Chiara bergidik menatap Ignazio yang melepas kasar seluruh pakaiannya. Tampak tatapan mata Ignazio bengis. Celaka ini, bisik hati Chiara, kenapa juga Aku ladenin Pria itu. Ignazio pencemburu banget.
Ignazio mendekati Chiara, satu tangannya mencengkram wajah Chiara,
"Kenapa Kamu meladenin Ilario, hmm?"
Chiara menelan Salivanya, "Kak, Chiara tidak meladeninnya. Tadi itu Dia menolong Chiara yang nyaris tertimpa beberapa bungkus Biskuit di Rak, saat Chiara berusaha mengambil Biskuit yang Chiara inginkan."
"Kenapa Kamu tidak mencariku untuk mengambilkan Biskuitmu itu?"
"Kakak masih sibuk mencari Pisau Cukur kan? Dan Chiara kan sudah minta izin ke Kakak untuk mencari Biskuit yang Chiara inginkan."
Ignazio terdiam sejenak, mencerna penjelasan Chiara. Dia pelan menghela nafas, sebab semua penjelasan Chiara benar adanya. Namun sejurus kemudian, Dia teringat bagaimana Ilario terpesona ke Chiara, membuat emosinya naik lagi. Cepat Ignazio menelanjangin Chiara, didorong kasar ke Kasur, dan digauli brutal..
"Akhhhh!" Chiara merasa kesakitan karena Rudal milik Ignazio menyentak-sentak keras diliang sempitnya. Tubuhnya sampai bergetar hebat menghentak di atas kasur.
"Kenapa tadi Kamu ngobrol sama Ilario setelah Kamu mendapatkan Biskuitmu?" Ignazio membentak Chiara penuh amarah.
"Akhhhh!!" Chiara masih kesakitan, "Maaf Kak. Aku sudah menghindarinya, tapi dia menghadangku. Dia menanyakan siapa namaku."
"Brengsekkk!" Ignazio kini diremas kasar bergantian Gunung Kembar Chiara.
"Akhhhh..sakit Kak!" rengek Chiara merasa sangat sakit, "Akhhh!" jeritnya lagi sebab satu tangan Ignazio meremas kuat-kuat salah satu Gunung Kembarnya. "Ampun Kak! Ampun!!!" jeritnya tidak mampu menahan rasa sakit yang menderanya ini.
Sementara Ilario di dalam mobil, meremat-remat tangannya, dia melihat kesadisan Ignazio ke Chiara saat ini lewat Ponselnya yang terhubung dengan alat penyadap yang dipasang Matt di kamar Ignazio.
Ignazio sangking marahnya, lupa mengunci pintu masuk, dan juga membiarkan pintu kamar terbuka. Ignazio bahkan tidak melihat Matt diam-diam masuk dan memasang penyadap.
Rematan Ilario kian menguat karena dilihat air mata Chiara berlinang diantara pekikan kesakitan Chiara yang masih digauli brutal sama Ignazio.
Marko disisi Ilario juga geram melihat kesadisan Ignazio ke Chiara.
"Aku pasti membalas semua kesakitanmu, Chiara." Ilario berjanji membalas kesakitan yang diterima Chiara saat ini.
+++
Kantor Golden Pearl
Jakarta, Indonesia
Sabina datang dengan Busana sangat seksi berupa sackdress tali Spaghetti dengan bagian depan menyebulkan sebagian permukaan Gunung Kembarnya. Sackdress ini berwarna Merah Ngejreng. Wajah Sabina dipoles Make Up setebal Adonan Roti yang di Profing dengan bibir dioles Lipstick Merah menyala yang basah.
Sabina dengan Percaya Diri mendekati Pintu Ruang Kerja Ilario, tapi Aster Sekretaris Ilario cepat menghadangnya.
"Kamu mau apa?" Sabina menatap sinis Aster, "Minggir! Saya mau menemui Ilario Kekasih Saya."
"Maaf Bu Sabina." Aster mengerucutkan bibirnya sebab Sabina seenaknya mengaku Ilario adalah Kekasihnya, "Tuan Muda tidak di Ruangannya."
"Lalu Dia kemana?"
"Saya tidak tahu, Bu. Tuan Muda pergi tanpa mengatakan apa pun ditemanin Pak Marko Assistennya."
Sabina mengamati Aster dengan pandangan curiga.
"Kamu bohong kan?"
"Bu Sabina, untuk apa Saya bohong? Tuan Muda memang tidak di Ruangannya. Tidak juga ada di Golden Pearl ini."
"Saya mau cek ke Ruangannya."
"Ee ngga bisa, Bu. Anda bukan keluarganya."
"Eeh saya ini Calon Istri Ilario, tauk!"
Aster menghela nafas, 'Pusing dah Aku. Beberapa Perempuan yang diicip Tuan Muda pada ngaku-ngaku Calon Istri Tuan Muda.'
Sabina segera menarik Aster dari depan Pintu, diraih Handel Pintu.
"Security!" Aster segera berteriak memanggil Security. "Security!" jeritnya lagi.
Sabina terkesiap, memandang ke Aster dengan kesal.
Dua Security segera datang,
"Ada apa Mbak Aster?" tanya Pak Dadang salah satu Security ke Aster.
"Pak, bawa perempuan ini keluar dari Kantor Golden Pearl!" Aster menunjuk Sabina yang kaget melihat kedua Security datang, "Dia memaksa mau masuk ke Ruangan Tuan Muda!" lanjutnya tegas memandang Sabina.
"Eee Saya punya hak masuk ke Ruangan Ilario!" hardik Sabina emosi dan tidak waras, "Ilario itu Calon Suami Saya!"
"Sudah Pak," Aster cepat bicara, "Seret keluar Perempuan ini! Dia sangat mengganggu di sini!"
Kedua Security cepat memegang lengan Sabina, ditarik pergi. Sabina memberontak sambil memaki kesal.
"Lepasin! Kalian jangan kurangajar sama Saya Calon Istri Ilario Sanders!"
"Telan saja kata-kata itu di Perut Anda, Nyonya." Pak Dadang bicara tajam ke Sabina.
+++
Matt dan Pete menyemburkan air dingin ke muka Ignazio. Ignazio saat ini dalam keadaan telanjang, diikat di sebuah tiang. Tangan dan kakinya diikat terentang dikedua palang di Tiang.
Saat Ignazio menyiksa Chiara secara seksual, Ilario menelpon Ignazio. Ignazio yang sangat takut ke kakaknya menjawab telpon itu. Ilario menyuruhnya keluar dari Room Apartment yang disewa Ignazio setelah diusir Austin dari rumah keluarga mereka di Beveryhills Residence USA. Saat sudah keluar, Matt segera memukul tekuk Ignazio, sehingga Ignazio pingsan. Baru kemudian Ilario menyuruh Matt dan Pete membawa Ignazio kemari.
Ignazio terbangun, dan wajahnya langsung dicengkram kasar tangan kekar Ilario, ditatap kakak kembarnya ini.
"Sudah bangun?" tanya Ilario dingin dan menusuk ke jantung siapa pun yang mendengarnya.
"Kamu membawaku karena Aku menolak menemui Mama?"
"Marko!" seru Ilario memanggil Marko.
Marko cepat ke sisi Ilario, dan mengarahkan Ponselnya yang berisi rekaman kesadisan seksual yang dilakukan Ignazio ke Chiara. Ilario mengarahkan wajah Ignazio ke hadapan layar Ponsel. Ignazio kaget bukan main melihat rekaman tersebut yang dia sendiri bergidik.
Ilario cepat putar wajah Ignazio agar melihatnya. Marko masih tetap memegang Ponsel yang menampilkan rekaman kesadisan seksual yang dilakukan Ignazio.
"Kalo Papa melihat rekaman ini," Ilario bicara tenang tapi penuh penekanan mengerikan, "Kamu berakhir di dalam tanah makam."
Ignazio menelan salivanya, tahu kalo itu bisa didapat dari Austin Papa mereka. Ditatap kakak kembarnya yang tegas seperti Papa mereka.
"Kalo Kamu berakhir," Ilario melanjutkan perkataannya, "Untuk kesekian kali air mata Mama bisa mengalir hingga ke Langit." dijitak dua kali jidat Ignazio, "Apa kamu akan terus membuat air mata Mama mengalir hingga ke langit dengan sifat sadismu itu saat kamu cemburu mendapati kekasihmu ngobrol umum dengan Pria selain Kamu?"
"Brengsek!!" Ignazio menyembur marah, "Untuk apa Kamu ikut campur urusanku dan Chiara? Kamu tertarik ya ke Chiara? Kamu lakukan semua ini agar Aku tersingkir, dan Kamu dapatkan Chiara..Jangan bermimpi, Ilario Sanders!"
"Hahaha!!!" Ilario tertawa sarkas, dijitak dua kali jidat Ignazio, "Kamu sangat tahu, Aku mampu meraih apa pun impianku."
"Aku akan membunuhmu..Chiara milikku..selamanya milikku."
PLAKKKK..tangan kekar Ilario menampar keras wajah Ignazio, lalu tangan itu kembali mencengkram kasar wajah Ignazio, dibikin Ignazio menatapnya.
"Kalo dia milikmu, kenapa kamu sadis ke dia?"
"Apa urusanmu dalam hal ini?"
"Kamu lupa, Aku punya Yayasan Mandiri yang melindungi perempuan dan anak dari kekerasan. Kamu melakukan kekerasan terhadap remaja putri yang seharusnya kamu bimbing belajar, sebab remaja itu muridmu di tempatmu mengajar. Hal lain, apa pantas Guru menyetubuhi muridnya yang masih berusia 16 tahun?"
"Kamu sendiri gemar menyetubuhi perempuan, apa aku ikut campur?"
"Aku hanya menyetubuhi perempuan berusia diatas 17 tahun. Itu pun yang bekerja di Club malam atau Tempat Karaoke. Dan tiada aku lakukan dengan sadis, sebab aku inginkan hasratku puas dibadan Mereka."
Ilario lalu menjauhi Ignazio. Marko sudah tahu Ilario mau melakukan apa. Dia segera kasih Ponsel ke Matt, dan mengambil Cambuk dari tangan Pete, segera dikasih ke Ilario.
Ignazio melihat Ilario menggenggam erat pegangan Cambuk. Matanya melotot saat Marko menyumpal mulutnya dengan kain putih yang digulung.
CLETAR..CLETAR..
Ilario melayangkan Cambuk sekuat tenaganya hingga melecut ke tubuh Ignazio yang tanpa busana sedikit pun. Ignazio menggeliat kesakitan, namun tidak bisa menjerit sebab mulutnya disumpel..
CLETAR..CLETAR..
Ilario melecut kembali Cambuknya hingga beberapa kali mendarat di badan Ignazio, menorehkan hiasan-hiasan merah. Ignazio tampak tergeliat kesakitan, namun tiada daya menjerit, sebab kain tetap menyumpal mulutnya. Peluh mulai bercucuran dari tubuhnya yang sudah banyak terhiasi lecutan dari Cambuk Ilario.
Ilario berhenti, mendekatin Ignazio, ditarik keluar kain yang menyumpel dalam mulut Ignazio, ditatap dingin adik kembarnya ini.
"Apa begini Yayasan Mandiri menangani orang yang melakukan kekerasan ke perempuan dan anak?" tanya Ignazio dengan nafas tersengal gegara badannya terasa sakit sangat perih.
"Tidak." sahut Ilario singkat, "Aku lakukan ini karena Kamu adikku. Aku ingin kamu tahu sakit yang diderita Chiara. Chiara tidak bersalah apa pun, kenapa Kamu aniaya brutal dengan seks? Kamu ingin Dia mati, seperti Kamu membuat ketiga pacarmu dulu mati?"
"Untuk apa Kamu melakukan semua ini? Dulu Kamu tidak pernah ikut campur urusanku dengan kekasihku."
"Chiara masih di bawah umur 17 tahun, karena Aku, Dia dianiaya Kamu. Maka Aku bertanggungjawab membalas kesakitannya!"
+ TO BE CONTINUE +