Ilario Pria muda berumur 24 tahun seorang Presiden Director di Golden Pearl, yang dikenal Playboy Billionaire dari Amerika, tengah memuaskan diri dengan menikmati bergantian Gunung Kembar Sabina Janda Seksi yang sudah lama berusaha menarik hati Ilario, di sebuah Kamar Hotel. Sabina berharap bisa menaklukan Ilario di Ranjang, sehingga Ilario berkeinginan menikahinya. Sabina tahu Ilario Pria Lajang yang dikenal ahli bermain di Ranjang.
"Akhh!" Sabina melenguh berulang kali, merasa yang didengar dari Mina salah satu temannya di EO mengenai keahlian Ilario menstimulasi hasrat wanita adalah benar, "Akhh! Enaknya ini, Ilario!" desaunya, "Akhhh!!" lenguh panjangnya terdengar sebab Ilario menarik Kacang Atom salah satu Gunung Kembarnya dan dihisap dalam. Nafasnya semakin memburu.
Ilario menyudahin bermain di Gunung Kembar, beralih ke Areal lain dari tubuh mulus Sabina yang sudah diicip beberapa Pria. Selepas bercerai dari Anton Sang Suami yang selingkuh dengan Kayna Sekretaris Anton, Sabina tidak segan berpetualang di Ranjang dengan beberapa Pria. Dengan harapan ada yang Klik sama Dia, dan bisa menikah. Sayangnya para Pria itu hanya menikmati tubuh molek Sabina. Termasuk Ilario saat ini.
Hal lain, Ilario pribadi belum berminat menikah, mengingat usia baru 24 tahun, dan masih mengembangkan Golden Pearl yang dibangunnya sejak usia 17 tahun. Ilario hanya ingin memuaskan Libidonya yang tinggi. Makanya pula setiap Perempuan yang dipakainya tidak pernah diberi Foreplay yang hangat cinta, hanya untuk menstimulasi Perempuan agar siap digempurnya sampai puas. Dia pun selalu memakai Kondom, atau melepas di Luar.
Ilario melebarkan selangkangan Sabina, lalu mulai menjelajahin permukaan mulus milik Sabina dengan bibirnya. Jemarinya menggerayangin panggul Sabina.
"Akhh!!" Sabina semakin terbuai, meski merasa tidak puas, sebab dari awal bermain, Ilario tidak mau beradu bibir dengannya. Ilario pun dirasa tidak menikmati kemulusan leher Sabina, sebab memang bagi Ilario itu bisa membuatnya cinta. "Auhh!!" lenguhnya terus, "Akhh! Ilario!! Akhh!!" Dia merenggut Sprei sebab bibir Ilario mengisap Cltorisnya, dan berhenti sebelum dilepas cairannya. "Euk!" Dia tersentak karena Rudal Ilario menusuk Sumur Neraka miliknya. Sumur itu sudah ditusuk banyak Rudal soalnya.
Ilario hanya tersenyum tipis, 'Kalo Kamu pikir dengan ini sudah menaklukanku untuk membuatku menikahimu, Kamu salah besar. Aku hanya ingin melepas Libidoku yang tergoda melihatmu seksi tadi di Pesta Perayaan Kesuksesanku."
Digenjot Rudalnya cepat dan kuat di dalam Sumur Neraka yang setengah basah, lalu ditarik keluar Rudal itu, dan dilepas cairan dari Rudal ke Lantai.
Sabina terdiam, sebab Dia belum mendapatkan kepuasan. Sumurnya hanya basah karena digenjot Rudal Ilario. Sabina menegakan badan, dilihatnya Ilario tampak puas. Lalu dia mulai menggoda Ilario, seperti tadi digodanya Ilario di Pesta Perayaan Kesuksesan Ilario.
"Sorry Sabina." Ilario menghentikan Sabina yang menyosorin bibir di dadanya, bahkan dengan berani naik ke pangkuan Ilario dengan selangkangan melebar. Dipindahkan Sabina ke Tempat Tidur, "Aku harus kembali ke Acara." Lalu segera turun dari Tempat Tidur, ke kamar Mandi untuk Mandi kilat, dan kembali memakai Stelan Suitnya, lalu pergi begitu saja.
"Awas Kamu," Sabina melihat ini jengkel, "Aku pasti bisa membuatmu menikahiku. Aku sangat menyukai permainan tadi."
+++
Ilario menyusuri deretan Makanan ringan yang tersusun rapih di Rak-Rak di sebuah Hypermarket Terkemuka di Jakarta ini. Ilario lalu berhenti, mengambil sebungkus Makanan ringan, dilihat tulisan yang tertera di Kemasan, lalu tersenyum sambil memasukan ke dalam tas belanja transparan, kemudian jalan lagi sambil meneliti kembali deretan Makanan ringan berikut, namun matanya kemudian melihat Chiara yang tidak jauh darinya.
Tampak Chiara menjulur-julurkan badan ke atas di mana satu tangan gadis itu ingin mengambil sebungkus Biskuit yang tersusun di Rak atas.
"Awassss!" pekik Ilario pelan, sebab gegara aksi Chiara, Biskuit lain bergoyang, cepat dia lari untuk menahan Biskuit tersebut agar tidak berjatuhan menimpa Chiara.
Chiara terkaget dengan kedatangan Ilario, mengamati Ilario sedikit takut. Pasalnya penampilan Ilario saat ini penampilan eksekutif muda. Mana Ilario gagah pula profiel wajahnya. Postur badan Ilario atletis dengan dada bidang kotak-kotak.
Lain dengan Ilario, Dia menilai Chiara cantik menggemaskan, apalagi postur badan Chiara sintal dengan Payudara padat terceplak di kaos yang dikenakan Chiara. Kemudian Ilario merasa hatinya berdesir rasa yang tidak pernah dirasa saat melihat atau bersama Perempuan.
Chiara tersadar diamatin Ilario dengan pandangan terpesona, bergegas balik badan, dan mau jalan meninggalkan Ilario. Dia tidak mau dilirik Pria lain demi Ignazio kekasihnya yang juga Gurunya di SMUN 1 Cinere. Hal lain kalo sampai Ignazio mendapatinya dilirik Pria lain, Ignazio akan terbakar cemburu, dan melampiaskan amarah dengan menyetubuhinya dengan kasar. Bikin badannya memar akibat dipukul atau digigit.
"Nona tunggu!" seru Ilario cepat, merasa bersalah bikin Chiara ketakutan, segera ke hadapan Chiara, "Maaf, jangan takut." ujarnya to the point.
Chiara terkesiap, ditatapnya Ilario.
"Nona mau ambil Biskuit apa?" Ilario mengalihkan pembicaraan, agar Chiara hilang rasa takut ke dia, "Biar Saya bantu ambilkan."
Entah kenapa aksi Ilario berhasil menghapus rasa takut Chiara. Chiara menunjuk ke Biskuit yang mau diambilnya tadi.
"Canola Choco Sandwich." Chiara menyebut nama Biskuit yang diinginkan.
"Oke." Ilario paham, otak cerdasnya merekam keterangan Chiara, lalu segera diambil Biskuit yang diinginkan Chiara, dan dikasih ke Chiara. "Silahkan."
"Terima kasih." Chiara mengambil Biskuit itu sambil mengucapkan terima kasih.
"Sama-sama. Kamu pengen Biskuit apalagi? Biar kubantu carikan."
Chiara menggeleng, "Tidak ada. Terima kasih."
"Oke." Ilario paham, "Maaf namaku Ilario. Kamu?"
"Chiara."
Ilario mau menyebut ulang nama Chiara, tapi terdengar suara Ignazio.
"Chiara!!"
Refleks Chiara dan Ilario balik badan ke arah belakang, dan melihat Ignazio tergesa jalan mendekati Chiara dengan wajah cemburu. Chiara bergidik melihat ini. Namun wajah cemburu Ignazio berubah kaget saat melihat Ilario.
Ilario juga kaget melihat Ignazio.
Ignazio langsung meraih tangan Chiara, digenggamnya,
"Kita pulang." Ignazio bicara singkat ke Chiara, sambil menarik Chiara berjalan.
"Ignazio!" seru Ilario cepat menahan langkah Ignazio dan Chiara.
Ignazio terpaksa berhenti, tapi tidak melihat ke Ilario. Ilario bergegas ke hadapan Ignazio.
"Mama mencarimu." Ilario bicara sambil memandang Ignazio saudara kembarnya, "Kamu ternyata di Jakarta? Apa Kamu baik-baik aja?" disentuh sisi lengan Ignazio dengan satu tangannya. Dia tampak lega melihat Ignazio.
Dua tahun lalu, Austin Papa mereka mengusir Ignazio dari Rumah Mereka di Washington, sebab Ignazio membunuh Mirza Kekasih Ignazio. Sebenarnya bukan membunuh, namun dianiaya secara kekerasan seksual, lalu Mirza mengalami luka-luka sangat parah sehingga berakhir meninggal. Austin sangat marah dengan apa yang dilakukan Ignazio, sebab kejadian itu bukan sekali terjadi. Dua pacar Ignazio sebelum Mirza juga meninggal akibat dianiaya dengan Kekerasan Seksual.
Beruntung Ignazio punya Austin yang Billionaire terkemuka, sehingga tidak mendekam di Penjara. Bahkan Austin pula yang menenangkan Keluarga Korban agar tidak menuntut Ignazio baik hukuman Penjara, mau pun hukuman mati.
Namun kejadian Mirza membuat Austin kesal, diusirnya Ignazio. Semua kemewahan hidup yang dimiliki Ignazio, diambil oleh Austin. Namun Ilario sebagai kakak tidak tega, diam-diam saat Ignazio mau pergi, diberinya sekoper sedang berisi uang cash dan salah satu Black Card miliknya ke Ignazio. Untuk bekal Ignazio.
Ignazio tidak memakainya sama sekali, sebab tanpa sepengetahuan Keluarga Mereka, Ignazio punya Tabungan Pribadi, hasil Dia mengajar di 2 SMU di Washington, dan hasil menjadi Pembicara di beberapa Seminar Pendidikan baik di Washington mau pun di Luar Negeri. Ignazio pun ke Jakarta, hingga akhirnya mengajar Biologi di SMU tempat Chiara Sekolah.
Sepeninggalan Ignazio, Madalena ibunda mereka merasa kehilangan. Madalena diam-diam mengutus orang-orangnya di Winter Boutique Perusahaan Fashionnya untuk mencari Ignazio. Ilario pun diam-diam mengutus orang-orangnya di Golden Pearl untuk mencari Ignazio. Siapa sangka Ilario yang berada di Jakarta karena sudah memindahkan Kantor Pusat Golden Pearl ke Indonesia ini, bertemu Ignazio.
Ignazio menepis kasar tangan Ilario, ditatap kesal Ilario.
"Untuk apa mencariku, setelah Papa mengusirku? Mama bahkan diam saat itu."
"Ignazio, tidak kah kamu paham? Kalo Papa sudah mengeluarkan ultimatum, Mama tidak bisa membantah."
"Begitu kah? Kenapa Mama selalu mendebat Papa, kalo Papa keluarkan ultimatum ke kamu?"
"Mana pernah Papa keluarkan ultimatum ke Aku?"
"Itu yang Aku benci." Ignazio menjadi kesel.
Chiara diam membisu, hanya mengamati kedua orang ini yang sepertinya bersaudara. Dan Chiara baru menyadari profiel kedua Pria itu sama, meski tidak sama-sama banget. Jelas sama, karena Ilario dan Ignazio anak kembar tidak identik. Ilario profielnya gagah, Ignazio profielnya ganteng.
"Please, temuin Mama di rumahku." Ilario dengan sabar membujuk Ignazio, "Paling tidak Mama tahu Kamu baik-baik saja."
"Tidak." Ignazio menolak tegas, dihela kasar Ilario dari hadapannya, segera kembali diraih tangan Chiara, lalu membawa dirinya dan Chiara pergi. Tapi mendadak Dia berhenti, membalikkan badan, menatap Ilario. "Ah ya, tolong jangan ganggu Chiara. Dia Murid aku." Pintanya tegas.
"Muridmu?" Ilario terheran mendengar ini, "Kamu setelah pergi dari Washington ke Indonesia untuk mengajar Chiara?" ditunjuknya Chiara.
"Tidak." Ignazio menghela nafas dengan kasar, kesal mendengar pertanyaan Ilario yang kurang masuk akal. Mana mungkin Dia ke Indonesia ini hanya untuk mengajar Chiara saja. "Aku mengajar di SMU Negeri tempat Chiara Sekolah."
"I see. Kamu mengajar di SMU Negeri mana saat ini? Beritahu Aku, agar Aku bisa bawa Mama menemuimu di tempatmu mengajar."
Ignazio membuang muka ke arah lain dengan kasar, lalu segera membawa dirinya dan Chiara pergi.
'Ignazio memacari Muridnya?' tanya hati Ilario, sebab melihat wajah Ignazio penuh kecemburuan. Sejurus kemudian, Ilario tersentak, menyadari sesuatu,
"Gawat ini." Ilario cepat mengeluarkan Ponsel dari saku depan celana panjangnya, telpon Marko assistennya, "Marko, lekas kamu utus Matt segera menyusul Ignazio, ikutin hingga tahu di mana dia tinggal. Lalu cepat pasang Alat Penyadap, hubungkan kemudian ke Ponsel saya. Urgent!" lalu Ilario bergegas ke Kasir, bayar pakai uang Tunai, lalu lari ke lift. "Ya Tuhan selamatkan Gadis malang itu.." dia komat-kamit berdoa sambil masuk ke dalam lift.
+ TO BE CONTINUE +