Era pembangunan terus berjalan dan perubahan semakin marak. Pembangunan jalan serta gedung-gedung pencakar langit seakan tak masuk akal. Penggerusakan lahan pertanian, penggundulan hutan serta perusakan sungai mereka lakukan hanya karena keserakahan kaum-kaum elit di luar sana. Kerusakan habitat asli dari hewan dalam hutan pun mulai menjalar ke penduduk desa, bagaimana tidak? Rusaknya sungai tempat perairan utama dalam hutan hancur karena traktor-traktor besar merampok batu-batu kali yang akan dijadikan pondasi pembangunan, habisnya pohon-pohon sumber oksigen serta pengerukan yang menjadikan tanah tidak stabil dan terjadilah tanah longsor. Akibatnya, banyak hewan yang masuk kerumah warga karena kelaparan dan tak jarang pula hewan yang saling bunuh dan memakan daging saudaranya yang telah mati atau bahkan bangkai hewan lain yang mungkin saja terkontaminasi oleh bakteri.
Keserakahan yang tidak ada puasnya membuat oknum-oknum tertentu berjalan tanpa merasa bersalah dan mengorbankan buruh-buruh yang hanya mengangguk saat disuruh, bukan karena laba besar yang mereka terima, namun karena kebutuhan perut dan anak yang merengek dirumah menunggu pasokan makanan. Analogi yang miskin semakin miskin, yang kaya makin kaya mungkin sesuai dengan keadaan saat ini. Hal ini sesuai dengan seorang pengusaha muda yang memiliki usaha ayam potong, ia ingin menghasilkan ayam yang siap jual dengan harga yang menjulang tinggi namun tak ingin mengeluarkan kocek untuk merawat ayam agar menjadi ayam yang berkualitas dan sesuai dengan harga jual yang melambung. Dengan liciknya ia suntikkan air pada ayam lapisan kulit yang menempel pada daging ayam yang sudah dipotong. Pengusaha tersebut juga menemukan celah untuk memanfaatkan kondisi tersebut, dengan piciknya ia memasukkan campuran limbah ke makanan ayam demi mengeluarkan biaya pakan yang minim dengan hasil yang maksimal. Benar saja, Ayam yang mendapat pakan tersebut lebih menjadi besar dan berdaging. Hal inilah yang membuat pedagang ayam mendapatkan untung segunung dengan modal sekecil mungkin.
Nahas, ayam-ayam hasil permainan pengusaha itu terjual cukup banyak dan banyak dikonsumsi masyarakat. Beberapa orang dengan kekebalan tubuh yang tinggi tidak berpengaruh apa pun. Namun, masyarakat yang memiliki kekebalan tubuh cukup rendah mendapat gejala yang berbeda. Seperti sesak nafas, panas tinggi berhari-hari, mual dan muntah hingga beberapa kali dalam jangka satu hari, beberapa orang bahkan membutuhkan tabung oksigen untuk membantu proses bernafas, dari situ terciptalah hipotesis sementara yang menyatakan bahwa orang tersebut hanya keracunan makanan. Beberapa orang yang memiliki gejala tersebut bebas berpergian dan berkerumun dengan banyak orang, ada yang pergi kerja, kuliah, sekolah bahkan pergi liburan ke beberapa destinasi wisata didalam maupun dilaur negeri. Hal yang masih dianggap wajar jika batuk atau pilek karena cuaca yang tidak menentu dan pola makan yang kurang sehat, hingga salah seorang masyarakat jatuh pingsan ditengah kerumunan orang, orang yang melihat hal itu pun segera memanggil ambulance dan membawanya ke rumah sakit.
Pengecekan dokter hanya menunjukkan pasien tidak sakit apa pun dan hanya kelelahan karena terlalu banyak berkativitas, namun dokter tersebut masih merasa ragu dengan diagnosanya. Dengan tegasnya dokter meminta ijin pada keluarga pasien untuk melakukan pengecekan darah, syukur saja keluarga pasien menyetujui saran dari dokter. Pengecekan pun dilakukan dan perlu beberapa jam untuk mendapatkan hasil. Selang beberapa jam berlalu, dokter, pasien dan keluarga pasien membuka hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa pasien tersebut terkenal virus influenza type A. Virus yang diperoleh dari hewan dan menular ke manusia, virus yang dapat ditularkan pula ke manusia lainnya lewat kontak fisik, darah, dan cairan. Ingat punya ingat, orang itu rupanya pernah memakan ayam yang dihasilkan oleh pengusaha licik yang mencampurkan limbah kedalam makanan ayam serta menyuntikkan air kedalam tubuh agar agar nampak sehat dan berdaging. Namun dokter tidak ingin membuat spekulasi yang bisa saja menghancurkan usaha orang lain, ia hanya berpikir bahwa dirinya tertular virus ini karena kebiasaannya mengikuti perjalanan bisnis tanpa melakukan protokol kesehatan. Selang beberapa waktu, banyak pasien yang datang dengan gejala yang sama. Sesak nafas, batuk, pusing hingga nyeri sendi. Dokter pun menyarankan semua perawat menggunakan pakaian rapat agar tidak tertular virus yang belum diketahui namanya, semua perawat menurut dan mulai melakukan pengobatan.
Hari demi hari berjalan dan pasien terus menumpuk disetiap rumah sakit hingga tercetuslah pakaian yang disebut APD atau yang bisa dikenal sebagai Alat Pelindung Diri. Alat pelindung diri adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam bekerja yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. Hal ini dilakukan agar semua perawat dan dokter yang berhadapan langsung dengan penderita virut itu tidak terinveksi dan membahayan orang lain. Isosali pun dilakukan agar tidak terjadinya penularan, namun manusia-manusia yang keras kepala menolak melakukan isolasi dan beranggapa bahwa mereka hanya mengidap penyakit flu ringan. Manusia-manusia inilah yang membuat geram masyarakat dan membuat sebuah deklarasi yang berisikan larangan berpergian keluar kota maupun negeri, menjaga jarak, menggunakan masker, mencuci tangan dan menajaga etika batuk yaitu dengan menutup mulut setra hidung menggunakan siku saat batuk atau bersin.
Lagi dan lagi, sebuah peraturan yang dibuat oleh pemerintah namun dilangkar pula oleh pemerintah. Beberapa orang ber 'uang' memutuskan pergi ke luar negeri untuk melakukan perjalanan bisnis, seharusnya orang-orang tersbut harus diadili dimeja hijau dan mendapatkan sanksi atas apa yang mereka lakukan. Namun entah apa yang mereka lakukan sehingga terbebas dari segala macam hukuman, bukan heran atau marah yang orang lain lakukan. Mereka hanya menertawakan lelucon busuk yang dilakukan elit-elit hebat dalam menghadapi dunia. Yup, tentu tak perlu lagi dijelaskan bagaimana orang-orang tersebut dapat dengan bebas keluar masuk luar negeri saat negaranya mempunyai larangan dalam berpergian. Hal itulah yang membuat maraknya orang–orang baru yang terinfeksi virus dan terpaksa menjalani isolasi mandiri karena penuhnya rumah sakit. Dunia semakin kacau dan berantakan, banyak mayat-mayat tergeletak dipinggir jalan, dalam kendaraan umum bagaikan lembaran daun kering yang jatuh tertiup angin. Melejitnya jumlah kematian dipenjuru kota bahkan dunia, obat yang belum ditemukan dan tumbangnya garda terdepan kesehatan membuat beberapa rumah sakit semakin berantakan dan tak terkontrol lagi, bahkan beberapa pasien terpaksa tidur di basemen bawah tanah rumah sakit karena kelangkaan ruangan. Berbekalkan ruangan khusus yang dapat dibongkar pasang sewaktu-waktu, setidaknya agar tidak terjadi penularan virus lain dari satu pasien ke pasien lainnya Inilah awal mulai terbentuknya dunia yang kacau balau karena kekemarukan elit-elit dunia dan oknum oknum ternama.