Dengan keadaan yang hampir sama, keduanya diletakkan dalam sebuah ruangan yang bersebelahan dengan pasien laki-laki yang terkenal dengan hobi berjudinya. Ruangan gelap dengan lampu remang-remang dan jauh dari kebisingan. Namun keduanya tidak diikat dan dibiarkan bebas bergerak, pasien yang awalnya di pasung hanya bisa diam terduduk memandangi seisi ruangan. Sedangkan pasien yang di paksa mencoba melepaskan diri dari obat terlarang hanya duduk di atas ranjang dengan pikiran yang melayang, gadis itu tak henti-hentinya mengoceh sejak kedatangannya ke rumah sakit siang tadi.
"Misi selanjutnya, aku harus menemukan pil itu sebelum gerbang tertutup, aku nggak punya waktu lagi," celoteh gadis berambut pirang dengan tatapan kosong dan kemudian menggigit-gigit kuku jarinya hingga berdarah. Gadis itu berhalusinasi bahwa dirinya telah melewati ruang dan waktu untuk mendapatkan obat yang selama ini membuatnya jatuh kedalam jurang kesengsaraan.
Di kamar sebelahnya, mendengar ada seseorang yang sedang berbicara, gadis yang dulunya di pasung itu pun membuka suara, seakan mereka saling mengenal dan pernah menjalani hidup yang sama. Lirih suaranya tak terdengar karena selama itulah dirinya tidak dapat mengeluarkan suara akibat trauma yang ia rasakan selama ini, usaha demi usaha membuahkan hasilnya. Suaranya serak nampak malu-malu menyeruak dari bibirnya.
"Aku di mimpi siapa ini? Mimpiku kan udah hancur, hahahaha." Seru gadis itu tertawa dan kemudian menangis dengan sesenggukan.
"Aku harus keluar dari mimpi ini, keluar!!" seru gadis itu dengan air mata yang masih berlinang di pipinya.
"Keluar! Keluar! Keluar!" seru gadis itu dengan matanya yang terus terpejam dan tangannya seakan meraih-raih sesuatu didepan wajahnya.
Mendengar suara brisik di sebelah ruangannya, pasien laki-laki itu pun membuka matanya dengan tatapan yang kosong namun mulutnya seakan merapal nomor yang diprediksinya akan keluar dan membuatnya menang dalam permainan judi kali ini. Dengan nada sombong dan arogannya laki-laki itu mengucapkan sesuatu yang sangat aneh mengenai obat, chip dan kekuatan yang akan ia berikan kepada siapa saja yang mau membantunya dalam sebuah project yaitu memenangkan perjudian online yang bisa saja ia retas menggunakan alat khusus yang sedang ia buat. Alat yang menggunakan chip dan diletakkan dipangkal otak dapat membantu siapa saja yang akan bermain judi agar mudah memprediksi nomor yang akan keluar nantinya.
Semuanya berawal biasa saja, layaknya orang yang mempunyai imajinasi masing-masing mengenai apa yang sedang mereka lakukan. Namun, keadaan berubah dalam seketika. Ketiganya tiba-tiba saja kejang dengan mata yang hampir keseluruhannya memutih, perawat yang melihat itu pun mencoba menghubungi dokter-dokter yang bertanggung jawab menangani pasien itu. Terlihat tiga orang dokter dengan jas putih masing-masing memasuki ruangan pasien yang telah ditentukan sebelumnya, dokter senior yang berasal dari Negara Spayol bernama Dokter Max memasuki ruangan pasien laki-laki yang terus memberontak di ranjang dengan tangan dan kaki yang masih terikat. Dokter Aldo memasuki ruangan pasien berambut pirang yang masih memberontak dengan beberapa perawat memegangi tubuhnya, sementara dokter baru bernama Dokter Dodi memasuki ruangan gadis pasung yang sama-sama memberontak dengan tubuh yang bergetar sangat hebat. Ketiganya segera menyuntikkan sebuah obat penenang yang bisa saja membuat ketiga pasien itu diam dan tidak lagi memberontak atau bahkan menyakiti perawat di sana. Ketiga pasien tumbang di ruangan masing-masing dengan dokter dan perawat yang menanganinya. Mereka terkapar dengan sebuah gambar bunga tulip yang terlihat di belakang telinga mereka, sebuah kode untuk pasien uji coba khusus yang diberikan pada psien yang dirasa perlu penanganan khusus. Setelah menyuntikkan sebuah cairan, ketiga dokter itu lalu keluar dan bertemu di ujung lorong,
"Sepertinya ketiganya sudah harus kita masukkan dalam satu ruangan agar check up aman," ujar salah seorang dari ketiga dokter.
"Iya, gadis pirang itu udah mulai nunjukin reaksi penolakan terhadap uji coba alam bawah sadar yang saya masukkan." Jawab dokter bernama Aldo.
"Gadis itu juga demikian." Jawab Dokter Dodi dengan perasaan gelisah dan keringat yang terus bercucuran membasahi jas putih kedokterannya.
"Tidak, kejang-kejang ini memang awal yang baik untuk pencucian dan pengembangan alam bawah sadar otak. Pasien lama itu malah sangat meresponnya dengan alami tetang apa yang saya proyeksi dalam otaknya," Bantah dokter asing bernama Max dengan Bahasa Indonesianya yang terbata-bata.
"Kita harus memasukkan ketiganya, jika apa yg kita lakukan terlalu ceroboh dan diketahui pihak luar, ini bisa bahaya."
Ketiga dokter itu pun memindahkan ruangan ketiga pasien itu ke tempat yang lebih jauh dari jangkauan dan hanya beberapa perawat saja yang diperbolehkan mengurus ketiga pasien itu, tentunya perawat yang sangat mereka percaya masing-masing dan telah mereka set up untuk tidak membocorkan semua informasi yang mereka punya dengan dalih yang berbeda sesuai dengan kebutuhan perawat itu masing-masing.