Chereads / AIMILIOS by Project Mentari / Chapter 18 - Pilihan

Chapter 18 - Pilihan

Pemandangan yang apik dan peralatan yang memadai kini sudah lengkap serta apa yang diimpikan Genta dan lain akhirnya terkabul. Laboratorium yang dulunya hanya sebatas bangunan usang kini mulai beroperasi kembali. Mereka kini sudah benar-benar ingin mengubah dunia yang layak huni dan ramai seperti sedia kala walau pun itu hanya sebuah impian yang mungkin mustahil untuk diwujudkan. Pagi itu Genta bersama lainnya mengadakan rapat untuk membahas sesuatu yang penting untuk kebutuhan mereka. Keterbatasan tenaga dan waktu, mereka mendiskusikan mengenai pembuatan robot yang bisa membantu aktifitas mereka di laboratorium, pasalnya efesien waktu dan kebersihan laboratorium masih sangat minim sehingga ketika kegiatan berakhir semua orang sudah terlanjur lelah dan segera beristirahat.

"Apa kalian setuju mengenai ide yang baru kusampaikan tadi?" tanya Genta pada mereka.

"Setuju!!" jawab mereka serempak.

"Kali ini aku setuju sama pemikiran kamu, dengan membuat robot macam kita jadi nggak perlu repot mengurusi urusan yang nggak penting." Celetuk Dodi.

"Bener tuh, kalo beneran jadi aku bisa istirahat yang tenang. Akhirnya, hahahah" sambung Aldo.

Antusiasme mereka mengenai pembuatan robot itu membuat Genta semakin yakin dan semangat akan membawa perubahan cukup signifikan untun kedepannya. Proses demi proses mereka nikmati dengan penuh keringat dan usaha, instalasi program, penambahan fitur sensor motorik, ketahanan daya baterai dan daya tahan fisik akhirnya terciptalah robot dengan nama 'Merry' dengan harapan ia akan sigap membantu apa yang mereka perlukan.

Pada saat pertama kali beroperasi, Merry ditemukan banyak bug mau pun code yang tidak selaras sehingga perintah mau pun interaksi dengan Genta dan yang lainnya belum di respon olehnya. Genta dan lainnya berusaha keras mencoba memperbaiki kekurangan tersebut, karena Merry merupakan robot pertama yang harus ada dan berjalan dengan semestinya agar kegiatan di laboratorium bisa terbantu dan semuanya bisa beristirahat dengan nyaman.Benar saja, setelah melakukan pembaruan perangkat dan beberapa update komponen selama 2 minggu, kini Merry sudah beroperasi dengan lancar tanpa kesalahan, perbantuan yang Merry berikan membuat Aldo dan Dodi sangat senang, mereka jadi sangat menyanyangi Merry bak seorang ibu yang selalu siap membantu mereka kapan saja dan di mana saja. Genta akhirnya bisa kembali ke rutinitas lainnya dengn beberapa ide yang mungkin saja bisa disetujui seperti saat pembuatan Merry diajukan.

"Apa aku coba saja ya ide ini, lagian juga demi kepentingan banyak orang juga kan ya" Pikir Genta kala itu. Namun dia tidak tau resiko apa yang nantinya ia perbuat dengan ide tersebut. Penolakan sengit muncul ketika Genta menyampaikan ide yang cukup gila ini. Dodi dan terutama Aldo sangat tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Genta.

"Kami ngga setuju ya kalo caranya gini! Apalagi kamu memakai jasad teman kami! Hati kamu mau di taruh mana Hah!" celetuk Dodi dengan nadanya yang tinggi karena terbawa emosi.

"Walau pun aku baru beberapa bulan kenal sama mereka berdua, tapi itu lo ngga berhak nglakuin hal itu demi obsesimu, Genta!!" Sambung Aldo yang ikut terbawa emosi.

Alasan demi alasan Genta cari agar menyakinkan mereka namun tetap saja belum menemukan titik temu. Perselisihan ini cukup panjang dan membuat pekerjaan lain terbengkalai. Melihat kondisi laboratorium seperti ini Ajeng berusaha untuk memecahkan kebuntuan ini, dia teringat akan DNA atau pun gen dapat di ambil dari rambut seseorang bukan sampai mengambil kehidupan seseorang.

"Ayo berkumpul untuk rapat!" teriak Ajeng kepada mereka. Satu persatu mulai memasuki ruangan dengan saling memalingkan wajah.

"Aku tau karena keputusan yang Genta ambil membuat kalian tidak nyaman, jadi aku minta maaf atas dirinya." Pinta Ajeng dengan posisi membungkuk.

"Apa apaan kamu Jeng! Bukan salah kamu untuk membungkuk pada mereka, tapi mereka yang seharusnya setuju dengan ide ku itu!" Teriak Genta sembari menggebrakan meja.

Melihat Genta yang masih berpegang teguh pada pendiriannya, dan ingin meneruskan idenya Dodi ikut naik pitam dibuatnya.

"Heh kamu, yang bener aja kamu mau korbanin temen aku, punya hati ngga si lu!! Dia temen sekaligus keluarga yang berharga bagi aku." Sembari tunjuk menunjuk ke arah Genta.

"DIAMM kalian berdua!!" Seru Ajeng dengan lantangnya bak singa mengaum.

Dodi dan Genta seketika kikuk dibuatnya karena teriakan Ajeng, memang sosok wanita apabila sudah menunjukkan emosinya, lingkungan sekitar mendadak dingin dan mencekam karena aura yang dikeluarkan mereka. Dengan mencoba mengambil nafas dalam-dalam Ajeng mencoba membicarakan kembali mengenai ide Genta dengan kepala dingin.

"Jadi begini, aku tau kekhawatiran kalian dan keputusasaan yang kamu alami, Genta. Kita cuma belum menemukan solusi yang terbaik saja, namun aku tau bagaimana agar semuanya setuju tanpa kehilangan apa-apa lagi."

Mereka pun dengan seksama mulai mendengarkan apa yang Ajeng sampaikan. Pikiran mereka mulai stabil dan terbuka dengan perlahan, dengan adanya itu Max bisa mewujudkan kembali impiannya dengan menaruh tubuhnya ke orang lain, atau pun impian Genta dan lain-lain. Dengan mengambil beberapa helai rambut dari mereka, DNA mereka mulai di duplikasi dengan alat yang di buat oleh Genta, awalnya diharuskan untuk mengorbankan sesorang dengan membuatnya menjadi abu yaitu mayat Max. Namun, dengan opsi lain. Dengan sehelai rambut, kini Max bisa tenang di sebuah alat inkubasi. Alat ini berguna untuk mengawetkan mayat yang terjangkit virus tersebut agar bisa di teliti, karena Max merupakan penduduk terakhir yang terjangkit dan masih bisa dijadikan sebuah eksperimen yang dapat merubah dunia.

"Kali ini aku setuju dengan pendapat Ajeng, dengan begini Max tidak merasakan sakit kembali." Tutur Dodi.

"Aku minta maaf sebelumnya sudah membuat kalian khawatir, cemas dan marah sebagai pemimpin seharusnya aku tak egois dan mendengarkan pendapat kalian. Sekali lagi dengan tulus aku minta maaf dengan sebaik-baiknya." Pinta Genta sembari membungkukan badannya.

"Kami juga minta maaf yang sebanyak-banyaknya karena sudah membantah apa yang seharusnya dituruti oleh kami, kami belum profesional dan amatir sekali." Jawab Aldo sebagai perwakilan.

"Tidak-tidak, kalian sudah sepantasnya begitu, kita tak seharusnya mengorbankan kembali seseorang yang berharga termasuk Max sekali pun. Dia pasti setuju dengan pendapat kalian, aku tau itu." Sambung Genta.

Kegiatan laboratorium kini mulai kondusif kembali. Persiapan untuk uji coba cloning sudah berjalan 45% dan saatnya menambah data serta waktu yang belum dapat diperkirakan kapan rampungnya karena eksperimen ini menggunakan alat yang seadanya sehingga proses yang dilakukan cukup panjang.

"Bagaimana perkembangan eksperimen kita? Apakah ada perubahan signifikan?" Tanya Genta kepada mereka.

"Untuk saat ini sudah cukup baik, tinggal nanti kita uji coba apa kah sesuai ekspetasi kita atau tidak." Seru Dodi.

"Kamu tenang saja, kami bisa diandelin dan di percaya, apa lagi kini sudah ada Merry robot ibu kita semua," goda Aldi.

Melihat keoptimisan mereka, Genta cukup lega dan tidak perlu khawatir kembali mengenai eksperimen itu. Sementara itu Ajeng dan Bhatari kini bertugas di bagian garda belakang mulai dari makanan, lahan pertanian mau pun pertenakan yang tidak sengaja dipikirikan oleh Bhatari. Walau pun masih remaja, ia cukup pintar untuk anak seumuran dia. Dia membuat pagar yang berisikan binatang-binatang liar untuk dibudidayakn sebagai kebutuhan konsumtif sehingga apabila mereka lapar, daging atau sayuran sudah siap sedia.

Beralih ke Genta, dia saat ini diam-diam menyembunyikan sesuatu hal yang besar yang membuat perubahan besar apa bila berhasil, namun ia masih ragu dengan apa atau siapa alat yang dia buat akan digunakannya. Tentu saja apabila Max menjadi kelinci percobaannya, Aldi dan Doni akan bersikeras menolaknya dan akan terjadi perselisihan kembali.