus menolak anak-anak yang meminta untuk mengisi posisi terakhir di QS sejak 3 tahun lalu karena posisi itu ia simpan untuk Patty. Bahkan minggu lalu, Lexa menolak Novi Cindua, seorang selebriti ingstaram yang sangat terkenal karena ibunya adalah seorang aktris kondang dan ayahnya anggota DPR. Lagi-lagi karena posisi itu tidak diberikan pada orang lain tapi Patty.

Pertandingan selesai, tentu pertandingan dimenangkan oleh angkatan Satrya, junior (tahun ketiga di sekolah tinggi internasional). Patty ikut berdiri bersama murid-murid yang lain dan bersorak-sorak karena euforia yang meledak di gedung itu. Tetapi Olive tidak dapat ikut merasakan euforia itu. Sekali lagi, Olive merasa down.

Ya, memang itulah Olive. Ia anak yang selalu merasa rendah diri dan karenanya sangat mudah untuk terluka dan depresi. Tidak tidak, bukan berarti ia depresi sekarang, ia hanya tersadarkan betapa buruk dirinya saat itu.

Olive ikut berdiri dan bertepuk tangan, berusaha tersenyum tetapi tidak bisa lebih lagi dari itu. Ia melirik Patty. Irinya.

Kedua tim basket berjalan meninggalkan gedung sedangkan murid-murid yang lain kembali duduk, menunggu dipersilakan untuk keluar oleh panitia. Patty menoleh ke arah Olive sambil tertawa senang. "Live, sehabis ini kita mau nonton pertandingan apa lagi?"

Saat itu, GIS memang sedang mengadakan pertandingan olahraga antar angkatan. Tidak hanya basket, tetapi ada juga pertandingan futsal di lapangan futsal, pertandingan bulu tangkis yang akan diadakan di gedung olahraga itu, dan terakhir pertandingan renang yang diadakan di kolam renang GIS yang terletak di belakang foodcourt. Tetapi tentu, setiap kali tim Satrya bertanding, hampir semua murid akan menonton pertandingan Satrya dan karenanya semua pertandingan lain ditunda untuk sementara. Untung saja gedung olahraga GIS cukup besar untuk menampung seluruh siswa-siswi GIS.

"Terserah lu, Pat." kata Olive sambil tersenyum.

"Pertandingan bulu tangkis saja deh ya, supaya kita nggak usah pindah-pindah lagi," kata Patty tepat ketika panitia mengijinkan para murid untuk meninggalkan gedung olahraga. Sebagian besar berdiri untuk menonton pertandingan futsal di lapangan depan gedung olahraga atau pertandingan renang.

Olive mengangguk. Tentu saja, Olive pasti akan menuruti apapun yang dikatakan Patty karena...dia tidak punya siapa-siapa lagi. Lagipula dia sudah biasa hanya mengikuti kemauan orang lain. Lebih baik begitu daripada harus berpikir dan mengambil keputusan sendiri. Bagaimana kalau keputusan itu salah?

"Patty Patty my dear! " kata Lexa dengan suaranya yang terdengar berwibawa bahkan ketika bercanda, seraya memeluk Patty dari belakang. Aroma parfum Chennel miliknya langsung menusuk hidung Olive dalam-dalam.

Olive menoleh menghadap Lexa. Tidak sadar apa ada dia juga di sana? Tapi...memang Lexa sangat pantas menjadi ketua Qualified Squad... she is qualified for that. Lihat saja kulitnya yang kecoklatan mulus terawat, rambutnya yang lurus berwarna hitam pekat, hidungnya yang kokoh mancung di atas bibirnya yang sempurna dengan olesan lipstick LSY merah miliknya, badannya yang langsing dan sangat proposional. Kendall Jenner versi Indonesia. Lalu matanya yang bulat dan berwarna hitam pekat seperti milik sepupunya-Satrya, tiba-tiba menatap Olive dengan kesal. "Apa lu lihat-lihat gua? Dasar gendut."

"Xa," protes Patty sambil melepaskan pelukan Lexa kemudian berbalik menghadap Lexa. "Jangan ngejekin Olive terus dong."

Lexa cemberut. Dengan mukanya yang sedang cemberut saja Olive yakin ada seribu laki-laki yang akan dengan suka rela berlutut di depannya.

"Jangan gitu dong, Pat." rajuknya sambil cemberut. Tetapi tidak sampai satu detik kemudian, ekspresi Lexa berubah menjadi ceria lagi dan berkata dengan semangat. "By the way, lu nggak mau nonton pertandingan renang? Bang Ilyas lagi tanding, loh." katanya sambil tersenyum memamerkan deretan giginya yang putih dan rata alami.

Teuku Ilyas, teman satu geng Satrya yang bernama Bandha Bandhu, adalah murid kedua yang paling populer di GIS setelah Satrya. Bagaimana tidak? Tingginya mencapai 185cm, kulitnya putih khas orang Aceh seperti ayahnya, dengan mata yang hitam dan bulu mata yang lebat juga alis yang tebal, hidung yang gagah layaknya seorang Arab seperti ibunya, rahangnya yang tegas dihiasi cambang yang membuatnya tampak terlihat sangat gagah. Tidak sampai di sana, ia sangat atletis dan juga pintar, ia selalu menduduki peringkat kedua atau ketiga di kelas. Ia juga sangat, sangat, pendiam yang membuatnya terlihat menjadi sangat keren. Tentu, pria sesempurna Ilyas hanya cocok dengan wanita yang juga sempurna, Lexa. Ya, Ilyas adalah pacar baru Lexa sejak bulan lalu.

Lexa melirik Olive yang sedang memandangi tangannya sejak dibentak Lexa tadi "Sama lu juga boleh."

Patty tersenyum kemudian berdiri sambil berkata. "Ayo."

***

"Terus, tahu nggak mama gua bilang apa?" kata Olive dengan bersemangat di ujung telepon sana.

"Apa?" jawab Patty sambil berbaring di atas ranjangnya, memegang ponselnya mendengarkan Olive berbicara di airpodsnya sambil memperhatikan gambar-gambar gaun pengantin di ingstaramnya. Rasanya lelah sekali hari ini, walaupun ia tidak ikut bertanding, tapi ikut menonton pertandingan ini dan itu juga sudah cukup melelahkan.

"Dia bilang ...."

Aduh, Patty sangat mengantuk. Pukul berapa sih ini? Baru pukul 7 malam? Kenapa ia sangat mengantuk, ya? Mungkin karena cerita Olive yang tidak pernah habis. Tidak ada hari tanpa Olive menelepon untuk curhat, atau datang ke rumah Patty untuk mengerjakan pekerjaan rumah bersama, atau sekedar chat mengirimkan menu makan malamnya.

Patty tidak lagi. Ia sudah bosan memperhatikan apa yang Olive ceritakan.

"Oh ya?" timbal Patty ketika Olive berhenti berbicara sebentar.

"Iya! Terus, Pat..." lanjut Olive dengan semangat.

Patty sedikit menghela napas lega. Untung dia tidak salah memberikan respon. Kemudian jempol Patty berhenti. Satu gambar gaun pengantin yang sangat cantik memikat hatinya. Ini tentu waktunya untuk... menggambar.

"Pat? PAT!" seru Olive.

"Eh iya iya Live sorry. Terus terus gimana?"

Olive terdiam sebentar kemudian melanjutkan "Terus mama gua bilang dong..." sekali lagi Patty menghela napas. Untunglah Olive tidak sadar bahwa Patty tidak mendengarkan.

Patty berdiri dari ranjangnya yang empuk dan besar dengan sprei berwarna kuning, dipan jati berwarna coklat tua, dan kelambu yang tinggi dan manis hampir menyentuh langit-langit tinggi kamarnya. Patty memasukan kakinya ke sendal empuk berbulu berwarna coklat muda yang ada di atas karpet berwarna senada di bawah ranjangnya. Patty melangkah di atas lantai kayu berwarna coklat marun yang mengkilap dan halus dari tengah kamarnya menuju meja belajar di ujung kamarnya yang menghadap ke jendela tingkap dengan gorden coklat keemasan yang terikat rapih menatap ke beberapa pohon yang tumbuh di taman samping rumahnya dan sedikit dari dinding lantai 2 tetangganya yang tidak terhalang benteng.

Patty duduk di bangku meja belajarnya yang besar dan empuk. Ia membuka laci meja belajarnya yang juga terbuat dari jati. Laci itu cukup berat hingga mengeluarkan bunyi berdecit.

Olive terdiam sebentar sebelum berkata. "Bunyi apa itu, Pat?"

Patty terdiam sebentar. Ya ampun, Olive dengar ya? "Iya, bunyi laci meja belajar gua."

"Oh... lu lagi sibuk ya, Pat?" terdengar nada sedih dari suara Olive. Membuat Patty merasa bersalah tidak mendengarkan cerita Olive.

"Ah...gua mau sambil gambar, sih. Tapi tenang saja, gua dengar cerita lu, kok. Seperti biasa." Patty kemudian tertawa kecil untuk mencairkan suasana.

"Bener?"

"Iya sungguh." Kata Patty seraya membuka buku gambarnya dan mulai menggambar.

Olive kembali bercerita sedangkan Patty semakin fokus dengan gambarannya. Seperti biasa, setiap kali menggambar, Patty akan membayangkan riasan pengantin itu, rambutnya, juga dekorasi yang cocok dengan gaun itu. Hasilnya Patty tentu semakin tidak mendengarkan cerita Olive. Ia hanya menanggapi cerita Olive dengan gumaman dan tawa basa-basinya sambil bertanya-tanya kapan Olive akan lelah dan menyudahi teleponnya.

Patty terus menggambar sampai akhirnya ia sadar sudah tidak ada lagi suara Olive di ujung telepon sana. Patty dengan panik membuka whatsin untuk mengirim chat minta maaf pada Olive. Ternyata ada 1 chat dari Olive setengah jam yang lalu.

"Pat, sori hp gw abis batre"

Patty menghela napas lega. Untunglah. Ia langsung membalas chat Olive dengan perasaan bersalah.

"Gapapa Live. Nanti lanjut cerita yaa"

Patty meletakan ponselnya dan baru hendak melanjutkan sketsanya ketika ada satu notifikasi chat dari Olive yang berkata 'ok'. Patty tersenyum melihatnya dan kembali tenggelam dalam sketsanya.

***