"To one of the most qualified girls in GIS who finally joins us! Patty! Cheers! " (untuk salah satu perempuan paling qualified di GIS yang akhirnya bergabung dengan kita) kata Lexa dengan logat Britishnya sambil mengangkat gelas kristalnya berisi champagne diikuti semua member QS lainnya dan Patty.
Semua anggota QS berkumpul di rumah Lexa sore itu. Patty cukup kaget melihatnya. Padahal gathering hari ini adalah hasil dari rearrange Lexa karena Patty. Hari Kamis sore, saat Olive dengan asyik bercerita di telepon tentang bagaimana ia senang Satrya mengajaknya dinner setelah nonton, Patty mendapat whatsin dari Lexa. Ia mengajak Patty—sekali lagi setelah puluhan kali mengajak Patty ikut gathering bulanan yang selalu diadakan setiap di hari Jumat terakhir tiap bulan. Di satu sisi Patty sangat ingin ikut tapi di sisi lain ia tidak enak dengan Olive tapi...mumpung Olive sedang senang sepertinya tidak apa-apa kalau ia pergi dengan Lexa hari Sabtu. Saat itu Patty hanya mengajak Lexa untuk berjalan-jalan ke cafe hari Sabtu sebagai ganti gathering tapi Lexa punya ide lebih baik—setidaknya bagi Lexa—ia mengatur ulang jadwal gathering bulanan untuk bulan itu. Patty sampai tidak enak rasanya membebani anggota yang lain.
"Cheers!" semua mengangkat gelas champagnenya.
Sore itu semuanya berjalan sangat sangat sangat baik. Patty tidak pernah menyangka ternyata anak-anak di QS semuanya menyenangkan...tentu dengan kepribadian mereka masing-masing.
Masing-masing anggota QS—walaupun kejam—diberikan peringkat menurut kecantikan mereka. Peringkat pertama, tentu saja, Lexa. Lagi pula memang Lexa-lah yang memunculkan ide ini. Peringkat kedua, Debora Tambayong, atau Debby. Gadis cantik dengan kulit agak kecoklatan. Matanya yang agak bulat selalu terlihat bersemangat saat ia berbicara, alisnya tebal dan tegas, hidungnya agak mancung dan bibirnya sangat ideal, tidak terlalu tebal dan tidak tipis. Rambutnya yang tebal bergelombang diurai membingkai wajahnya yang tirus. Tidak heran dengan kecantikan dan kemampuannya bernyanyi juga menari, ia direkrut menjadi member girlband paling terkenal di Indonesia, Apple Belle.
Kemampuan menyanyi Debby turun dari ibunya. Ibunya adalah salah satu diva Indonesia, mendiang Rose Tambayong. Rose tidak hanya terkenal di Indonesia tapi juga sampai ke seluruh ASEAN dan sebagian negara Asia lainnya.
Peringkat ketiga dan keempat adalah Ayu dan Sharon. Lalu menyusul untuk posisi yang kelima, Listyana Smith, atau yang biasa dipanggil Listy. Listy memiliki mata biru yang indah seperti lautan. Rambut ikalnya yang berwarna kuning dengan poni yang menjutai ke atas matanya terlihat seperti cahaya matahari di atas lautan. Hidungnya sangat mancung di atas bibirnya yang tipis dengan olesan liptint oranye kemerahan. Kenapa Listy terlihat seperti orang bule? Karena ayah kandung Listy adalah orang Amerika. Itu juga merupakan alasan mengapa kulit Listy juga berwarna putih pucat dengan freckless manis menghiasi pipi dan hidungnya. Banyak orang yang tidak menyangka bahwa ibu Listy adalah seorang Jawa asli karena muka Listy yang sangat bule dan badannya yang sangat kurus dan tinggi. Listy tinggal di Seattle sampai ia berumur dua belas tahun kemudian pulang dengan ibunya ke Indonesia saat ibunya memilih meninggalkan Amerika untuk menikah dengan ayah Listy yang sekarang.
Peringkat keenam, yang terakhir, seharusnya diisi oleh Patty kalau ia akhirnya memutuskan untuk masuk ke QS. Sebenarnya Patty pun bingung karena masih banyak perempuan yang jauh lebih cantik darinya—tapi tentu tidak secantik kelima anggota QS yang lain—yang memohon pada Lexa untuk menjadi bagian dari QS tapi ditolak.
Keenam gadis cantik itu duduk di meja marmer bundar di serambi taman belakang rumah Lexa. Meja itu terletak di dalam salah satu gazebo yang berada tepat di sebelah kolam renang besar dengan lantai granit mewah menghiasi gazebo bergaya eropa itu. Gazebo cantik ini dihiasi dengan pilar-pilar dan pagar berwarna putih di sekelilingnya dengan atap bulat berwarna gading. Dari gazebo ini, mereka dapat melihat dua gazebo lain yang jauh lebih besar dari gazebo ini di sisi-sisi lain kolam renang dengan sofa mewah dan coffee table bergaya eropa.
Rumah Lexa yang megah bergaya seperti istana eropa berwarna putih dengan ukiran-ukiran di pilar-pilar luar rumahnya tertutup pohon-pohon bonsai, spathodea, dan cemara yang ditata rapi dan indah dengan lampu-lampu taman yang tinggi berukiran eropa kuno berwarna putih. Hanya atap bulat dari rumah Lexa yang berlantai tiga yang terlihat.
Jalan dari rumah Lexa menuju kolam renang dan ketiga gazebo yang dibuat dengan batu koral putih ini ditudungi dengan tanaman anggrek putih. Sakin jauhnya gazebo-gazebo ini dari rumah Lexa, masing-masing gazebo memiliki telepon yang langsung tersambung dengan ruang dapur Lexa agar dapat memanggil pelayan dengan mudah.
Taman Lexa begitu sejuk dan nyaman, ditambah lagi semua anak QS begitu ramah dan asyik. Ada saja lelucon yang mereka buat, mulai dari Lexa si playgirl, Sharon yang tidak pernah lepas dari ponselnya demi saham dan crypto, Ayu si poker face, sampai Patty si jomblo seumur hidup. Banyak juga obrolan-obrolan yang ternyata merakyat, malah lebih banyak obrolan ringan seperti ini daripada tentang bisnis keluarga atau barang-barang branded, seperti Lexa yang risih dengan pamannya yang terlalu sering mengunggah foto di ingstaram sampai ia mute supaya laman ingstaramnya tidak lagi dipenuhi unggahan pamannya itu. Tidak hanya Lexa, bahkan katanya anak paman itu sendiri berhenti mengikuti ayahnya di ingstaram karena terlalu berisik. Semua anggota QS tertawa mendengar itu. Disusul dengan keluhan Sharon tentang ibunya yang juga sering mengunggah keuntungan yang didapat dari saham, disusul dengan ejekan semua anggota pada Sharon yang disebut-sebut sebagai titisan ibunya yang gila saham, dan lain sebagainya.
Rasanya Patty tidak ingin pulang dan langsung mendaftar menjadi anggota QS saat itu juga. Ditambah lagi camilan-camilan yang disuguhkan di rumah Lexa begitu luar biasa, mulai dari keju asli dari Spanyol, coklat dari Swiss, sampai klepon yang begitu lembut dan kenyal dengan gula jawa yang meleleh di mulut. Tolong!
***
Patty berbaring di atas ranjangnya sambil tersenyum. Baru kali ini, Patty si introvert merasa senang setelah berkumpul dengan banyak orang. Walaupun tidak dapat dipungkiri rasanya mental Patty sangat lelah, tapi Patty tidak sabar menunggu gathering selanjutnya bulan depan.
Ah iya, seharian ini Patty belum melihat ponselnya sama sekali. Dengan langkah guntai, Patty berjalan menuju sofa yang berada di ujung kamarnya. Rasanya sungguh melelahkan berjalan melintasi kamarnya yang luas menuju sofa. Ia mengeluarkan ponselnya dari tas Guthi cream miliknya.
Ada 10 chat whatsin dari Olive tapi... semuanya dihapus. Terlebih lagi terdapat 2 missed call dari Olive dari antara chat-chat tersebut. Ada apa ya?
Patty mencoba menelpon Olive tapi tidak diangkat. Sekali lagi Patty melihat kolom chat Olive. Chat pertama dikirim pukul 2 siang, sepertinya sebelum Olive selesai menonton. Chat kedua dikirim pukul 4 sore. Apakah ini setelah Olive menonton? Lalu yang ketiga dan keempat pukul 7 malam, saat...dinner? setelah itu Olive menelpon Patty. Lalu chat kelima sampai ketujuh dikirim antara pukul 8 dan 9 malam disusul dengan telepon Olive. Sisanya dikirim pukul... 10? Ya ampun pukul berapa sekarang?
Patty melihat sudut kanan atas ponselnya. Pukul 11. Ya ampun. Tidak terasa ternyata lama juga Patty mengobrol di rumah Lexa. Sesuatu yang selama ini Patty pikir tidak dapat ia lakukan dengan baik. Bersosialisasi.
Bukan berarti Patty tidak bisa bergaul. Banyak orang yang merasa senang mengobrol dengan Patty hanya saja Patty tidak tahan untuk bersosialisasi dengan terlalu banyak orang untuk waktu yang lama. Rasanya untuk satu jam saja Patty harus bersembunyi sebelum kemudian kembali tersenyum dan bersosialisasi lagi.
Patty menelpon Olive sekali lagi. Tidak ada jawaban. Apa mungkin Olive sudah tidur? Ya sudahlah. Patty mematikan ponselnya dan pergi tidur. Toh kalau ada apa-apa dengan Olive, pasti Tante Henny akan memberitahu ibu Patty.
***
Patty turun dari mobilnya dan berjalan menuju gerbang sekolah. Ok, pasti Olive ada di gerbang kan? Patty akan meminta maaf dan menanyakan apa yang terjadi kemarin pada Olive. Namun, alih-alih Olive, Satrya-lah yang menyapa Patty di gerbang sekolah.
"Hai, Patty!" katanya. Satrya yang tetap tampan meskipun dalam balutan seragam GIS. Tubuhnya yang tinggi menjulang hingga 180cm bersender pada tiang di gerbang sekolah. Ia membawa tas slempang berwarna hitam yang melintang dari bahu kirinya ke tubuh kanannya. Kedua tangannya yang kokoh masuk ke dalam saku celana seragamnya. Lengan seragamnya yang pendek digulung ke atas memperlihatkan otot pada lengan atasnya. Rambutnya yang hitam tertata rapi di bawah bondu hitamnya, memperlihatkan rahangnya yang tegas dan mukanya yang lonjong. Hidungnya yang begitu mancung menambah ketampanannya. Matanya yang hitam pekat di bawah naungan alisnya yang tebal dan tegas memandang Patty dengan tatapan jahilnya.
Anak-anak perempuan banyak yang menyapa Satrya dengan malu-malu. Satrya membalasnya dengan senyuman yang penuh percaya diri. Hal itu membuat Patty terpana. Ia yang sebenarnya tidak nyaman bersosialisasi, selalu kagum dengan orang-orang yang luwes dan percaya diri.
"Hai," kata Patty malu-malu.
"Ke kelas bareng, yuk!" kata Satrya sambil menegakkan badannya.
"Oh, tunggu. Olive mana?" tanya Patty.
Patty sadar rona muka Satrya agak berubah sekilas dan rahangnya berkedut. Tapi tidak lama kemudian, Satrya kembali tersenyum manis sambil merangkul Patty. Patty ingin langsung melepaskan diri dari rangkulan Satrya, ia tidak mau sampai Olive salah paham. Tapi, ini Satrya loh! Seorang Satrya merangkul Patty! Lagi pula Olive kan tidak ada di sini.
"Olive sudah cerita belum?" tanya Satrya sambil menunduk, mendekatkan wajahnya pada wajah Patty di sebelah pundaknya.
"Ceri...cerita apa?" tanya Patty berusaha melihat ke depan, tidak mau memandang balik pada Satrya.
"Kalau Olive belum cerita, gua saja deh yang cerita." katanya sambil berjalan masuk melalui gerbang dengan tangan kanannya masih merangkul Patty. Semua pandangan tertuju pada mereka. Wah Patty malu sekali, rasanya ingin menghilang saja. Tapi, di sisi lain Patty juga bangga. Seorang Satrya sekarang sedang merangkulnya! Apa Satrya menyukai Patty? Ah, tapi kemarin kan Satrya mengajak Olive berjalan. Tapi memang betul sih, mana mungkin seorang Satrya suka pada gadis seperti Olive?
"Kalau gua mau ajak lu double date."
"Hah? HAH?!" Apa? Double date? Bagaimana bisa Patty pergi double date dengan Satrya? Siapa teman kencan Patty coba? Jangankan pergi double date, pacaran saja Patty belum pernah, pacar saja Patty tidak punya. Apa jangan-jangan ini alasan Olive kemarin ini menelpon Patty? Ya ampun Olive.
Sakin kagetnya, Patty sampai melepaskan diri dari rangkulan Satrya dan menatap mata Satrya dengan tidak percaya. Wah, matanya indah sekali. Loh loh? Sekarang bukan waktunya untuk terpesona dengan Satrya!
Beberapa siswa berjalan melewati mereka sambal berbisik-bisik dengan penasaran. Beberapa bahkan dengan terang-terangan menonton mereka. Satrya sadar akan hal itu, ia menatap sekeliling sambil tersenyum. Berusaha meyakinkan mereka tidak ada apa-apa yang terjadi. Kemudian ia berkata pada Patty sambil berjalan pergi. "Just ask her." kemudian melemparkan senyum memesonanya pada Patty. Duh rasanya jantung Patty berhenti berdetak melihat senyum itu.
Patty berdiri, terdiam mematung di sana sambil memandang punggung Satrya yang berjalan menjauh. Hah? Patty harus cari teman kencan di mana? Atau Satrya yang akan memberikan teman kencan untuknya? Haaaaah?
Patty tersadar dari lamunannya dan langsung berjalan secepat mungkin menuju loker sambil mengabaikan puluhan pasang mata penasaran yang sedari tadi menonton Patty dan Satrya, mengambil buku yang ia butuhkan kemudian berjalan ke kelasnya. Ia harus cepat bertemu dengan Olive! Tapi ternyata tidak perlu menunggu sampai kelas untuk bertemu Olive.
Sakin terburu-burunya, Patty menabrak bahu seseorang sampai orang itu terjatuh. Buku-buku Patty pun ikut terjatuh. Terdengar bunyi BUK yang keras. Beberapa siswa tertawa melihatnya. Patty buru-buru membungkuk untuk menolong orang itu. Ternyata... Olive?
Pantas saja banyak yang tertawa. Olive jatuh terjungkal dan roknya terangkat sampai ke atas memperlihatkan celana dalamnya yang ternyata sobek.
"Hah, Live... sorry sorry... gua..." Patty gelagapan sambil berusaha menarik Olive berdiri.
Tetapi Olive mulai menangis dan kabur dari sana. Patty buru-buru merapikan buku-bukunya kemudian berdiri dan mengejar Olive keluar dari gedung, menerobos arus siswa di koridor yang berjalan menuju ke gedung sekolah. Patty tanpa sengaja menabrak beberapa bahu siswa dan siswi dan secara refleks mengucapkan maaf sambil menoleh sekilas pada setiap siswa-siswi yang ia tabrak sehingga Patty semakin tertinggal dari Olive dan akhirnya kehilangan jejak Olive sama sekali. Patty tidak peduli, ia terus berlari ke arah mana Olive tadi berlari sebelum menghilang. Namun, sampai di taman, Patty bingung kemana kira-kira Olive pergi sampai ia ingat sesuatu. Olive pasti mencari makanan manis untuk menenangkan dirinya.
Patty langsung berjalan melintasi taman, melewati kolam ikan, menuju foodcourt. Tapi Olive tidak ada di meja mereka. Patty berjalan menyusuri foodcourt sampai bel berbunyi. Patty menyerah. Ia menghela napas dan berbalik berjalan meninggalkan foodcourt. Patty tidak mau absen hanya karena mencari Olive. Tapi hatinya tidak tenang.
Akhirnya Patty duduk di kursi paling luar dari foodcourt itu. Tidak ada orang lain di gedung itu kecuali Patty, para penjual pun belum datang karena sesuai dengan peraturan GIS—mereka baru bisa berjualan di atas pukul 8, supaya tidak ada siswa yang kabur untuk membeli makanan di foodcourt. Entah berapa lama Patty duduk di sana, merenung. Memangnya salah dia ya Olive sampai jatuh begitu? Rasanya ia juga tidak menabraknya terlalu keras.
Ah sudahlah! Buat apa juga Patty diam di sini? Patty mengangkat kembali buku-bukunya dan berdiri. Baru saja Patty hendak melangkahkan kaki dari foodcourt ketika ia mendengar suara Olive samar-samar sedang berbicara. Patty langsung mengikuti suara itu melewati tiang-tiang di foodcourt menuju kolam renang jernih yang cukup besar dengan tudung hijau muda dan tegel biru di sekelilingnya. Area kolam renang ini terasa sangat sejuk karena dikelilingi beraneka pohon tinggi sampai ke dinding GIS tidak jauh dari sana.
Dari sana, Patty melihat, tepat di belakang salah satu pohon yang paling dekat dengan tembok GIS, Satrya sedang mencium Olive di BIBIR! Patty buru-buru membalikan badannya dan berjalan menjauh, tapi sial tegel di sana licin, mungkin bekas orang yang berenang sebelum bel berbunyi.
BUK! Patty jatuh terduduk ke tegel yang basah sambil memeluk semua bukunya. Ew!
Patty buru-buru berdiri dan kabur. Semoga Olive dan Satrya tidak melihatnya! Walaupun itu mustahil, sih.
Patty berjalan secepat mungkin ke dalam foodcourt, melintasi taman, menyusuri koridor, masuk ke gedung sekolahnya saat tiba-tiba tangannya ditarik seseorang, membuatnya sedikit oleng. Tangan yang besar dan kecoklatan itu menggenggam siku Patty cukup kuat untuk menopang tubuh Patty dan membantu Patty menyeimbangkan badannya kembali.
Patty menoleh melihat pundak yang bidang dalam balutan seragam GIS. Patty menengadah, melihat muka yang tidak asing baginya. Rahang yang gagah berbentuk agak kotak, mata yang sipit namun agak bulat berwarna coklat, alis yang tidak terlalu tebal, hidung yang agak mancung, bibir yang tipis. Hah ini kan…
"NICK?!" seru Patty tidak percaya.
"Halo," kata Nick dengan suaranya yang tidak terlalu berat sambil tersenyum memamerkan giginya yang rata. "Lu telat, ya? Sampai jalan cepat begitu." Katanya kemudian tertawa.
"Hah! Kenapa lu di sini? Sudah balik dari Korea? Wah gigi lu rata ya sekarang! Lu tinggi banget sekarang!" seru Patty sambil berputar-putar mengelilingi Nick, memeriksa apakah manusia itu nyata.
Nick tertawa melihat Patty. "Gua harus jawab yang mana dulu nih?"
Patty berhenti di depan muka Nick, tatapannya masih terlihat tidak percaya. Ini Nick! Teman SDnya dulu! Patty tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Nick setelah Nick tiba-tiba pergi bersama ibunya ke Korea Selatan saat Patty masih kelas 5 SD.
"Semua! Lu ya! Pergi mendadak pulang mendadak juga. Apa-apaan coba masuk di akhir semester begini?" omel Patty sambil bertolak pinggang dengan satu tangannya masih memeluk buku-bukunya.
Nick dengan santai mengambil buku-buku itu dari tangan Patty dengan tangan kanannya dan membawanya di atas bahu kanannya. "Gua certain semuanya sambil jalan ke ruang guru, ya. Sekalian supaya lu ada alasan antar murid baru keliling supaya nggak kena hukuman terlambat."
Patty bengong. Apa?
Nick melirik ke arah Patty yang tingginya sekarang hanya sebatas bahunya. "Gimana? Win win (sama sama menang) kan? Malah lu lebih untung."
Apa sih?
***