Chereads / Hai, Rayn! / Chapter 18 - BAB 17

Chapter 18 - BAB 17

Di sepanjang perjalanan Papa Rayna menanyakan tentang Vero pada Rayna. Rayna sendiri sebenarnya tidak terlalu nyaman ketika orang tuanya tiba-tiba jadi memuji Vero.

"Vero anaknya baik juga ya? Dia temannya Sabda?" Tanya Papa Rayna.

"Iya, tapi Rayna nggak begitu kenal kok pa, Dia kan irit bicara. Nggak kayak yang lain." Jawab Rayna.

"Masak? Tadi enak kok Papa ngobrol ma dia."

"Udahlah pa, jangan ngomongin Vero entar Vero kesandung pas joging gara-gara papa ngomogin dia." kata Rayna sambil memandang keluar jendela. Melihat anaknya tidak nyaman Mama Rayna segera mengkode suaminya agar diam. Rayna baru hari ini moodnya bagus. Mamanya takut kalau dia jadi terpuruk lagi kayak kemarin waktu ingat Sabda. Papa Rayna segera mencairkan suasana dengan menawari Rayna liburan besok minggu depan.

"Kita ke pantai mau nggak nak? Besok minggu." Kata Papa Rayna. Rayna langsung tersenyum. Sudah lama dia nggak ke pantai. Andai saja ada Sabda pasti dia akan sangat bahagia. Rayna segera mengalihkan ingatannya tentang Sabda.

"Rayna ajak Lita sama Anin boleh?" Tanya Rayna. Papanya cuma mengacungkan jempolnya sambil tersenyum. Rayna tersenyum lalu menelpon teman-temannya melalui confference call.

"Kalian hari minggu ada acara ngga? Nih juragan ngajak ke pantai. Ikut yuk!" Kata Rayna sambil mengarahkan kamera pada papa dan mamanya yang duduk di bangku depan. Papanya yang menyetir mobil.

"Gue sih oke² aja. Orang jomblo ini." Kata Anin.

"Gue ntar kabarin lagi deh, Belum tau kan satria ngajak keluar apa ngga." Kata Lita.

"Oke, ntar kita ketemu di kampus ya? Gue mau ngurus KKN gue." Kata Rayna. Rayna memang sengaja mulai detik ini akan menyibukkan dirinya sendiri biar tidak terus-terusan teringat Sabda.

Siangnya, setelah bertemu Papa Rayna membicarakan pekerjaan, Vero ketemu teman-temannya di caffe biasa.

"Gimana, jadi buka bisnis baru lu sama Putra Anaknya pak Mardan?" Tanya Vero pada Lucky. Lucky sering sharing tentang usahanya ke Vero.

"Ribet. Gue mundur. Bokapnya terlalu ngurusin kerjaan anaknya." kata Lucky.

"Emang kan gue udah ngasih tau ."

"Ky, Lu punya temen banyak nih, kita semua pasti mau kalau lu ajak kerjasama. Ya nggak Ver, Dim?" Tanya Satria.

"Ya kan gue mo nyoba usaha sendiri dulu. Tapi ribet orangnya."

"Bisa tuh ide Satria, lupain lah tuh kerja sama ma Putra. Kita udah satu circle, komunikasi pasti enak. Satria atau Dimas dulu deh nih, siapa yang mau collab sama Lucky buka Usaha Vapestore. Jangan nanggung, yang gede sekalian jadi biar cepet dapet nama. Ntar kalau ada masalah tempat usaha, biar gue yang jalan." Kata Vero.Semua temannya mengangguk. Vero dan Sabda emang jagonya masalah bisnis. Dari kecil mereka emang udah hidup di keluarga pebisnis. Jadilah jiwa mereka emang jiwa pebisnis. Sedangkan Lucky yang orang tuanya pegawai selalu menyuruhnya untuk jadi pegawai padahal Lucky senang berbisnis melihat teman-temannya banyak yang sukses jadi pebisnis.

"Eh, Rayna mau ke pantai ngajakin Anin ma Lita, Syukurlah kalau Rayna udah ngga sesedih kayak kemarin lagi." Kata Satria.

"Rayna mencoba bahagia. Pasti berat buat dia. Lu ngga ngelarang Lita buat nemenin Rayna kan?" Tanya Vero ke Satria.

"Ngga lah. Gue tau Rayna butuh temen-temennya saat ini." Kata Satria.

"So, keliatannya keluarga Sabda menaruh harapan ke Lu, Ver." kata Lucky.

"Harapan apa?" Tanya Vero.

"Gue lihat, Lu yang disebut-sebut kalau ada urusannya ama Rayna."

"Ya karena gue udah kenal lama ma keluarga Sabda. Mungkin karena itulah satu-satunya yang bisa dimintai tolong apa-apa dan rumah gue juga ngga begitu jauh ma rumah Sabda kan, ya... begitulah." Kata Vero. Teman-temannya belum tau kalau keluarga Sabda memang mengharapkan dia bisa menggantikan Sabda untuk Rayna.

"Bener juga, mana mungkin Rayna dipasrahin sama elu ky, Yang ada makin hancur masa depannya." Kata Dimas lalu terkekeh melihat wajah Lucky yang kesel.

" Tapi gue dukung kok kalau emang lu mau gantiin posisi Sabda di hati Rayna." Kata Satria sambil menepuk bahu Vero.

"Gue nggak tau sih apa gue bisa? Dan kalaupun akhirnya Gue ditakdirkan berjodoh sama Rayna, gue pasrah kalau masih ada tempat untuk Sabda di hati Rayna." Kata Vero sambil memainkan kunci mobilnya di atas meja.

"Kenapa jadi melow gini ya.... oke, Gimana kalau kita nyusul aja tuh cewek-cewek besok mau ke pantai." Usul Dimas.

"Boleh juga, tapi seperti biasa gue bawa mobil sendiri ma Sandra." Kata Lucky.

"Iya." jawab Satria dan Dimas kompak.

"Gimana Ver?" Tanya Satria.

"Emhhh.... Gue lihat jadwal gue dulu ntar gue kabarin." Kata Vero. Hari-hari berjalan seperti biasa, Vero belum lagi chat Rayna karena kesibukannya. Dia juga sering ketemu Anton dan keluarga Sabda. Sabtu sore Rayna berkunjung ke rumah Sabda. Dia sudah lama tidak ketemu mama Sabda.

"Mama!" Panggil Rayna dengan senyum manisnya. Lalu mencium tangan wanita paruh baya itu.

"Rayna!" Mama Sabda terlihat bahagia dengan melihat Rayna yang sudah lebih baik dari sebelumnya. Ada papa Sabda juga yang kebetulan baru pulang main golf bersama Vero.

"Rayna!" Panggil papa Sabda. Rayna segera menghampiri Papa Sabda dan mencium tangannya juga. Dari pintu kemudi keluar Vero. Vero menatap Rayna sejenak. Setiap kali melihat Rayna yang terlintas dikepalanya hanya menyapa. Jadi kesenangan buat Vero ketika menyapa Rayna. Hal yang dulu tidak biasa dia lakukan.

"Hai, Rayn!"

"Oh, hai Ver!" Balas Rayna dengan tersenyum.

"Yuk, masuk sayang!" Kata Mama Vero dengan penuh rasa rindunya kepada Rayna.

"Mama sehat kan?" Tanya Rayna sambil berjalan masuk rumah dengan merangkul mama Sabda.

"Sure. Mama sehat, mama sudah merelakan Sabda. Kamu juga harus bahagia ya sayang?" Kata Mama Sabda.

"Tentu, ma. Ya, walaupun berat tapi Sabda pasti pengen lihat aku bahagia kan?"

"Papa seneng Rayn, kamu masih mau kesini." Kata Papa Sabda yang sedang mengambil minum di dapur. Vero terlihat sedang duduk sambil menselonjorkan kakinya di gazebo dekat kolam renang.

"Pa, Ma, Bolehkan kalau Rayna masih memanggil Papa dan Mama?" Tanya Rayna.

"Selamanya boleh." Jawab Papa Sabda.

"Makasih ya Pa, Ma." Kata Rayna lalu memeluk Mama Sabda. Mama Sabda yang tadi baru selesai bikin kue langsung memamerkannya pada Rayna. Memang selalu seperti itu.

'Sayang, dulu kamu selalu godain mama tiap kali mama selesai bikin resep baru trus di pamerin ke aku. Sekarang mama lagi bikin resep baru loh sayang, kenapa kamu ngga godain mama lagi?' Batin Rayna. Dia melamun sampai tanpa sadar Vero sudah ada di depannya.

"Rayn!" Panggilan Vero mengagetkannya.

"Oh, ya kenapa?"

"Gue mau ambil kue nya. Mau lu bawa terus begitu kah kue nya?" Tanya Vero, Rayna baru sadar kalau Kue di loyang ini masih di tangannya belum di potong. Dan Vero pun sebenarnya tidak ingin makan roti, dia cuma tidak mau Rayna melamun.

"Bentar ya gue potong." Kata Rayna.

"Pakai pisau ini, sayang." Kata Mama sabda. Mama Sabda memberikan contoh satu potongan kue lalu kue itu diberikan ke Vero yang dari tadi nungguin.

"Makasih, Tan." kata Vero.

"Panggil Mama sama Papa, Ver." Kata Mama Sabda. Vero mengerti orang tua Sabda pasti merasa kehilangan anak laki-lakinya. Melihat Vero pastilah ingat Sabda.

"Iya, Ma." Kata Vero.

Rayna heran dengan keluarga Sabda. Memang Sabda pernah cerita kalau dia dan Vero bersahabat dari kecil. Tapi dia tidak pernah tau kalau Vero sedekat ini dengan keluarga Sabda.

"Vero sering kesini ma? Kayaknya udah deket banget." Tanya Rayna.

"Iya sayang, dari kecil memang Sabda dan Vero main bareng. Cuma dulu karena Vero kuliah juga di luar kota, jadi jarang banget kelihatan. Mama emang minta dia sering-sering main kesini. Rumahnya kan ngga jauh dari sini. Kalau mas Anton sih tiap minggu kesini sama Anak istrinya, tapi senin sampai sabtu, kalau ngga ada Vero, siapa yang mau ngeramein rumah ini?"

"Oh gitu ma, Ya udah Rayna sering-sering deh main kesini. Boleh kan?" Tanya Rayna.

"Pasti sayang."

Rayna bahagia tetap diterima baik oleh mama Sabda walaupun sudah tidak mungkin jadi menantu tapi Mama Sabda tetap menganggapnya Anak. Rayna dalam hati bersyukur dengan kebahagiaan ini.