Chereads / My Sweet Lover Billionaire Playboy / Chapter 3 - Bab 3 - Bertemu Papa

Chapter 3 - Bab 3 - Bertemu Papa

Ignazio terbaring di Ruang Perawatan VIP. Ignazio memakai seragam Pasien, dihidungnya bertengger selang Nasal yang terhubung dengan Regulator Oksigen yang terpasang dipermukaan atas Bed Ranap. Dia mulai siuman, dan,

"Sudah bangun?" terdengar suara Pria menyapanya.

Ignazio terkesiap, mengenali suara siapa itu. Dia terlonjak bangun saat kedua matanya melihat Austin duduk di tepi Bed menghadapnya.

"Papa!!??"

Austin menahan badan Ignazio yang terlonjak bangun, dibaringkan kembali putranya di Kasur Bed. Austin menghela nafas. Pusing dia punya 2 anak kembar, Ilario dan Ignazio. Ilario gemar berpetualang di Ranjang dengan perempuan-perempuan malam, Ignazio gemar menyetubuhi sadis kekasihnya jika cemburu.

Dari mana Austin mengetahui semua situasi itu? Dari tangan-tangan Austin tentunya. Austin tidak pernah membiarkan istri dan anak-anaknya bebas begitu saja melakukan apa pun yang mereka inginkan. Dia tetap mengawasin istri dan anak-anaknya. Austin tahu Ignazio setelah diusirnya dari Washington, ke Indonesia, dan menjadi Guru di SMU Negeri tempat Chiara bersekolah. Namun Dia tidak tahu Ignazio memacarin Chiara. Sebab dibenaknya tidak mungkin Ignazio memacari Murid sendiri yang masih berumur di bawah 18 tahun.

Dan Dia terhenyak kaget saat salah satu tangannya melaporkan ada situasi ini. Cepat Dia mengambil alih, agar Ilario tidak membunuh Ignazio. Kalo sampai Ilario membunuh Ignazio, Ilario bisa dihukum mati. Jika itu terjadi Austin dan Madalena alias Mezzaluna istri Austin kehilangan Dua anak Mereka sekaligus.

Meski ada si bungsu Silvia. Namun Silvia pun bengal seperti kedua anak kembar Mereka. Silvia di usia 14 tahun sudah tidak perawan, lalu jadi menganut seks bebas. Bahkan di usianya yang 16 tahun saat ini, Silvia sudah dua kali menggugurkan kandungan. Tapi semua hal yang terjadi sama Silvia ditanganin oleh Almero ayahanda Austin.

"Gimana, nak?" tanya Austin menatap Ignazio yang tampak ketakutan melihat ayahnya ini. "Sakitkah dicambuk Kakakmu?"

'Mati aku,' bisik hatinya, 'Apalagi hal buruk yang harus kuterima? Tadi kena dicambuk Ilario.' Keluhnya merasa jiper.

"Sakit kah dicambuk kakakmu?" Austin bertanya lagi ke Ignazio.

"Dari mana Papa tahu Ilario menangkapku?"

"Dari mananya tidak penting, Ignazio." Austin tersenyum, "Kalian sangat tahu, Papa menjaga Kalian dengan nyawa Papa. Dan Papa tahu Ilario kali ini sangat murka ke Kamu. Kalo Papa tidak cepat menyelamatkanmu, maka Papa akan kehilangan Kalian berdua. Kamu mati ditangan Ilario, dan Ilario mati di Hukum Mati."

"Biar saja Kami mati. Tidak ada gunanya menjadi anak Kalian."

"Hei kenapa mengatakan itu? Papa tahu sangat sibuk, tapi apa pernah Papa mengabaikan Kalian? Lalu semua Harta Papa bukan kah untuk Kalian nikmatin selama ini?"

Ignazio menghela nafas, bukan itu maksudnya. Yang dimaksud adalah Madalena. Madalena di depan Austin adalah Mama yang lembut, namun dibelakang Austin, begitu mengerikan ke Ignazio. Sehingga Ignazio mengalami gangguan kejiwaan serius, dimana saat tempemennya naik, mampu menganiaya Kekasih dengan Kekerasan Seksual, dan jua mampu membunuh siapa pun yang membuatnya emosi.

Ignazio tidak tahan, berusaha keras melepaskan diri dari kehidupan Austin. Dan selama 2 tahun ini, hidupnya tenang. Meski gangguan Kejiwaannya masih belum mampu dihilangkan darinya, meski sudah Terapi ke Psikolog ditemanin Riko Assistennya.

"Ignazio?" Austin menegur Ignazio, "Sebenarnya apa yang mengganggu jiwamu, Nak? Papa merasa ada yang mengganggu jiwamu sehingga kamu menjadi sadis saat temperamenmu naik. Lalu juga Papa merasa Kamu terus ingin melepaskan diri dari Keluarga Kita."

JRENG..

Ignazio tersentak mendengar ini, meski ini bukan pertama kalinya. Austin meski sibuk luar biasa, memantau kondisi kejiwaan istri dan ketiga anak Mereka. Dan Dia tahu ada sesuatu yang mengganggu Kejiwaan Ignazio. Namun selalu setiap ditanya olehnya, Ignazio memilih diam.

"Kenapa Papa menghentikan Ilario mencambukku?" Ignazio mengalihkan pembicaraan.

"Kamu anak Papa."

"Anak? Papa sudah mengusirku."

"Untuk membuatmu jera. Tapi ternyata tidak jera. Kamu ulang lagi kesadisanmu ke Chiara remaja SMU yang adalah Muridmu yang ternyata Kamu pacarin."

"Chiara pantas mendapatkan itu sebab melanggar janjinya."

"Janji kalo dia hanya untukmu, tidak boleh mengenal Pria lain?"

"Iya."

"Ignazio, pasangan kita tetap butuh mengenal Pria lain. Dan itu sebatas untuk pertemanan biasa."

"Ignazio ngga pernah berteman sama perempuan lain saat punya kekasih."

Austin menghela nafas sambil menggelengkan sedikit kepalanya, 'Hayah susah kunasehatin Ignazio dan Silvia, kedua anakku. Salah ngidam apa istriku saat mengandung mereka ini? Beda sama Ilario anakku yang sulung. Ilario selalu mendengarkan Nasehatku, menjalankannya.'

"Papa, dimana Chiara sekarang? Kemana Ilario membawanya?"

"Untuk apa menanyakan dia? Kamu sudah membuatnya babak belur." Austin tersenyum sinis, "Kenapa mengira Kakakmu yang membawa dia?"

"Papa, dia kekasih Ignazio." Tukas Ignazio, "Ignazio tahu sebab Ilario tahu Ignazio menyakiti Chiara. Pasti dia membawa Chiara, setelah meringkus Ignazio."

"Sementara ini biarkan Papa mengurusnya." Austin tidak memberitahu kemana Ilario membawa Chiara. "Sebaiknya Kamu melepas dia. Biarkan Dia selesaikan Sekolahnya."

"Tidak mau. Ignazio sangat mencintainya. Hal lain kalo Ignazio melepasnya, pasti Ilario yang memeluknya."

"Kenapa begitu?"

"Papa, Ilario naksir Chiara, karenanya menolong Chiara saat Ignazio menganiaya Chiara."

"Dengarkan Papa," Austin bicara tenang, "Ilario merasa bertanggungjawab, Nak. Karena Dia menolong Chiara di Hypermarket, Kamu terbakar cemburu dan menganiaya Chiara. Hal lain Ilario tidak akan mencintai gadis dibawah usia 17 tahun."

"Papa, Chiara itu sangat cantik dan auranya sangat sensual. Pria mana pun, termasuk Ilario, inginkan dia."

"Begitu kah?" Austin kemudian mengambil Ponsel Ignazio yang tertaruh di bufet, diberikan ke Ignazio, "Coba Kamu kasih lihat photo Chiara. Papa belum pernah melihatnya. Papa hanya melihat Tuti, Diana, dan Mirza, para eks kekasihmu, sebab kamu membawanya ketemu Papa dan Mama."

"Tidak mungkin Papa belum melihat Chiara. Bukankah Papa tadi bilang biarkan Papa yang mengurusnya."

"Papa serius belum melihatnya. Tangan-tangan Papa yang melihatnya. Dan kata mereka, Dia sangat parah kamu aniaya."

Ignazio tersentak mendengar ini. Teringat kembali dia akan rekaman Alat Penyadap milik Ilario yang dilihatnya di Ponsel Ilario. Seketika air matanya meleleh. Otak warasnya menyesal menganiaya Chiara. Padahal dari semua kekasihnya terdahulu, Chiara sangat menawan hatinya. Sangat dicintainya.

"Ignazio, ayo kasih lihat ke Papa, photo Chiara."

"Untuk apa? Nanti Papa jadikan istri muda lagi."

TUKKK.. Austin menjitak keras jidat Ignazio.

"Sembarangan ngomong anak ini!" diomelin Ignazio, "Papa sudah puas sama Ibu Kalian yang cantik dan seksi itu."

'Iya sih,' bisik hati Ignazio, 'Papa memang puas sama Ibu kami, karena cantik, seksi, dan sangat mengurus Papa. Meski Mama juga aktif sosialita dan bisnis, tapi selalu memanjakan Papa. Bikin Papa tidak mau punya istri muda.'

Ignazio akses sejenak Ponselnya, lalu diberikan Ponsel tersebut ke Austin.

"Ini Chiara, Pa." Ignazio menjelaskan apa yang muncul di layar Ponselnya, photo cantik Chiara berlatar belakang Sunset Pantai Pasir Putih. Chiara pun tampak seksi menggenakan Bikini dengan outer motif bunga menutupi bagian bawah tubuh sintalnya.

Austin mengamati photo tersebut dengan seksama. Memang seperti yang Ignazio bilang. Tapi..Rasanya Aku tidak asing dengan profiel wajah anak ini. Seperti profiel wajah Javer Castelo, Presiden Director Castelo Company. Apa ini putrinya Javer? Tapi Javer kan tidak punya anak, sebab Ninetta sang istri mandul. Apa Javer punya istri muda, dan Chiara lahir dari istrinya tersebut?

"Papa?"

"Seperti yang Kamu bilang, sangat cantik dan seksi. Gadismu ini memiliki profiel phisik perpaduan Amerika Latin dan Indonesia yang sempurna. Meski hidung gadismu ini, mancung tidak, pesek pun tidak."

"Chiara blasteran, Papa?"

"Astaga! Kamu tidak menyadari kenapa dia sangat cantik dan seksi melebihi ketiga eks pacarmu itu? Gadismu itu blasteran bagus, Ignazio."

"Yang Ignazio tahu, dia sangat cantik, sangat seksi. Dan Ignazio selalu puas seks sama dia. Tidak seperti saat Ignazio seks sama ketiga eks Ignazio. Dia juga sangat mengurus Ignazio, seperti Mama mengurus Papa."

"I see."

"Papa, apa menghubungin keluarga Chiara?"

"Harusnya begitu. Tapi biar Papa sehatkan dia dulu. Dia masih berusia 16 tahun, dan Papa yakin back street pacaran sama Kamu. Kalo orangtuanya tahu itu, kalian berdua celaka. Papa tidak mau kalian berdua celaka."

"Papa setuju Ignazio kelak menikahinya?"

"Tidak, kamu brutal. Bisa mati gadis secantik ini ditanganmu."

+ TO BE CONTINUE +