Ilario setengah berlari menuju Ruang Intensif Care Unit, ditemanin Marko, Matt, dan Pete. Tadi saat Ilario hampir membunuh Ignazio, datang Korby tangan Austin ayah kakak beradik itu. Kushi mengatakan bahwa Austin mengambil alih situasi, dan membisiki Ilario agar Ilario cepat menemui Chiara di Rumah Sakit. Kondisi Chiara sangat parah. Bergegaslah Ilario kemari dengan Helikopter Pribadinya.
"Tuan muda." Hasan segera mendekati Ilario yang datang dengan langkah tergesa ditemanin Marko, Matt, dan Pete.
"Bagaimana Gadis itu?" tanya Ilario cemas luar biasa.
Saat Ilario meringkus Ignazio, Hasan cepat melarikan Chiara ke Rumah Sakit. Hal lain Hasan menemukan Chiara pingsan dengan tubuh luka memar, juga merembes darah dari liang kehormatannya. Kini Chiara dirawat di ICU sebab lukanya lumayan parah dan belum juga siuman.
Hasan menghela nafas berat.
Ilario mencengkram bagian depan Seragam Dinas Hasan, tampak sangat ketakutan..terbayang sesuatu yang sangat buruk yang bisa merenggut nyawa Chiara akan terjadi.
"Katakan gimana Gadis itu? Dia masih hidup kan?" bentaknya emosi penuh kecemasan dan ketakutan. "Hasan, cepat katakan apa yang terjadi sama Gadis itu?"
"Nyawanya selamat, Tuan Muda." sahut Hasan menghela nafas lagi, tidak tega mengatakan kondisi Chiara saat ini, "Mari saya antar ke dokter yang menangani Nona Chiara." diulurkan tangan kanannya minta Ilario ikut dia menemui dokter yang menangani Chiara, yang memutuskan Chiara dirawat di ICU.
Ilario melepas cengkraman di seragam dinas Hasan, segera mengikuti Hasan ke Ruang dokter jaga ICU. Marko, Matt, dan Pete mengikutin. Sementara di depan ICU berjaga beberapa Ajudan Ilario, agar tidak bisa dimasuki orang-orangnya Ignazio untuk membawa paksa Chiara.
+++
Sabina tampak kesal memandangi Ponselnya sebab untuk kesekian kalinya, Panggilan Telponnya ke Ilario, tidak dijawab Ilario. Dia saat ini berada di Night Club yang biasa Ilario datangin untuk melepas lelah setelah bekerja seharian mengelola Golden Pearl.
"Brengsek!" Sabina memaki, "Kemana sih Dia? Mau melarikan diri dariku, hmm?" Dia mengira Ilario melarikan diri darinya setelah malam itu hanya memuaskan Ilario saja.
Ilario tidak perlu melarikan diri dari Perempuan mana pun, karena kalo dia tidak menyukai Perempuan itu, ditinggalkan begitu saja.
"Hai Sabina!" Reynald CEO Angkasa Perdana Coorperation saingan Ilario datang. Dia sama seperti Ilario yang Playboy, hanya lebih tengil pembawaannya. "Wuih!" decaknya melihat Sabina sangat seksi dengan busana Merah ngejrengnya. "Tambah seksi ya Kamu." Dia terpesona melihat Sabina.
Sabina mendengus kesal. Dia tidak berminat sama Reynald, karena Reynald kalah kharisma dari Ilario. Meski Kedua Pria ini setara Tajirnya. Hal lain Sabina merasa performa Reynald payah di Ranjang. Padahal Reynald buas menggauli Perempuan, dan selalu membawa perempuan melepas bersama kenikmatan.
"Kamu menunggu Ilario ya?" Reynald feeling Sabina di sini menunggu Ilario, "Dia tidak akan datang."
Sabina memandang Reynald.
"Ranto memberitahu itu, karena Marko menelponnya, membatalkan agenda kemari." Reynald menjelaskan.
"Ranto?"
"CEO Markata Company. Ranto mengundang Ilario malam ini untuk bersenang-senang di sini, sebab Dia tidak datang ke Acara Selamatan yang Ilario adakan di Marina Sun Hotel."
"Apa ada Marko mengatakan kenapa Ilario membatalkan undangan Ranto?"
"Yang Aku dengar, Adik Kembar Ilario sedang dirawat intesif di Rumah Sakit."
"Saudara kembar?"
"Astaga Kamu tidak tahu kalo Ilario punya adik kembar?"
Sabina menggeleng.
"Ilario punya adik kembar bernama Ignazio. Sayangnya Ignazio tidak menonjol seperti Ilario. Ignazio juga tidak playboy seperti Ilario."
"Lalu dimana adiknya di rawat?"
"Marko tidak mengatakan, dan Aku tidak mencaritahu. Karena Aku tidak ada urusan sama Ilario saat ini."
"Lalu mana Ranto?"
"Kamu kenal Dia? Mau bertanya dimana adiknya Ilario di rawat, agar Kamu ke sana? Lupakan itu."
"Kenapa?"
"Marko tidak pernah memberitahu apa pun urusan keluarga Ilario ke Klien-Kliennya Ilario. Hal lain, daripada buang waktumu mengejar Ilario, lebih baik bersenang-senang denganku."
Sabina mengamati Reynald yang tersenyum menggoda. Dia mendengus kesal, segera berdiri, lalu ditinggalkan Reynald. Reynald tersenyum sinis,
"Sampai mati," Reynald bicara sendiri, "Kamu tidak akan mendapatkan Ilario menjadi suamimu. Bagi Ilario, Kamu sampah." Lalu menghela nafas, "Hanya Aku yang mencintaimu Sabina, dan hanya Aku yang pasti menikahimu."
+++
"Papa!" terdengar suara Madalena memanggil Austin, dimana Austin baru keluar dari Kamar Perawatan Ignazio.
Austin memutar badannya ke arah suara Madalena, lalu
Austin menghela nafas, 'Siapa yang memberitahu istriku? Dia kemari pasti tahu Ignazio dirawat di sini. Apesnya memang Aku dan Istri sedang di Indonesia untuk urusanku di Austin Company cabang Indonesia.'
"Papa!" Madalena sudah sampai di dekat Austin. Dia ditemanin Swarez Assisten Pribadinya. "Papa!" Dia pegang tangan Austin, "Ada apa sama Ignazio? Kenapa Ilario sampai menghukumnya? Kapan Ilario menemukan Ignazio di Indonesia ini?"
Austin menggandeng tangan Madalena yang bernama Mezzaluna. Mengenai kenapa bisa bernama Mezzaluna, akan diketahui nantinya. Austin membawa Madalena menjauh dari Ruang Perawatan ini, diajak ke Ruangannya di Lantai 6. Austin Hospital ini miliknya. Yang di Jakarta, adalah Cabang, Pusat berada di Washington. Setelah Mereka berada di Ruangan Austin, Pria ini membawa dirinya dan Madalena duduk di Sofa Panjang.
"Papa." Madalena merengek sambil menggoncang tangan Austin, "Papa bicara dong ada apa sebenarnya?"
"Apalagi yang Mama mau tahu?" Austin mengusap sayang wajah cemas Madalena, "Mama kemari pasti Swarez sudah memberitahu kejadiannya kan?"
"Papa, Swarez hanya bilang Ignazio dicambuk Ilario, karena Ignazio kedapatan Ilario menganiaya Gadis Remaja yang katanya kekasih Ignazio. Ignazio menganiaya kekasihnya sebab tidak terima si kekasih diajak ngobrol sama Ilario."
"Ya sudah itu kejadiannya." Kekeh Austin menjawil sayang hidung Madalena. "Sudah Mama ngga usah cemas. Papa sudah menanganin masalah ini."
"Gimana bisa Mama tidak cemas? Ignazio bikin masalah kekerasan lagi. Kalo ini di dengar Wartawan? Mau ditaruh di mana lagi muka Kita? Papa tidak lupakan kematian Mirza diliput Wartawan, bikin Kita malu. Papa pun mengusir Ignazio."
"Mama," Austin memegang kedua Lengan atas Madalena, "Dengarkan Papa." Diminta Madalena memandangnya, "Papa jamin kali ini Kita tidak akan kehilangan muka. Papa berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan muka Kita."
"Iyalah." Desau Madalena terpaksa setuju. Padahal Dia geram bukan main ke Ignazio.
Ignazio yang diharapkan kelak menggantikan Austin sebagai Presiden Director di Austin Company, yang artinya aksi balas dendam Dia ke Almero Mertuanya bisa terwujud. Tapi Ignazio tidak mau dikendalikannya. Ignazio memilih bekerja sebagai Guru di SMU atau di Universitas.
Meski usia Ignazio baru 24 tahun, namun kemampuannya mengajar sangat bagus. Ignazio memang dari kecil tergerak untuk menjadi Guru, tidak pebisnis seperti Ilario. Austin sebenarnya tidak keberatan dengan Ignazio menjadi Guru, sebab apa pun yang dipilih ketiga anaknya, Dia mendukung.
Beda dari Madalena. Madalena karena ada misi balas dendam terselubung, memaksa Ignazio menjadi pebisnis seperti Ilario. Tapi apa daya Ignazio tidak inginkan itu. Dan sebenarnya Ignazio menjadi brutal saat cemburu, akibat pemaksaan-pemaksaan Madalena. Apa pemaksaan itu, akan terbuka nantinya.
"Papa." Madalena bicara lagi, "Lalu bagaimana keadaan Ignazio, dan kekasihnya itu? Lalu mana Ilario?"
"Mama tidak usah mencemaskan mereka bertiga. Papa sudah menanganin." Austin tidak memberi jawaban yang diinginkan Madalena, "Baiknya Mama kembali ke Washington, urus Winter Boutique punya Mama. Papa biar sendiri saja di Jakarta untuk ketiga anak itu."
"Tapi Papa?"
"Mama, tolong patuh ke Papa." Austin bicara sedikit keras ke Madalena, "Papa ngga mau Mama bicara apa pun ke Ignazio."
"Apa maksud Papa? Kenapa seorang Mama tidak boleh bicara ke anaknya sendiri?"
"Apa selama ini Mama bicara sama Ignazio, membuat Ignazio berubah menjadi baik?"
JLEB..
Madalena tersentak kaget mendengar ini. 'Apa Mas Austin mulai mengendus tekadku membalas dendam ke Almero Papanya lewat tangan Ignazio?'
"Sudahlah." Austin menghela nafas. Dia memang mengendus tekad Madalena membalas dendam. Dia berusaha agar tekad itu hilang dalam diri Madalena, dengan melimpahkan cinta dan kemewahan hidup untuk Madalena. Bahkan Dia mendukung setiap bisnis Madalena di Winter Boutique, yang dia tahu banyak bisnis haram. "Mama sekarang kembali ke Washington."
+++
Ilario mengamati Chiara yang masih belum siuman, di mana Chiara berbaring tenang di atas Bed ICU. Wajah polos Chiara pucat saat ini dihiasi beberapa luka dan memar.
Ilario meraih tangan kiri Chiara yang tidak terpasang Jarum Infusan, pelan dicium pucuk tangan itu, tak urung air matanya bergulir, pedih melihat kondisi Chiara saat ini. Karena hatinya tersentuh cinta saat melihat Chiara di Hypermarket, membawa Chiara ke Petaka.
"Maafkan Aku." bisiknya lirih sambil menempelkan tangan Chiara yang digenggamnya ke salah satu pipinya, "Maafkan Aku. Karena Aku, kamu menderita seperti ini." suaranya terdengar serak karena berbaur isak pedihnya. "Maafkan Aku, Sayang."
KRING
Ponsel Ilario berdering. Ilario menaruh tangan Chiara dipermukaan Kasur, lalu mengeluarkan Ponsel dari saku depan celana bahannya. Dilihat layar Ponsel, mencari tahu siapa yang menelponnya.
Mama calling at Sim One
Ilario menghela nafas. 'Pasti Mama sudah tahu kejadian ini.' Desaunya, 'Dan karena Papa tidak mengizinkannya terlibat, Mama menelponku. Aku harus mengikutin Papa, agar Mama tidak keceplosan memberitahu Ignazio kalo Chiara ada di sini.'
Ilario menekan tombol Reject, lalu menelpon Madalena.
"Iya Ma?"
"Akhirnya!" desau Madalena yang berada di dalam Mobil Mercy E-Class miliknya prabrikan Amerika merasa lega telponnya dijawab Ilario. "Kamu di mana, Rio?"
"Rio sedang ada urusan pekerjaan, Bu."
"Jangan bohong ke Mama, nak!" Madalena sedikit menghardik Ilario, "Mama sudah tahu apa yang terjadi sama Kamu dan adikmu itu."
"Lalu Mama kenapa menelpon Rio?"
"Mama mau tahu kejadian sebenarnya. Dimana Kamu menemukan adikmu itu? Kenapa lalu ada kejadian itu. Papa tidak menjelaskan semuanya, Rio. Kesel Mama."
"Apa yang dilaporkan Swarez ke Mama?"
"Hais anak ini sama kek Papanya!" Madalena menjadi jengkel sebab Ilario menyebut nama Swarez yang memang melaporkan semua kejadian ini ke Dia. "Sudah kalo Kamu tidak mau menjelaskan kejadian itu." Ujarnya merasa tidak ada guna mendesak Ilario yang sifatnya sama persis seperti Austin. Apa yang tidak perlu diketahui, tidak akan dibuka. Apa yang harus dirahasiakan, maka dirahasiakan. "Kamu dimana sekarang? Apa bersama Kekasihnya Ignazio itu?"
"Kenapa Mama menduga begitu?"
"Ilario, Aku ini Mamamu. Tahu Kamu merasa bersalah ke Gadis itu, pasti Kamu sekarang menemanin Gadis itu."
"Tidak Mama. Rio tidak menemaninnya. Papa sudah mengambil alih semua keadaan, dan minta Rio fokus ke Golden Pearl."
Madalena menepuk jidatnya. 'Ini anak kenapa menyembunyikan Gadis itu dariku, seperti Mas Austin menyembunyikannya dariku?' desaunya gemas kesal, 'Apa mereka takut Aku mengatakan ke Ignazio, dan Ignazio minta Aku mengambil paksa Gadis itu kembali ke Ignazio? Ignazio tidak akan melakukan itu. Ignazio tahu Aku akan memaksanya untuk mendukung usahaku balas dendam dengan Gadis itu.'
Madalena memang memaksa Ignazio dengan cara itu. Dimana Dia dengan sengaja menyuruh orangnya untuk bertemu Kekasih Ignazio, bikin Ignazio cemburu, menganiaya kekasihnya, lalu nanti Dia datang sebagai Dewa Penolong tapi dengan syarat Ignazio harus mau menjadi Pionnya untuk balas dendam. Jika tidak Ignazio akan melihat Kekasihnya terus didekati Pria ini Pria itu. Dan Madalena menjamin Ignazio bisa membunuh semua Kekasihnya itu.
Jika itu terjadi, pasti Austin menghukum Ignazio. Bahkan sangat mungkin membuang Ignazio. Kalo sudah dibuang, Ignazio dapat apa? Bukan kah lebih baik membantu Madalena balas dendam? Tapi Ignazio tidak gentar dengan itu, meski terpaksa Dia membunuh ketiga kekasihnya sebelum bersama Chiara. Tujuannya memang agar Austin membuangnya, dengan begitu Dia terbebas dari Madalena.
Sayangnya karena Madalena sering melakukan teror itu, membuat Ignazio tidak mampu mengendalikan diri saat melihat ada Pria bicara sama Chiara. Ignazio langsung cemburu, dan menyetubuhin Chiara dengan brutal. Saat kesadarannya pulih, Ignazio menyesal bukan main. Dirawatnya Chiara dengan sepenuh hatinya. Membuat Chiara tidak tega marah ke Dia. Chiara tahu Ignazio seperti ini ada alasannya. Dan alasan itu tidak pernah Ignazio buka. Hal lain Chiara tahu Ignazio sangat mencintainya.
Dan memang Ignazio sangat mencintai Chiara. Apa pun yang dibutuhkan Chiara, Ignazio berikan. Ignazio pula membimbing Chiara di semua mata pelajaran, agar Chiara mampu berprestasi di Sekolah. Bahkan Ignazio membuat Chiara mendapat posisi sebagai Chief Human Resque Teenager 1 di Badan Kesehatan Dunia lewat Studi Banding di Tokyo. Ignazio pun sangat baik ke keluarga Chiara, sehingga orangtua Chiara tidak masalah kalo Ignazio disisi Chiara, meski tidak tahu kalo Ignazio memacarin Chiara.
"Mama," Ilario bicara lagi ke Madalena,"Maaf, Rio sudahin dulu ya. Rio masih miting. Mama jaga diri ya." Lalu segera mengakhirin Panggilan Telponnya, dimatikan pula Ponselnya, lalu kembali fokus ke Chiara. Pelan dicium sayang kening Chiara, dibisikan sesuatu, 'Aku tidak membiarkan Ignazio, Mama, atau siapa pun mencelakaimu, meski hanya sehelai rambutmu saja.'
+ TO BE CONTINUE +