Chereads / My Sweet Lover Billionaire Playboy / Chapter 6 - Bab 6 - Menebus Kesalahan Ignazio

Chapter 6 - Bab 6 - Menebus Kesalahan Ignazio

Reynald cepat menghadang Sabina yang hendak naik ke Mobil Sabina, dibawa ke Mobilnya, disuruh masuk.

"Kamu mau apa?" Sabina menghardik Reynald.

"Tidak ketemu Ilario kan di Rumah Sakit ini?" Reynald menatap Sabina dengan senyum sinis. Dia mengikuti Sabina yang masih getol mencari Ilario ke beberapa Rumah Sakit di Jakarta, setelah Dia mengatakan mengenai adik kembar Ilario sedang dirawat di Rumah Sakit.

Sabina mendengus mendengar ini. 'Kenapa sih Kamu mengikuti Aku terus? Udah tahu Aku tidak suka sama Kamu. Aku menyukai Ilario. Makanya kucari Dia di seluruh Rumah Sakit di Jakarta ini. Kalo perlu kucari di seluruh Rumah Sakit di Dunia ini.'

"Apa urusanmu dengan itu?"

"Sudahlah berhenti mengejar Rio." Reynald memandang Sabina dengan tatapan nakal, "Lebih baik sama Aku." Diraup bibir Sabina, dan saat Sabina memberontak, cepat dibaringkan Sabina ke Bangku Mobil, dirobek Dress dibadan Sabina.

"Lepasin!" Sabina berhasil melepas ciuman Reynald, "Kamu mau apa sih?"

"Memberimu kenikmatan." Sahut Reynald berhasil menelanjangin Sabina, dan tanpa minta persetujuan, distimulasi Sabina.

Sabina merasa tergelesir, tidak kuasa berontak menolak. Dia kini mengamati Reynald yang melepas seluruh busana di badan Reynald. Dia menelan Salivanya, sebab sudah beberapa kali Dia melayanin Reynald, sebelum akhirnya membuat Ilario menikmatinya. Reynald tersenyum, tahu Sabina ingat bagaimana melayanin Reynald. Maka Reynald tanpa menunggu, menikmatin Sabina di dalam Mobilnya ini.

+++

Ilario tersenyum sinis saat Marko melaporkan bahwa Reynald membuat Sabina berhenti mencari Ilario ke beberapa Rumah Sakit, dan Reynald menikmatin tubuh Sabina di dalam mobil Reynald, lalu berlanjut ke Hotel.

"Tuan?"

"Bagus kalo Reynald lakukan itu." Ilario tersenyum sinis lagi, "Karena Aku tahu Reynald tergoda ingin menikmati tubuh Sabina. Sayangnya Sabina menolaknya terus setelah terakhir Sabina melayaninnya di Mandalika."

Marko menghela nafas, mengenai ini Dia tahu. Karena memang itu kenyataannya. Reynald tidak bermaksud membantu Ilario lepas dari pengejaran Sabina, tapi Reynald tergoda ingin menikmatin tubuh Sabina sejak bertemu di Night Club hari itu. Maka Reynald mengikutin terus kemana Sabina mencari Ilario.

"Marko," Ilario menegur Marko, "Gimana keadaan Ignazio?"

"Tuan masih perduli ke Tuan Ignazio?"

"Dia adik kembar Saya, Marko. Meski Saya sangat marah Dia menganiaya Chiara."

"Beliau dipindah ke Austin Hospital di Malaysia sama Tuan Besar, sebab Nyonya Besar tetap ingin menemuinya, tapi Tuan Besar tidak memperbolehkannya."

"Tumben Papa tidak mengizinkan Mama menemui Ignazio."

"Saya tidak tahu kenapanya, Tuan."

Ilario menghela nafas, lalu, "Sudahlah tidak perlu Saya pikirkan itu." Ujarnya, "Karena Chiara lebih penting untuk Saya pikirkan."

"Tuan, apa jatuh cinta ke Nona Chiara?"

JLEB..Ilario tersentak mendengar ini.

"Tuan, apa jatuh cinta ke Nona Chiara?" Marko mengulang pertanyaannya.

Ilario menghela nafas, "Apa salah hal itu?"

+++

Ruangan Ilario

Golden Pearl, Jakarta Indonesia

Ilario memandang Austin dengan tidak percaya. Austin mendatanginya di Golden Pearl, dan dibeberkan semua rencana Austin atas Chiara. Austin juga meminta Ilario menemani Chiara selama di Sydney, dengan syarat Ilario tidak boleh menyentuh dulu Chiara. Kalo Ilario melanggar, Austin pulangkan Ilario ke Indonesia, tidak boleh lagi bertemu Chiara.

"Papa serius dengan semua ini?"

"Sangat serius. Kenapa, Kamu tidak mau kelak dia jadi istrimu?"

"Sangat mau..Rio sangat mau dia jadi istri Rio nantinya."

"Hehehe," Austin tersenyum geli dengan jawaban Ilario, "Akhirnya kamu mengaku memang fall in love ke gadis remaja itu."

JLEBB.. Ilario tersentak mendengar ini, menelan salivanya. Kena jebakan Papanya ini.

"Betulkan Kamu fall in love ke Chiara?"

"Iya Papa. Hati Rio sudah tersentuh dari awal Rio bertemu dia di Hypermarket."

"Pilihanmu bagus, nak."

"Maksud Papa?"

"Selain dia punya kecantikan alami yang bagus, dia berprestasi di Sekolahnya. Nilai-nilainya sangat baik.. Hal lain dia aktif di PMR, dan berhasil meraih posisi Chief Human Resque Teenager 1 dalam Studi Banding yang diadakan Human Resque Region Asia di Tokyo. Dia meraih itu di usianya yang baru 15 tahun."

"Rio sudah menduga semua hal ini. Rio melihat dari aura dirinya."

"Hehehe." Austin terkekeh lagi, "Papa lega, karena dengan begini si Playboy ini Pensiun jadi Playboy." Dijitak jidat Ilario dengan gemas.

"Rio makasih Papa mendukung Rio mendapatkan cinta Chiara."

"Sama-sama." Austin tersenyum, "Jaga Dia baik-baik, sebab Dia bukan perempuan kebanyakan yang kamu icip."

"Baik Papa." Ilario lalu mengambil sebatang rokok dari meja, disulut sejenak, baru bicara lagi, "Ah ya, Papa apa sudah bertemu orangtuanya? Sudah bicara semua ini ke mereka?"

"Javer yang bicara sama orangtuanya."

"Om Javer? Om Javer Castelo maksud Papa? Kenapa dia yang bicara sama orangtua Chiara?"

"Javer Papa Angkat Chiara, sangat memahami karakter orangtua Chiara, jadi dia yang bicara sama orangtua Chiara untuk mengizinkan Chiara menerima beasiswa dari Papa."

"Orangtua angkat Chiara?" Ilario merasa aneh mendengar ini, "Apa Om Javer kenalan orangtua Chiara?"

"Kenalan Mamanya Chiara."

"Kenalan Mamanya Chiara?"

"Yup. Kenapa?"

Ilario diam sambil memikirkan sesuatu.

"Ada apa, Rio?"

"Benarkah Om Javer Papa angkat Chiara? Apa bukan anak kandung Om Javer? Rio baru sadar profiel wajah Chiara profiel wajah Om Javer."

"Kenapa Kamu berpikir ke sana, selain karena profil wajah Chiara profil wajah Javer?"

"Papa tadi bilang Om Javer kenalan Mamanya Chiara."

"Lalu?"

"Entah kenapa Rio terpikir mungkinkah hanya kenalan bisa menjadikan Chiara anak angkat Om Javer? Walau Rio tahu Om Javer banyak mengasuh anak, seperti mengasuh Vikram yang Yatim. Tapi tidak menjadikan Vikram sebagai anak angkatnya."

"Kamu terpikir Javer punya hubungan istimewa sama Mamanya Chiara, hingga lahir Chiara? Lalu demi menutupi hal itu, Javer menjadi Chiara anak angkatnya?"

"Bisa jadi, Papa."

Austin terdiam, Dia pun terpikir itu saat bicara sama Javer. Tapi Dia tidak berani mencari tahu lebih jauh dari Javer, sebab urusan itu di wilayah pribadi Javer.

"Papa?"

"Siapa pun Chiara, Papa harap kamu jaga dia baik-baik. Bimbing dia belajar dengan sabar. Tahan hasratmu untuk tidak menyentuhnya dulu. Bantu dia memulihkan jiwanya yang terluka. Dukung dia terus mengabdi di Human Resque."

"Siap Papa. Terima kasih segalanya."

+++

Penthouse

Sydney, Australia

"Mereka datang, Tuan Besar." Vikrar memberitahu Austin bahwa Ilario dan Chiara sudah tiba di Penthouse ini yang Ilario beli untuk Chiara.

Ilario merasa tidak layak jika Austin hanya menyewa satu Room untuk tempat tinggal Chiara selama di Sydney, maka Dia suruh Marko mencarikan Penthouse yang nyaman, dan langsung dibelinya. Dia juga menyuruh Marko mengecat Kamar Chiara dengan warna kesukaan Chiara yaitu Ungu Pinky. Disuruh pula membelikan Kosmetik, Pakaian, Jaket, Mantel, Sepatu, sampai Boneka, semuanya untuk Chiara tercintanya.

Austin sampai menggelengkan Kepala melihat Ilario mabuk kepayang jatuh cinta sama Chiara. Cinta yang tidak pernah Ilario berikan ke Perempuan mana pun selama ini. Cinta yang membuat Ilario rela mengeluarkan sangat banyak uang untuk membuat Chiara nyaman selama di Sydney, dan tentu bersamanya. Bahkan demi Cinta ini, Ilario ikhlas mengerjakan tugas-tugasnya sebagai Presiden Director di Penthouse ini, agar Ilario selalu bersama Chiara.

Sementara itu Ilario membimbing Chiara berjalan saat ini. Tangan dan lengan Chiara diamit tangannya. Satu tangan lainnya melingkar dibagian belakang Pinggang Chiara. Ilario sangat takut Chiara yang baru diizinkan berobat jalan, tidak kuat berjalan. Mengingat luka di Kemaluan Chiara cukup parah, membuatnya di Terapi berjalan sesaat sama Terapi di Rumah Sakit. Bahkan selama di Pesawat Jet Super Luxury milik Ilario, Pria ini sangat menjaga kondisi Chiara.

"Chiara," Ilario menegur Chiara yang sedari tadi diam sambil mengamati sekitar mereka, "Kamu letih? Atau pusingkah?"

Chiara menggelengkan Kepalanya, tidak menduga Ilario dan Ignazio putra Austin yang Konglomerat seperti Javer Papa angkatnya. Chiara dirawat di ICU Ekslusif, dan dilanjutkan dirawat di Kamar VVIP. Semua yang dibutuhkan Chiara dengan mudah disediakan Austin dan Ilario.

Sebenernya semua ini bagi Chiara biasa saja. Dulu semasa Fatwa belum mengalami kebangkrutan bisnis Konstruksinya, Fatwa boleh digolongkan Pengusaha Sukses. Fatwa memenuhi apa pun yang istri dan anak-anaknya perlukan. Lalu juga Fatwa selalu membawa istri dan anak-anaknya masuk ke lingkungan kelas High.

Pelan Ilario memutar badan mereka agar berhadapan, diamatin Chiara, dicari tahu kenapa Chiara sedari tadi diam saja.

"Sayang."

"Pak," Chiara bersuara, "Ini Penthouse siapa?"

"Astaga!" desau Ilario mendengar Chiara memanggilnya dengan 'PAK', "Sayang, kenapa memanggilku masih dengan PAK sih?" Ilario merasa gatal telinganya dipanggil PAK sama Chiara, "Kamu memanggil Ignazio dengan Kak Zio. Masa ke Aku yang kakak kembarnya, Kamu panggil dengan PAK? Apa Aku terlihat sangat tua?" dipamerkan Wajah gagahnya dengan tersenyum manis ke Chiara.

Chiara menjadi tersenyum mendengar Ilario protes.

"Kamu panggil Aku dengan Kak Ilario, atau Mas Rio, ya."

"Iya Mas Rio."

"Nah itu baru bener." Ilario menjadi senang Chiara memanggilnya dengan Mas Rio. Pelan dicium sayang pucuk kepala Chiara. Dia selalu rajin mencium pucuk kepala dan kening Chiara sedari kemarin. Kemudian Dia memandangin Chiara, "Kamu mau bertanya apa tadi?"

"Ini Penthouse siapa?"

"Kamu."

"Aku?"

"Yup." Ilario menganggukan kepalanya, "Yuk kita temuin Papa dulu. Beliau sudah menunggu Kita sangat lama." Dia kembali mengamit tangan Chiara, dan memeluk pinggang belakang gadis ini, dibimbing berjalan menuju Ruang Keluarga tempat di mana Austin dan Vikrar menanti mereka.

"Vikrar." Austin melihat pasangan muda ini dengan senyum bahagia, "Menurutmu apa pantas Chiara menjadi menantuku?"

"Sangat pantas, Tuan Besar. Nona Chiara cantik lahir batin. Terpenting lagi Tuan Muda Ilario mencintainya."

"Apa Ilario akan memperlakukan Chiara dengan baik?"

"Tuan sudah melihat sendiri bagaimana Tuan Muda Ilario memperlakukan Nona Chiara selama Nona Chiara di Rumah Sakit kan? Hal lain, Tuan Muda Ilario itu duplikat Tuan Besar banget."

"Apa maksudmu?"

"Sangat baik dan tulus ke Wanita tercintanya."

"Bisa aja kamu." Kekeh Austin, "Lalu menurutmu keduanya gimana terlihat saat ini?"

"Pasangan serasi, Tuan Besar."

Ilario dan Chiara sudah sampai ke hadapan Austin. Lalu mereka cium pucuk tangan kanan Austin, baru duduk berdampingan di Sofa Panjang.

Marko berdiri di belakang Ilario.

"Vikrar!" Austin memanggil Vikrar, "Panggil kemari Albert, agar membawa semua Dokumen yang harus Chiara baca dan pelajarin."

"Albert, Papa?" Ilario terkesiap mendengar Austin menyebut nama itu. "Albert Pengacara Rio?"

"Iya itu. Memang Kamu kenal Albert mana lagi selain Dia?"

"Papa membawanya kemari?"

"Kenapa memangnya? Kamu harus jujur sama Chiara sedari sekarang."

"Jujur dalam hal apa, Papa?"

"Kamu membelikan Penthouse ini lengkap dengan semua yang dibutuhkan Chiara selama tinggal di Sydney ini. Bahkan Chiara kalo ingin menetap di Sydney, sudah punya Rumah sendiri."

JLEBB..Ilario menelan Salivanya. 'Papa tidak kompak ini. Kan perjanjiannya, Papa bilang semua ini dari Papa.' Desaunya gemas ke Austin.

"Mas." Chiara menegur Ilario, "Maaf apa yang Pak Austin.."

"Eits! Eits!" sela Austin cepat memotong, "Mulai sekarang tidak memanggil Saya dengan Pak Austin. Panggil dengan Papa."

"Papa?"

"Kenapa? Kamu ke Javer memanggil Daddy, masa ke Saya tidak mau memanggil Papa? Saya dan Javer dari kami berdua lahir sudah bersahabat. Putri Javer sama dengan Putriku."

"Putri Anda, Tuan?" sela Vikrar polos banget bicara, "Berarti jadi adiknya Tuan Muda Ilario?"

"Tidak Vikrar, tidak." Tukas Austin, "Mana mau Ilario menjadikan Chiara sebagai adiknya?"

"Kalo begitu, Tuan Besar bilangnya, Nona Chiara itu Calon Menantu. Maka benar kalo Tuan Besar memintanya memanggil Anda dengan Papa."

"Ehm!" Ilario cepat berdehem, "Vikrar, mana Albert? Biar cepat Dia selesaikan urusan ini, dan Chiara bisa segera istirahat."

+ TO BE CONTINUE +