"Bisakah kalian membantu ku?" Ucap suara asing
"Apakah Kak Ajeng mendengar suara? Apakah itu suara hantu?" Tanya Bhatari
"Tolong bantu aku lepas dari perangkap ini." Ucap suara pria.
Ajeng dan Bhatari menatap sekitar, mereka menatap ke sumber suara. Didepannya kini ada seorang pria yang sepertinya sedang terperangkap dalam bronjong kawat untuk menangkap hewan.
"Kamu... Manusia?" Bhatari menatap heran, pria tersebut menatap sinis dua wanita didepannya.
"Aku manusia, bisa kalian bantu melepaskannya? Aku membuat umpan untuk menangkap binatang. Tapi justru aku yang tertangkap." Ucapnya miris
Bhatari dan Ajeng membantu pria itu. Jeratannya pun terlepas, pria tersebut akhirnya bebas.
"Senang sekali bertemu manusia lagi. Siapa namamu?" Tanya Bhatari.
"Aldo, panggil aku Aldo. Aku juga senang bertemu dengan kalian. Setidaknya aku menemukan manusia lain selain temanku." Ucap Aldo.
"Temanmu? Apakah kamu memiliki teman?" Bhatari penasaran. Pria tersebut mengangguk.
"Tapi kalian harus berhati-hati, salah satu temanku terinfeksi virus." Jawab Aldo dengan nada sedih.
"Tidak masalah. Bawa kami bertemu dengan temanmu," ucap Bhatari mantap.
Mereka menyusuri jalanan, hembusan angin membelai pipi mereka dengan lembut. Sampai lah mereka pada rumah singgah yang di huni pemuda tersebut.
"Ini tempatku, di dalam sana ada teman ku yang bernama Max. Ia terinfeksi." Ucap Aldo
Mereka memasuki rumah itu, di dalam sana ada seorang pria yang sudah sekarat dengan virus yang di deritanya.
"Max, aku menemukan manusia lain selain kamu dan Dodi." Ucap Aldo, Max hanya menanggapinya dengan tersenyum tipis.
"Hai Max. Aku Bhatari, dan dia Ajeng" Bhatari memperkenalkan diri.
Mereka akhirnya mengobrol cukup panjang, tiba-tiba seora pria datang menghampiri.
"Siapa mereka, Do?" Ucap pria asing menghampiri.
"Ah sudah pulang dari berburu? Apa yang kamu dapatkan? Ooh ya, mereka orang yang baru ku temui hari ini. Mereka yang menolong ku tadi. Namanya Bhatari dan Ajeng" Ucap Aldo.
"Ah, senang bertemu dengan kalian." Ucap Dodi.
"Duduklah, Dod. Ada yang ingin mereka sampaikan dan mereka butuh persetujuanmu" Ucap Aldo. Dodi menaikan alisnya.
"Begini, saya dan Bhatari berencana mengajak kalian semua tinggal bersama. Kita akan memulai semuanya dari awal. Mencari obat dari virus yang dihadapi oleh temanmu." Ungkap Ajeng
"Saya tidak percaya dengan obat dari virus yang kamu bicarakan, pada kenyataannya sudah banyak ilmuwan yang membuatnya tapi tidak ada yang berhasil. Berhentilah membual dan memberikan harapan semu. Peradaban ini bahkan hampir berakhir." Dodi menolak dengan tegas atas perkataan Ajeng.
"Untuk sekali saja, kita harus bersatu. Saya yakin kita dapat menyelamatkan negeri ini, menyelamatkan teman mu." Ajeng meyakinkan.
"Ngga ada salahnya mencoba, Dod. Seenggaknya kita udah berusaha ketimbang pasrah dengan keadaan." Aldo membujuk
"Terserah lah." Dodi malas menanggapi.
"Terserah mu aku anggap sebagai iya, Dod." Ucap Aldo.
"Hm." Dodi pergi meninggalkan mereka.
Akhirnya mereka pun bersiap-siap menuju tempat Ajeng dan Bhatari tinggal, mulai sekarang mereka akan hidup bersama dan saling bekerjasama satu sama lain. Meski Dodi masih enggan, tapi ia tak punya pilihan lain. Max juga ikut, ia berada pada tandu yang di bawa oleh kedua temannya.
Bhatari membuat portal menuju tempat tinggalnya, hal ini membuat para pria menatapnya tak percaya.
"Bagaimana bisa wanita itu membuat portal? Keren sekali." Itu lah pikiran mereka.
Perlahan kaki mereka melewati portal yang di buat oleh Bhatari, tubuh mereka seolah di tarik dan dengan kecepatan cahaya, mereka sudah sampai pada laboratorium yang sudah dibicarakan.
"Ini adalah laboratorium, tempat ku dan Bhatari." Ucap Ajeng.
Para pria yang masih bingung dengan yang mereka hadapi pun terheran, bagaimana bisa dengan secepat itu mereka sudah berada di tempat baru? Sungguh sangat sulit di nalar.
"Masuklah," ucap Ajeng membuyarkan lamunan mereka.
Setiap malam Ajeng selalu berharap bisa memimpikan sosok pria yang merupakan pemimpinnya di masa depan, dan harapannya kali ini terkabul. Ia bermimpi tentang pria itu, dalam mimpinya pria itu akan bunuh diri di gedung tempatnya dulu magang saat kuliah, gedung tinggi milik orang yang Mahesa kenal, Perusahaan Technological.ic yang berada di dunia lain, dunia yang berbeda dari yang Ajeng tempati sekarang.
Ia harus menyusun rencana agar bisa menggagalkan niat Genta bunuh diri dan ia harus bisa menarik Genta ke dunianya, Genta harus bisa menyelamatkan negerinya.