Chereads / Hai, Rayn! / Chapter 15 - BAB 14

Chapter 15 - BAB 14

Vero kaget sekali ketika tiba-tiba Rayna berlari memeluk Vero. Rayna menangis sejadi-jadinya di pelukan Vero. Mama Sabda dan Mama Rayna memintanya menenangkan Rayna dengan kode anggukan kepala.

"Kamu kemana aja!?"

"Aku...aku..." Vero masih shock dengan keadaannya sekarang. Dia dipeluk Rayna didepan semua keluarga Sabda. Ya, karena Rayna mengira dia Sabda.

"Aku kangen." kata Rayna tanpa peduli orang disekitarnya.

"Rayna, makan dulu mau?" Tanya Mama Rayna.

"Disuapin Sabda ya ma?" Tanya Rayna sambil tersenyum. Senyum yang benar-benar bahagia. Mamanya hanya mengangguk. Vero pun akhirnya menjalankan perannya sebagai Sabda. Lita dan Satria akhirnya memilih duduk di luar rumah bersama Anton. Orang tua Sabda dan Rayna berbincang di ruang tamu tentang keadaan Rayna. Selesai makan, Vero meminta Rayna istirahat, diantar Mamanya, Rayna kembali ke kamar. Tadinya Rayna mengajak Vero jalan-jalan tapi Vero beralasan untuk lain kali mengajaknya keluar jika tidak ada kerjaan yang menumpuk. Melihat Rayna sudah masuk kamar, Lita, Satria dan Anton masuk ke ruang tamu.

"Rayna tidak bisa di diamkan saja om kalau sudah begini." Kata Vero pada Papa Rayna.

"Om tau, tapi dia butuh waktu nak vero."

"Tapi kalau kita menurutinya, membiarkan saya dianggap sebagai Sabda, sampai kapan dia akan menerima kenyataan Sabda sudah tidak ada?"

"Coba besok lu kesini lagi. Apa dia masih menganggap lu Sabda apa ngga." Usul Anton.

"Besok biar Anton temenin kamu kesini Ver." Tambah Papa Sabda.

"Tapi..."

"Coba dulu Ver. Bantu Rayna pelan-pelan. Mungkin kalau keadaannya sudah stabil lu bisa bicara sama Rayna kenyataan tentang Sabda." Kata Lita.

"Oke gini, besok saya akan ajak Rayna keluar. Saya akan sadarkan dia. Maaf Kalau saya disuruh berpura-pur saya tidak bisa om, tante." Kata Vero.

"Baiklah Ver. Tapi tolong jaga Rayna ya selama kamu ajak keluar." Kata Mama Sabda. Papa Rayna hanya bisa menundukan kepala karena dia tidak mungkin memaksa Vero.

"Kalian besok boleh kok ikut, siapa tau gue butuh bantuan lu, Lit. Kalian ikuti gue ya. Besok gue kabarin kalian kalau gue mau ajak Rayna keluar. Semoga Rayna kuat." Kata Vero. Dia tidak menyangka akan masuk dalam kehidupan Rayna.

Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam. Akhirnya semua pamit pulang. Di perjalanan Vero memikirkan bagaimana caranya mengajak Rayna bicara. Selama ini dialah teman Sabda yang tidak pernah bicara pada Rayna. Tapi sekarang, dia juga orang yang diharapkan bisa membantu keluarga Sabda dan Rayna.

"Gue dulu emang pengen kenal sama lu Rayn, Gue seneng gue bisa bicara sama lu. Tapi bukan dengan keadaan yang seperti ini. Gue pengen lu lihat gue sebagai Vero. Bukan Sabda. Gue sakit lihat lu seperti ini, Rayn!" Kata Vero sambil menahan air matanya.

"Sab, Lu lihat kan? Rayna hancur tanpa lu!!" Kata Vero sambil memukul stir mobilny.

Sampai rumah pun Vero langsung membersihkan diri lalu rebahan diatas kasur. Matanya enggan terpejam. Pikirannya tak henti-hentinya memikirkan bagaimana dia bicara sama Rayna besok. Terlihat raut wajah Papa Rayna yang sedih ketika dia menolak untuk memberikan waktu sebentar saja untuk bersikap sebagai Sabda.

"Lu udah bener bro! Lu harus sadarin Rayna. Gue bahagia lihat Rayna bahagia. Titip Rayna." Kata Sabda sambil tersenyum lalu menepuk bahu Vero yang sedang duduk di pinggiran kasurnya.

"Sab! Sabda! Lu ngomong apa?! Lu yang harusnya bahagiain Rayna!" Kata Vero. Sabda diam, lalu trsenyum dan keluar kamar Vero.

"Sab! Sabda!!!" Teriak Vero. Dia langsung membuka mata ketika ada tepukan keras pada pipinya.

"Bang! Lu mimpi! Bangun!!!" Teriak Robby. Dengan nafas yang tak beraturan Vero lalu duduk. Robby menyodorkan minum untuknya.

"Thanks ya." Kata Sabda. Ternyata dia mimpi. Baru setengah jam dia tidur ketika melihat jam dinding.

"Lu mimpiin bang Sabda ya bang?" Tanya Robby. Robby sendiri seumuran dengan Rayna, tapi dia tidak pernah satu sekolah dengan Rayna. Vero sering cerita ke adiknya bagaimana dulu dia pernah jatuh cinta pada adik kelasnya bernama Rayna. Seiring berjalannya waktu Vero tidak pernah lagi menceritakan itu jadi Robby sampai lupa pernah mendengar nama "Rayna".

"Iya, dia nitipin Rayna ke gue." Kata Sabda.

"Rayna? Pacarnya bang Sabda?" Tanya Robby sambil mengingat ingat dimana dia pernah mendengar nama itu.

"Ya."

"Wait, Rayna.... Rayna yang dulu pernah lu ceritain ke gue? Waktu gue baru masuk SMA. Dan ternyata gue ngga lolos masuk ke sekolah yang sama ma lu? Rayna yang pernah lu taksir sama dengan Rayna pacarnya bang Sabda?" Cerocos Robby. Vero hanya mengangguk.

"Oooo Ribet amat ya percintaan lu. Belum pernah pacaran, sekalinya jatuh cinta ceweknya ternyata jadi pacar sahabat lu. hehehe.." Ledek Robby.

"Nggak lucu, Rob!" Bentak Vero. Robby langsung menutup mulutnya.

"Keadaan Rayna sekarang lagi ngga baik-baik aja. Dia bahkan haluin gue kalau gue Sabda. Gue mau bicara sama dia besok. Semoga gue kuat dan Rayna juga kuat." Kata Sabda.

" Ya udah deh. Semoga urusan lu segera selesai. Mungkin Bang Sabda juga pengennya lu yang gantiin dia." Kata Robby.

"Udahlah, sekarang lu tidur. Besok gue mau berangkat ke kantor pagi-pagi. Biar kerjaan gue cepet beres." Kata Vero lalu kembali tidur.

Besok siangnya sesuai kesepakatan, Anton mengantarkan Vero ke rumah Rayna. Ternyata Vero masih dianggap Sabda oleh Rayna. Padahal pagi tadi Mama Rayna lihat Rayna masih melamun di pinggir jendela kamarnya. Seperti biasa. Tapi tak berapa lama Anton dapat telepon dari papanya karena ada klien yang datang.

"Tenang aja mas, gue udah janjian sama Satria kok. Ntar Satria dan Lita yang ada di belakang gue. Ini mereka juga udah otw, ada Anin juga. Lu tenang, ntar gimana hasilnya gue laporin ke lu." Kata Vero.

"Ok, gue pamit dulu ya. Tante, saya pamit ya." Kata Anton ke Mama Rayna.

Tidak berapa lama Rayna keluar dari kamar. Wajahnya masih sembab. Tapi senyumnya sudah kembali. Vero melihat senyum itu lagi.

"Sorry Rayn, Gue harap suatu hari nanti lu kasih senyum itu untuk gue, sebagai Vero." Kata Vero dalam hati.

"Sabda! Mau kemana?" Tanya Rayna sambil menggelayut manja. Dia masih memakai baju rumahan. Rambutnya di kuncir kebelakang. Seingat Vero, dulu Rayna suka memakai bandana. Karena Sabda punya hobi mengelus rambutnya. Itu yang Vero tau.

'Ah, Sab! Gue lebih senang lu yang bahagiain Rayna daripa melihat Rayna tersiksa begini. Lu tau, Rayna sadar lu udah ngga ada. Tapi di hatinya engga menerima lu udah enggak ada.' Batin Sabda. Jantungnya berdebar setiap kali Rayna bergelayut di lengannya. Saat itu juga dia meminta maaf pada Sabda dalam hati.

"Kok diem, kita mau kemana?" Tanya Rayna lagi.

"Taman ya? Ada yang mau aku bicarain berdua ma kamu." kata Vero berusaha bersikap manis pada Rayna. "Tan, saya bawa Rayna keluar dulu ya?" Pamitnya pada Mama Rayna.

"Tuh ma, Sabda udah berubah. Biasanya kan manggil mama. Dari semalem manggil tante melulu." Kata Rayna. Mama Rayna cuma tersenyum lalu mengangguk. Dalam hati dia berharap Rayna segera sadar dari halusinasinya.

"Ini mobil siapa?" Tanya Rayna ketika masuk ke mobil Vero. Vero tidak menjawab. Cuma tersenyum. Lalu dia kirim sharelock ke Satria. Udah ada balasan 'ok' dari satria. Vero segera melaju ke taman kota yang searah dengan pemakaman Sabda. Di sepanjang jalan Rayna menggenggam jemari Vero sampai akhirnya dia ketiduran. Sampai di tempat tujuan, Vero tidak langsung membangungkan Rayna. Dia melihati wajah Rayna.

"Beginikah rasanya jadi lu, Sab? Pantaslah lu bahagia. Bahagia Rayna sederhana. Berdua sama lu. Itu bahagiany." kata Vero pelan. Tubuh Rayna sedikit kurus, dibawah matanya ada kantung berwarna hitam. Wajahnya sedikit muncul jerawat karena kebiasaannya merawat diri juga tidak lagi dilakukan setelah kepergian Sabda.

"Rayn, apa lu setuju kalau gue berusaha dapetin hati lu? Gue tau selamanya Sabda ada di bagian hati lu yang lain, tapi bisakah gue menempati sisi hati lu yang lain?" Tanya Vero pelan. Tanpa sadar dia mengecup pucuk kepala Rayna. Jantungnya kembali berdetak kencang.

"Rayn, bangun." Vero membangunkan Rayna. Terlihat juga mobil Satria di sebrang taman. Satria juga mengirim chat kalau dia sudah sampai.

"Oh, aku ketiduran ya." Kata Rayna lalu menguap kecil dan tersenyum memandang Vero. Vero membukakakn pintu mobil untuk Rayna.

"Kalau tau mau jalan-jalan mending aku ganti baju dulu." Kata Rayna.

"Nggak perlu. Kamu cantik pakai baju apapun." Kata Vero membuat Rayna tersenyum bahagia. Vero mengajak Rayna duduk di bawah pohon yang rindang.

" Rayn, Aku tau ini berat, tapi aku tidak bisa melihat kamu seperti ini." Kata Vero.

"Maksud kamu?"

"Rayn, tatap mata aku." Kata Vero lalu menangkup pipi Rayna dan menatap tajam mata Rayna. "Apa mata aku sama seperti mata Sabda? Aku Vero. Bukan Sabda." Kata Vero akhirnya. Air mata Rayna sudah dipelupuk mata. Menetes satu per satu. Ah, Vero tidak suka melihat ini!

++++

Jadi, pada penasaran kan sama cerita ini?? support me ya guys!!!