Sementara di tempat lain, tepatnya di rumah orang tua Sabda, semua orang tengah sibuk membersihkan kamar Sabda. Kadang mereka berhenti sejenak dari aktivitas mereka ketika menemukan benda yang mengusik memori mereka tentang Sabda. Vero menemukan foto mereka ketika masih SD di laci bersama kaset 'Gun n roses'yang dulu sering mereka dengarkan karena pengen bisa main chord gitar lagu-lagu band tersebut. Dulu Antonlah yang selalu menjadi role model mereka ketika beranjak remaja.
"Senyum-senyum sendiri lu, Sab!" Tegur Satria.
"Ini gue nemu foto kita waktu masih SD dulu. kira-kira kelas 5 SD kayaknya deh." Jawab Vero.
"Ganteng juga lu berdua waktu SD." Celetuk Dimas.
"Lah, kita mah cuma butiran debu kali dari dulu. Cewek-cewek jaman sekolah aja yang pertama dilihat pasti mereka berdua baru deh ke kita." Kata Lucky.
"Ngga nyangka secepet ini Sabda ninggalin kita. Kasihan juga ama Rayna." Kata Dimas.
"Gimana kabar dia sekarang?" Tanya Lucky.
"Ini juga Lita ama Anin tiap hari kerumahnya. Hari ini juga lagi dirumahnya. Udah seminggu lebih masih sering ngalamun dia." Kata satria.
Mendengar cerita Satria, Anton yang sedang memasukan foto-foto Sabda dan Rayna ke dalam kardus pun menoleh ke arah Vero.
"Foto itu mau lu bawa apa sekalian dimasukin ke kardus, Ver?" Tanya Anton.
"Gue bawa aja deh, mas. Cuma ini kenang-kenangan yang gue punya di masa kecil bareng Sabda." Kata Vero lalu memasukan foto itu ke tasnya.
"Oke. Emm... gue mau bicara sama lu sebentar ya, Ver. Kalian terusin dulu ya beres-beresnya." Kata Anton lalu berjalan keluar dari kamar Sabda diikuti Vero. Satria, Dimas dan Lucky hanya saling berpandangan.
Sesampainya di taman belakang, Anton dan Vero duduk di gazebo.
"Kenapa mas?" Tanya Vero.
"Gue bingung harus gimana sama Rayna, Ver. Gue belum kesana setelah pemakaman Vero. Ortu juga belum nemuin Rayna. Mereka bener-bener ngga tega. setahun itu sebentar. Bahkan Gue tau rencana Sabda sama Rayna setelah Rayna selesai KKN mereka mau mulai bahas acara pernikahan mereka. Pasti Rencana mereka udah ada di benak Rayna,Ver."
"Ya mas, gue tau. Gue lihat gimana terpukulnya Rayna."
"Rencananya malam ini ortu sama gue mau ke rumah Rayna. Setelah gue bicara sama nyokap sama bokap, lu ikut ya?"
"Kok gue?" Tanya Vero heran.
"Ver, Gue yakin setelah mama ngobrol sama Rayna mungkin Rayna akan lebih baik mood nya. Sekarang gue tanya, tolong jawab jujur! Apa lu pernah suka sama Rayna?" Pertanyaan Anton jelas saja membuat Vero kaget. Dia pikir selama ini dia tidak pernah menunjukkan rasa sukanya pada Rayna ke siapapun.
"Maksudnya apa ya mas?"
"Ver, Sabda pernah cerita sama gue..."
Flashback On
Beberapa hari setelah pertunangan, Sabda masuk ke ruang kerja Anton.
"Kenapa lu? Udah beres kerjaan?" Tanya Anton.
"Mas, gue ngga konsen kerja nih. Kira-kira Gue bakalan bahagia ngga sih menikah sama Rayna nantinya? Gue takut ada orang yang suka sama Rayna. Terlebih kalau yang suka itu sahabat gue sendiri."
"Lu pernah lihat Rayna keluar ma tuh orang?" Tanya Anton.
"Nggak."
"Lu pernah lihat orang itu nyatain perasaannya ke Rayna?"
"Nggak sih. Tapi gue merasa beda. Dan bodohnya gue baru sadar sekarang."
"Siapa sih orangnya?"
"Gue ngga mau nuduh sih. Ini baru perasaan gue aja. Kayaknya semenjak pertunangan gue, dia jadi lebih pendiem."
"Sab, yang lu jalanin hidup lu. Gue udah bilang, kalau lu cinta, Rayna cinta, ya Lu maju. Bodo amat ma perasaan orang. Lu mau ngorbanin hubungan lu ma Rayna kalau lu tau orang itu suka ma Rayna?"
"Ya ngga sih."
"Makanya lu pikir kesitu. Rayna juga bakal sedih kalau lu nggak pertahanin dia. Masalah mau sahabat lu, atau mau saudara lu sekalipun, kalau Rayna sama elu saling mencintai, orang bisa apa?"
"Iya sih, tapi sebelum semua ini lebih jauh, Gue pengen memastikan diri gue, kalau sahabat gue itu baik-baik aja." Kata Sabda.
Flashback Off
"Dan setelah kedatangan lu ke kantor Sabda waktu itu, Sabda bilang ke gue kalau dia sudah memastikan kalau sahabatnya itu baik-baik aja. Dan sebelum dia berangkat dinas keluar kota, Sabda juga bilang kalau dia Titip Rayna ke elu sama gue. Karena itulah, gue pikir orang yang dimaksud Sabda adalah elu. Sabda sendiri juga lebih nyaman kalau elu yang jagain Rayna selama dia ngga ada kan?"
"Terus?"
"Tolong jawab jujur apa lu pernah menyukai Rayna?"
Vero menarik nafasnya dalam. "Ya, gue pernah menyukai Rayna. Dulu ketika SMA, tapi gue menyimpan perasaan itu sendiri apalagi gue tau Sabda juga suka Rayna. Dan sampai sekarang pun gue masih menyukai Rayna. Tapi gue yakin Rayna ngga mungkin suka sama orang pengecut kayak gue, mas." Jawab Vero akhirnya. Anton sedikit terkejut karena diriny tidak bisa membayangkan selama itu Vero menahan perasaannya, dan pasti ada rasa cemburu ketika melihat Rayna dan Sabda yang sebucin itu mereka.
"Gue sama ortu gue banyak membicarakan hal tentang Sabda. Juga hubungannya dengan Rayna. Gue minta, Lu hibur Rayna. Gue yakin Sabda akan tenang kalau Rayna sama elu."
"Tapi Rayna belum tentu suka dihibur gue. Mas, ini terlalu cepat. Bahkan dulu kita jarang sekali bicara atau sekedar menyapa. Semua serba mendadak. Rayna pasti sangat shock. Gue ngga tau gimana caranya hibur Rayna."
"Ver, Kamu tau caranya. Kamu punya perasaan sama Rayna. Pasti Rayna bisa merasakan itu suatu saat nanti." Kata Mama Sabda yang tiba-tiba muncul dari belakang mereka.
"Mama udah lama disitu?" Tanya Anton yang juga terkejut dengan kedatangan mamanya. Mamanya cuma tersenyum. Papa dan Mama nya sudah Anton ceritakan tentang percakapannya dengan Sabda ketika mereka membahas Rayna. Tidak ada salahnya jika Vero yang menggantikan Sabda. Vero pun sudah dekat dengan keluarga Sabda dari kecil. Mereka sedikit kehilangan Vero ketika Vero memilih kuliah di luar kota dan mereka jadi jarang bertemu.
"Tante..."
"Tante pikir kamu memang yang bisa diandalkan untuk jaga Rayna meneruskan Sabda. Kamu teman terdekat Sabda."
"Tapi Vero ngga janji bisa mendekati Rayna. Rayna sangat mencintai Sabda."
"Berusahalah dulu semampunya, nak." Kata Mama Sabda lalu menepuk pundak Vero kemudian masuk ke dalam rumah. Vero hanya bisa memandang Anton. Anton cuma tersenyum lalu ikut menepuk pundak Vero.
"Gue percaya lu, Ver. Tetap jadilah adik gue. Sering-sering main ke rumah ini. Lu udah gue anggap adik sejak dulu." Kata Anton lalu mengajak Vero masuk lagi ke dalam rumah.
Malamnya, Keluarga Sabda datang bersama Vero. Satria dan Lita berencana menyusul untuk melihat kondisi Rayna.
Lagi dan lagi, mama Sabda dan Rayna saling berpelukan dengan air mata yang menetes.
"Ini siapa?" Tanya Mama Rayna ketika melihat Vero.
"Saya Vero. Teman Sabda dan Rayna juga tante."
"Iya jeng, Vero ini sahabat Sabda dari kecil." Tambah mama Sabda.
"Nanti ada Lita sama pacarnya juga tan ke sini. Kebetulan pacarnya Lita, juga teman kuta. Bolehkan?" Tanya Vero.
"Boleh. Cobalah ajak Rayna ngobrol nanti, siapa tau dia bisa ceria lagi." Kata Mama Rayna.
"Jadi bagaimana kondisi Rayna?" Tanya Papa Sabda.
Papa Rayna menghela nafas "Dia belum move on. Tadi pagi setelah Lita dan Anin pulang, dia terus melamun. Apa sebaiknya kita bawa Rayna ke pskiater ma?" Papa Rayna melayangkan pertanyaan ke mama Rayna.
"Mama tadinya berfikir begitu pa. Tapi apa sebaiknya ngga kita coba dulu berbicara sama Rayna."
"Apa boleh saya lihat Rayna jeng?" Tanya mama Sabda.
"Boleh sekali jeng. Ayo kita ke kamar Rayna. Daritadi saya bujuk Rayna makan malam tapi selalu bilang nggak lapar."
"Anton sama Vero boleh ikut ma?" Tanya Anton.
"Sebentar sayang, mama dulu yang ke kamar Rayna." Jawab Mama Sabda.
Sampai di kamar Rayna. Terlihat Rayna sedang duduk di atas kasur sambil memegang fotonya bersama Sabda. Wajahnya masih tak secerah biasanya. Mama Sabda kembali menitikan air mata melihat Rayna.
"Sayang, lihat siapa yang datang." Kata Mama Rayna. Rayna menengok dan langsung tersenyum.
"Mama, Mama sama Sabda kesini?" Tanya Rayna lalu memeluk mama Sabda. Mama Sabda menggelengkan kepala. Pertanyaan Rayna justru membuat mama Rayna tertegun. Merasa ada yang tidak beres dengan putrinya.
"Rayna sayang, Gimana kabar kamu nak? Rayna udah makan?" Tanya mama Sabda. Suaranya bergetar menahan air mata.
"Rayna kangen Sabda ma, Rayna ngga mau makan. Rayna cuma mau ketemu Sabda."
"Rayna. Kamu harus semangat nak. Kita boleh punya mimpi, boleh punya cita-cita. Tapi ada kehendak Tuhan yang tidak boleh kita lupakan, Rayna mengerti?" Mama Sabda dengan sabar berbicara pada Rayna. Rayna hanya meneteskan air matanya. Yang ada di pikirannya sekarang hanya kapan bertemu Sabda.
"Gimana kalau kita ke ruang tamu sayang? Rayna sudah lama nggak keluar kamar jeng." Kata Mama Rayna ke pada Rayna dan mama Sabda. Mama Sabda cuma mengangguk. Bagaimana tidak, Rayna selalu malas makan, kamar mandi pun sudah ada di kamarnya, dia juga belum berangkat kuliah lagi. Rayna akhirnya keluar kamar. Anton, Vero dan Satria yang baru datang bersama Lita sempat tertegun dengan keadaab Rayna. Wajah sembab, badan terlihat kurus.
"Sabda!" Panggal Rayna ketika melihat Vero membuat semua orang kaget dan tidak bisa berkata apapun.
+++
Apa yang terjadi dengan Rayna??