Pukul delapan pagi Rayna belum terlihat turun untuk sarapan. Kata Mamanya Rayna masih mandi karena mau ketemu dosennya.
"Ma, Papa mau main golf, papa sarapan roti aja dulu deh sama minum susu." Kata Papa Rayna lalu buru-burj menghabiskan roti dan susu.
"Pelan-pelan pa, Papa biasanya nungguin Rayna sarapannya."
"Buru-buru ma. Udah deh papa berangkat dulu. Jangan bilang-bilang dulu ke Rayna kalau Papa keluar ya. Soalnya papa lagi menjalankan misi rahasia sama Vero." kata Papa Rayna lalu mengambil kunci mobilnya dan berangkat ke lapangan golf. Lima belas menit kemudian Rayna sarapan sendiri. Dia sedikit tergesa-gesa karena janjian dengan dosennya jam sembilan pagi. Waktunya sudah mepet.
"Paaa....papa..." Panggil Rayna. Tidak ada sahutan sama sekali. Ada Bi Imah yang baru pulang dari pasar lewat pintu garasi yang langsung bisa menuju dapur.
"Papa mana ya bi??" Tanya Rayna.
"Kayaknya keluar non, mobilnya ngga ada di garasi." Kata Bi Imah. Rayna langsung melihat ke garasi, benar saja papanya sudah pergi entah kemana. Rayna segera keluar, ada mamanya sedang menyirami tanaman.
"Ma... Papa udah lama perginya?"
"Udah ada hampir setengah jam mungkin. Kenapa?"
"Yahh ma,,, Rayna kan mau bimbingan ke rumah dosen mana udah mepet lagi waktunya. Rayna nyari taksi online deh." Kata Rayna. Belum juga dia memencet aplikasi taksi onlinenya Vero udah telepon.
"Aduh si Vero ada apaan sih, pake acara telepon segala!" Gerutu Rayna.
"Angkat dong sayang, siapa tau penting." Rayna akhirnya mengangkat telepon dari Vero.
"Apa sih Ver? gue lagi buru-buru nih." Kata Rayna.
"Jadi, mau gue anter?"
"Gue mau nyari taksi, Ngga ada waktu nunggu lu datang."
"Gue pastiin gue datang sebelum taksi lu datang."
"Terserah lu deh." kata Rayna akhirnya.
"Ya udah, buruan keluar, gue udah sampai nih." Kata Vero lalu mengakhiri teleponnya. Tepat suara mobil berhenti di depan rumah Rayna.
"Lah, itu ada Vero." kata Mama Rayna, akhirnya dia paham apa yang dikatakan suaminya tadi. Rayna langsung pamit pada mamanya.
"Udah ayo buruan, gue udah telat." kata Rayna, akhirnya vero masuk mobil lagi dan cuma bisa tersenyum ke arah mama Rayna tanpa pamit. Vero senang akhirnya dia bisa ketemu Rayna lagi. Jantungnya selalu berdebar ketika bertemu Rayna tapi dia selalu ingin merasakan debaran itu. Bahkan dari kemarin dia sudah tiga kali masuk kompleks perumahan Rayna sampai penjaganya hafal.
"Kok lu bisa sih cepet amat nyampai rumah gue."
"Kan kemarin lu bilang jam sembilan ke rumah dosen lu."
"Kan gue ngga minta lu nganterin gue."
"Tapi sekarang? Gue nganterin lu kan?"
"Iya pas aja papa keluar bawa mobil."
"Semesta emang mendukung gue kayaknya ya?" Kata Vero sambil tersenyum.
"Lu ngga janjian ma bokap gue kan?"
"Ng...ngga lah! kok lu curiga sih?"
"Yaa... habis pas banget momentnya. Ntar dari dosen gue, gue naik taksi aja deh pulangnya."
"Ngga."
"Vero! Lu kenapa sih ngintilin gue?!"
"Rayn, lu aman selama ada gue. titik." Kata Vero.
Dan benar aja, selama Rayna bimbingan Vero dengan setia menunggunya di dalam mobil. Beberapa kali Rayna lihat dari jauh Udah ada kang cilok, kang burjo, kang mie ayam yang berhenti bergantian di dekat mobil Vero. Sampai Rayna geleng-geleng melihatnya. Selesai bimbingan Vero mengajak Rayna ke resto milik Vero.
"Lu harus makan." kata Vero sambil membuka seat beltnya.
"Ver, lu bukannya tadi habis makan mie ayam? Lu ngga kenyang?" Tanya Rayna lalu membuka pintu mobil. Kemudian dia berjalan mengikuti Vero.
"Lu makan. Gue ada perlu sebentar disini." Kata Vero lalu mempersilahkan Rayna duduk di bangku yang paling dekat sama kolam ikan, karena di bangku itulah Vero bisa melihat Rayna dari ruang kerjanya di resto itu.
"Mau pesan apa bu?" Tanya Pelayan dengan hormatnya.
"Emang muka saya keliatan tua ya mbak? kok dipanggil bu sih." Tanya Rayna. Pelayan itu tersenyum.
"Maaf bu, mungkin ibu lebih muda dari saya. Tapi semua teman dan keluarga pak Vero memang kami panggil pak atau bu. Apa ibu pacarnya pak Vero?"
"Enggak. Ya udah boleh lihat menunya? " Tanya Rayna. Rayna belum tau kalau resto ini milik Vero. Yang Rayna tau Perusahaan Vero adalah perusahaan Advertising yang cukup besar. Rayna juga tau Vero punya toko online di bidang fashion laki-laki di platform belanja yang ratingnya bagus. Selama di resto Rayna makan sendiri. Perutnya memang sudah keroncongan sejak keluar dari rumah dosennya. Sedangkan Vero malah tidak kelihatan batang hidungnya. Selesai Rayna makan barulah Vero datang menemui Rayna lagi.
"Kemana aja?" Tanya Rayna. Vero kaget ternyata Rayna bisa juga nyari dia.
"Jadi mulai nyariin gue nih?" Goda Vero sambil tersenyum.
"Ya iyalah gue kan kesini sama lu!"
"Sorry tadi gue tinggal, ada keperluan dikit, temen gue mau ada acara disini bulan depan. Tadi dia baru telepon jadi dadakan deh."
"Ohh...."
"Udah selesai makan?" Tanya Vero. Rayna mengangguk. Sebelum Vero mengajak Rayna pergi dari resto, seorang laki-laki datang menghampiri Vero.
"Maaf pak, untuk acara pak Lucky apa perlu tempat parkirnya ditambah? Kalau iya nanti lahan samping kita bisa bersihkan sekalian diberi pembatas." Kata orang itu.
"Bisa. Atur aja nanti kamu hubungi Nadia ya masalah biayanya." Kata Vero lalu mengajak Rayna pulang. Wajah Vero terlihat berseri-seri sejak pagi tadi sampai - sampai karyawannya di resto saling berbisik.
"Pak Vero keliatan happy ya? Dulu kalau ke cabang hasanuddin (nama jalan cabang restonya Vero yang lain) uhhh boro-boro senyum. Serius mukanya. Tapi sama cewek tadi dia bisa senyum.Pacarnya kali ya?"
"Tapi tadi ditanya bilangnya bukan kok." kata Karyawan yang tadi melayani Rayna.
"Mungkin masih calon pacar mbak, beneran deh Pak Vero mukanya berseri-seri gitu." kata yang lainnya.
Rayna masih bertanya-tanya tentang resto tadi, apa benar itu punya Vero? tapi Rayna takut disangka kepo. Tapi rasa ingin tahunya mengalahkan apapun.
"Ver, tadi yang dimaksud Lucky itu, Lucky...?"
"Ya Lucky. Dia bulan depan nikah." Jawab Vero cepat. Dia melajukan mobilnya santai. Dia tidak ingin buru-buru sampai di rumah Rayna.
"Lucky nikah? dadakan amat. Emang udah tunangan?"
"Hari ini mereka lamaran. Emm... Ya karena memang harus dinikahkan, Sandra udah telat sebulan belum datang bulan pas di test... ya... hehehe... Tau sendiri Lucky bagaimana. Dia emang lebih baik menikah." Kata Vero. Rayna cuma manggut-manggut. Dia tau, Lucky emang paling bandel diantara teman-temannya.
"Satria sama Lita juga mau Tunangan." Kata Rayna.
"Iya, besok kita datang bareng ya?"
"Kalau gue ngga sama Anin."
"Anin pasti sama Dimas. Lihat aja." Kata Vero.
"Lihat besok aja lah." kata Rayna.
"Udahlah sama gue aja. Jangan nolak."
"terserah deh. Oh ya gue boleh tanya,, itu resto punya lu?" Tanya Rayna sambil menoleh ke arah Vero tepat saat Vero juga menoleh ke arah Rayna. Ada bekas cappucino yang tadi Rayna minum, Vero langsung mengambil tisu dan membersihkan dengan tangannya. Tangannya sedikit bergetar.
"Sorry ada bekas cappucino." Kata Vero lalu kepalanya menoleh ke jalanan untuk menutupi kegugupannya. "Iya tapi join sama Lucky. Baru buka sebulan. Kebetulan gue udah mulai bangun resto itu lama, pas mau launching tiba-tiba Dimas ngajakin join. Dia juga mau bikin usaha resto juga di tempat lain, makanya dia latihan dulu bareng gue." Lanjut Vero panjang lebar.
"Pantes pada sopan ma lu. Sampai gue dipanggil ibu juga."
Mereka lebih banyak diam setelah obrolan itu sampai rumah Rayna. Hari-hari pun berjalan sepertu biasa. Rayna menyelesaikan skripsinya, Vero kembali sibuk dengan bisnisnya, saat pertunangan Lita dan Satria pun mereka datang berdua karena ternyata Anin datang bareng Dimas dan mereka sudah jadian. Ketika Lucky menikah mereka juga datang bareng karen kebetulan Tempat resepsi ada di resto sekaliana Lucky menunjukan ke orang tuanya bahwa dia jadi pengusaha. Biar orang tuanya tau relasi bisnis dia banyak, teman-temannya juga pengusaha sukses. Rayna juga masih sering mengunjungi makam Sabda setiap minggu, sampai Rayna menyelesaikan skripsinya, semua di lalui Rayna dengan lancar. Sampai akhirnya hari wisuda pun tiba.