Kepala Rayna serasa berputar mendengar perkataan Vero. Hatinya menolak, tapi disisi lain seperti ada sebuah kenyataan yang harus dia lalui.
"Kamu ngomong apa sih! Kamu Sabda kenapa kamu harus ngaku Vero!" Kata Rayna sambil berlinang air mata.
"Rayn, Please sadar, Sabda udah meninggal! Dia nggak suka lu kayak gini! Sabda ingin lu bahagia Rayn!" kata Vero.
"Aku bahagia sama kamu Sabda! Kenapa kamu malah bilang kamu Vero! Aku cinta sama kamu!" Rayna mulai meninggikan suaranya. Dalam hatinya bergejolak. Kenangan bersama Sabda berputar lagi. Hatinya mengatakan Sabda sudah tidak ada tapi fikirannya mengatakan Sabda ada di depannya.
"Kalau lu cinta sama Sabda harusnya lu bisa ikhlasin dia pergi. Sabda tersiksa kalau lu kayak gini, Rayn! Please mengertilah. Gue nggak mau lu begini, Rayna. Lihatlah Gue. Gue Vero! Atau gue harus bawa lu ke pusara Sabda biar lu ingat? Iya?!" kata Vero sambil memegang kedua pundak Rayna. Emosinya sedikit sulit terkontrol melihat Rayna yang terus menolak kenyataan. Rayna menangis sejadi-jadinya. Pikirannya kacau. Vero langsung memeluknya. Dia menenangkan Rayna. Dari kejauhan tampak Satria, Lita, Dimas dan Anin mulai masuk taman. Mereka sepertinya menyadari kalau Rayna dan Vero mulai tak terkontrol dengan emosi masing-masing.
"Please Rayn, Ikhlaskan Sabda. Gue juga sedih kehilangan sahabat yang udah bersama sejak kecil. Tapi dengan lu begini, banyak orang yang bertambah sedih. Termasuk Sabda." Kata Vero.
"Sabda..." Panggil Rayna lalu badannya lemas dalam dekapan Vero. Rayna pingsan.
"Rayn! Rayna!" Panggil Vero sambil menepuk pipi Rayna.
"Gimana?" Tanya Lita yang datang bersama yang lain.
"Pingsan." Kata Vero lalu merebahkan tubuh Rayna di bangku sebelumnya dia lepaskan jas nya untuk bantal kepala Rayna.
"Rayna! Bangun Rayn!" Panggil Lita. Anin langsung mencari minyak angin yang ada di dompet p3k mini nya.
"Kita bawa ke rumah sakit? atau gimana?" Tanya Dimas tak kalah paniknya.
"Ini, minyak angin," Kata Anin menyerahkan minyak angin ke Lita. Anin mulai merangsang kesadaran Rayna dengan memijit jari kaki Rayna.
"Cariin teh anget, beb! Jaga-jaga kalau Rayna sadar." Kata Lita pada Satria. Satria langsung pergi mencari warung terdekat. Dimas Menenangkan Vero yang terlihat panik.
"Ini salah gue. Harusnya gue nggak senekat ini. Benar, Rayna butuh waktu." Kata Vero sambil beberapakali mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Tampak wajahnya yang menyesal sudah memaksa Rayna menerima kenyataan.
"Bro, Nggak ada yang salah. Lu tenang. Ini demi kebaikan Rayna juga. Semoga Rayna segera sadar." kata Dimas.
Lita masih berusaha memberi aroma-aroma minyak angin di hidung Rayna.
"Rayna please bangun!" Anin dan Lita bergantian memanggil Rayna.
"Engghhh..." Rayna mulai membuka matanya perlahan.
"Rayn!" Panggil Lita dan Anin bersamaan.
"Kepalaku pusing." Kata Rayna lalu mencoba bangun. Lita dan Anin masih memegangi tubuh Rayna. Tepat saat itu Satria datang membawa teh hangat. Rayna meminumnya pelan. Badannya masih lemas.
"Rayn!" Panggil Vero. Rayna melihat ke arah Vero. Kesadarannya mulai datang. Dia mengingat apa yang baru terjadi.
"Vero." Kata Rayna. Mendengar itu teman-teman Rayna bernafas lega. Termasuk Vero juga.
"Gue... gue... Sorry, gue udah buat lu begini." kata Vero. Dia benar-benar menyesal sudah membuat Rayna pingsan.
"Ngga papa Ver. Gue yang salah," kata Rayna lalu menunduk. Badannya masih lemas. Pagi tadi dirinya hanya makan roti dan minum susu karena dia menolak makanan apapun yang dibawa mamanya.
"Gue antar pulang?" Tanya Vero. Rayna diam.
"Lita, Anin, kalian ikut gue ya, jagain Rayna." Kata Vero lalu tanpa di minta Vero segera mengangkat tubuh Rayna. Dia menggendong Rayna ke mobilnya. Rayna hanya menunduk. Dia hendak menolak tapi badannya tidak punya daya.
"So sweet juga ya Vero." kata Anin ke Dimas. Mereka hanya berbisik, jadi mereka berempat yang mendengar.
"Ngga ada salahnya sih kalau Vero yang gantiin posisi Sabda. Toh keluarga Sabda juga minta Vero jagain Rayna." kata Satria.
Vero mendudukan Rayn di kursi belajang, Lita dan Anin segera menyusul masuk.
Satria dan Dimas masuk ke mobil Dimas mengikuti mobil Vero.
"Rayn, Lu belum makan, lu harus makan." Kata Vero.
"Gue nggak lapar." Rayna masih menolak makan. Entahlah, perutnya lapar tapi tidak ada selera makan.
"Lita, Anin, sampai rumah Rayna nanti kalian temenin Rayna makan ya." Pinta Vero. Anin dan Lita cuma mengangguk. Rayna diam.
"Rayn, semangat lagi ya. Kita kangen lu yang dulu." Kata Anin lalu memeluk Rayna dari samping kiri. Lita juga memeluk Rayna dari samping kanan.
"Thanks ya, kalian selalu ada buat gue." Kata Rayna pelan.
Setelah mengantar Rayna dan memastikan Rayna sudah baik - baik saja, teman-temannya pamit. Mereka ke caffe tempat mereka nongkrong biasanya. Ada anton yang sudah menunggu mereka. Anton sudah tau kejadian tadi karena Vero menelponnya ketika di rumah Rayna.
"Thanks ya, Ver!" Kata Anton.
"Semua ini demi kebaikan Sabda dan Rayna mas."
"Setidaknya Rayna udah nggak halusinasi lagi."
"Selanjutnya gimana?" Tanya Satria.
"Lita, Anin, coba besok atau kapan kalau keliatannya Rayna sudah lebih baik, ajak dia jalan, ya." Pinta Anton.
"iya mas." Kata mereka berdua.
"Lu masih mau kan, Ver. Jagain Rayna? Buat dia happy lagi." kata Anton. Vero cuma diam.
"Apa bisa mas?"
"Ver, lu udah bisa bikin Rayna Sadar. Gue yakin lu bisa bikin Rayna semangat lagi. Dengan cara lu sendiri." kata Anton. Vero masih diam.
"Lu pasti bisa, bro!" Kata Dimas memberikan semangat. Vero diam. Dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
"Baiklah akan gue coba. Tapi gue ngga janji bisa ngembaliin Bahagia Rayna seperti ketika sama Sabda dulu."
"Masalah itu tegantung Rayna bagaimana. Setidaknya lu berusahalah." Kata Anton.
'Rayn, gue akan perjuangin perasaan gue. Gue nggak akan menggantikan sabda, Tapi gue akan jadi diri gue sendiri buat lu.' Batin Vero.
Malamnya Vero merebahkan diri di kasurnya. Matanya masih belum bisa terpejam walaupun badannya terasa capek seharian beraktivitas. Dia ingat Sabda pernah mengirimkan kontak Rayna ketika akan keluar kota.
'Hai, Rayn!' Begitu Vero mengetik pesan buat Rayna. Tapi lama belum di pencet tombol kirimnya. Dia ragu, apakah saat ini waktu yang tepat untuk dia bisa mencoba masuk ke kehidupan Rayna?
"Ayo, Ver! lu bisa! Lu butuh tau kondisi Rayna sekarang ini." Vero bermonolog. SEND. Pesan itu terkirim. Centang satu. Hatinya bertanya-tanya, apakah mudah memasuki hati Rayna? Tiga puluh menit masih centang satu. Vero mulai putus asa. Apa Rayna ganti nomor? Apa Rayna suka gue chat dia? Pertanyaan dalam benaknya bermunculan. Mata Vero hampir terpejam ketika muncul sebuah notifikasi. Ting!
Rayna
Vero?
Melihat Rayna membalas pesannya, Vero langsung duduk. Kantuknya hilang. Senyum terukir di bibirnya. Harapan mulai datang lagi.
+++
AYO VERO MAJU TERUS PANTANG MUNDUR!!!
KASIH SEMANGAT BUAT VERO YA GAESSS