Chereads / Dinamis / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

Pagi ini Alzam bertemu langsung dengan pewaris perusahaan ternama yaitu Arya. Tanpa panjang lebar Arya langsung memyebut nama Alzam dan menyuruh nya duduk di sofa.

"Alzam, mau minum apa?

"saya cuma ingin tau kenapa ayah saya bisa sampai bersalah?"

Arya tersenyum sambil meminta minuman hangat kepada sekertaris nya yang berada di luar

"jika anda ingin tau kejadiannya seperti apa, anda harus berpikir jernih, jangan pakek emosi, nanti yang ada hanya akan membuat bajingan yang menjebak ayah anda semakin senang, ingat disini yang jadi korban bukan cuma ayahmu tapi juga ayahku"

"maaf aku terbawa emosi, silakan lanjutkan"

Arya pun melanjutakan ceritanya di mulai ia ingin memulai kerja sama dengan Dinamis hingga kini ia juga berniat menghancurkan Dinamis.

"jadi ayah ku di jebak untuk membunuh ayahmu, dan Dinamis berpura-pura baik untuk membantu mencari pembunuh nya padahal hanya mengkambing hitamkan ayah ku sebagai pembunuh ayah mu"

"awalnya aku juga tidak tau tapi satu-satunya perusahaan yang sanggup dan ingin memgambil semua milik Ener hanyalah Bruno direktur dari Perusahan Dinamis"

"lalu kenapa kau tidak melapor polisi?!"

"Buka matamu bocah! kau pikir kenapa ayahmu bisa tertangkap?! apakah polisi menngkap ayahmu karena mereka yakin ayahmu pembunuh nya?! tidak"

"maksud mu mereka..."

"tepat!"

Alzam pun terdiam sejenak dan merasa kesal dengan apa yang telah terjadi, ia mengepal tangannya dan berbisik kepada dirinya sendiri

"Aku akan menghancurkan Dinamis!"

Alzam berdiri lalu berjalan cepat ke arah pintu. Lalu Toni bergegas menghalangi jalannya dengan berdiri di depan pintu

"minggir kau!"

Arya pun berdiri sambil melihat ke arah Alzam lalu berkata

"Dasar kau ini memang layak di panggil bocah, apa kau tidak menangkap maksudku!"

"kau hanya diam saja meliha! ayah mu Mati!"

"Tidak bodoh!, sudah ku katakan Bruno adalah satu-satunya orang yang bisa menghancurkan perusahaan ini, itu berarti dia bukan orang sembarangan, kau dan aku mempunyai musuh yang sama jika ingin membalasnya kau butuh rencana!"

Alzam kembali berjalan ke arah sofa dan duduk kembali. Sekertaris Arya pun datang membawakan minuman hangat agar Alzam menjadi tenang.

"minumlah ini adalah teh khas keluarga ku, bisa membuat pikiran tenang"

Alzam pun mengambil cangkir itu dan meminum teh nya. Arya melanjutkan pembicaraan

"Aku telah membuat sebuah rencana untuk menghancurkan Dinamis dari dalam"

"Caranya?"

"aku akan menjelaskan semuanya, tapi dengan syarat kau harus mau ikut di dalammya"

"maksudmu kau ingin aku bergabung kedalam rencanamu?"

"tepat sekali, aku baru saja tau beberapa hari yang lalu kalau kau memiliki kecerdasan yang luar biasa dan memiliki bakat olahraga terutama tubuh mu yang hampir sempurna untuk bela diri"

"apa maksudmu?"

Alzam hanya bingung dan penasaran rencana seperti apa yang telah di buat oleh Arya, apakah Alzam bisa mempercayainya atau tidak

"aku akan memberitaukan sedikit rencanaku, aku berniat mengirimu ke rusia untuk melanjutkan pendidikan serta melatih menjadi seorang yang profesional hingga kau siap menghancurkan Dinamis secara perlahan karena itu kau perlu belajar"

"berapa lama?"

"Itu semua tergantung dirimu dan kau tidak perlu khawatir soal biaya semuanya biar aku yang mengaturnya, setelah itu baru kita akan ke tahap selanjutnya, bagaimana apa kau tertarik?"

"apa aku harus membuat nama julukan?"

"nama itu akan tercipta dengan sendirinya dan perlu kau ketahui tempat ini bukan tempat seperti yang kau kira, tempat ini seperti nerakanya dunia"

"Beri aku waktu satu malam untuk berpikir"

Alzam kembali berjalan pulang, ia tak ingin di antar pulang lalu berjalan keluar perusahaan sendirian sambil memikirkan tawaran bekerja sama untuk membalaskan kematian ayah nya dengan menghancurkan Dinamis. Arya berdiri di depan kaca ruangannya sambil melihat kebawah melihat Alzam berjalan sendirian. Lali Toni menhampiri Arya sambil bertanya kepada Arya

"Bos apa perlu mengikuti dan menjaganya malam ini?"

"Tidak perlu, dia anak yang cerdas, dia pasti akan kembali kesini, siapkan saja segalanya, kita akan memulai rencana nya saat dia tiba di sini, Dinamis harus hancur mereka harus membayar apa yang telah mereka perbuat terhadap ayahku dan orang yang tidak bersalah!"

Alzam berjalan menuju pemakaman tempat ayah nya di makamkan dan berbicara kepada makam ayahnya, ia beebicara seolah-olah seperti ayahnya masih hidup. Dia bercerita masa lalu saat bersama ayahnya lalu bercerita kehidupannya di Inggris bahwa ia tidak begitu suka karena ia tidak bisa bertemu dengan ayahnya dan juga Alzam bercerita bahwa dia tidak memiliki banyak teman di sana hanya mengenal beberapa orang tapi tidak begitu dekat, karena Alzam mencoba untuk menjauhi masalah jika ia mendapat masalah ia bisa kehilangan beasiswa nya dan harus membayar uang sekolah itu hanya akan membebani ayahnya. Ia tak ingin itu semua terjadi namun sayang nya semua yang telah ia lakukan menjadi sia-sia, Alzam malah kehilangan ayahnya di saat ia akan menemui ayahnya setelah bertahun-tahun tak melihat wajah ayahnya. Setelah lama di makam ayahnya ia kembali ke apartemennya.

Hari esok pun tiba hingga jam 9 pagi belum ada kabar tentang jawaban dari Alzam. Toni pun sedikit bingung karena bosnya Arya sangat yakin dan peecaya bahwa Alzam akan menjalankan rencana ini. Arya pun yang sedang duduk di ruangannya berdiri dan mengambil jasnya dan pergi menuju lift bersama Toni. Saat di dalam lift Toni gelisah karena dia harus memikirkan cara lain untuk menghancurkan Dinamis lantaran ia berpikir bahwa Alzam tak akan datang. Namun tidak dengan Arya yang hanya bersikap tenang. Pintu lift terbuka mereka berdua berjalan ke arah mobil, saat sedang akan menaiki mobil mereka mendengar suara sepeda dan suara pegawainya karena sepeda itu hampir menabrak pegawainya. Lalu si pengendara sepeda itu pun berhenti tepat di belakang mobil yang akan di naiki Arya dan Toni. Lalu si pengendara membuka helm sepedanya dan masker yang ia kenakan, ternyata itu adalah Alzam yang mengendarai sepeda dengan terburu-buru.

"Maaf telat, aku bangun terlalu siang"

Arya hanya diam lalu tersenyum melihat kedatangan Alzam tepat di saat ia akan pergi ke suatu tempat. Toni yang sedang memakai kacamata membuka kacamatanya karena terkejut Alzam yang telah datang sesuai dengan perkataan bosnya. Arya hanya berkata

"Aku pikir kau akan jalan kaki, naiklah"

"kau ingin aku ikut pergi denganmu? bukankah sebaiknya kita berbicara dulu"

Arya pun langsung menaiki mobilnya, Alzam yang berpikir akan berbicara di ruangannya Arya malah di suruh untuk menaiki mobilnya. Toni yang tadi nya terkejuut kini ia tersenyum

"hei kita akan bicara tapi tidak disini"

"lalu dimana?"

"kau akan segera mengetahuinya"

Toni pun membuka kan pintu untuk Alzam sambil mengarahkan kepalanya ke arah mobil, Alzam pun meninggalkan sepeda dan helmnya di sana lalu berjalan ke arah mobil

"bagaimana dengan sepedeku, itu pemberian ayahku dulu"

Sepeda yang di letakan oleh Alzam adalah sepeda kesayangannya dulu sewaktu ia masih kecil karena itu adalah hadiah dari ayahnya

"tak perlu kawatir, hei sekuriti jaga sepeda itu jangan lecet"

"siap pak!"

mereka pun menaiki mobil itu

"Toni jalan sekarang"

"harus kah kau memberitauku tujuan kita?"

"bukankah Toni sudah memberitaumu"

"dia hanya bilang..."

"tepat sekali, sebelum itu kita akan membeli perlengkapanmu dulu"

"perlengkapan?"

"jika kau akan perang kau harus menyiapkan senjatamu Alzam"

"yaah kau benar perang akan segera di mulai"

mobil itu pun bergerak maju menuju suatu tempat, setelah itu meraka langsung mengantar Alzam ke bandara untuk bersiap-siap keberangkatan Alzam menuju ke Moskow ibu kota Rusia. Saat di bandara Arya hanya mengingatkan Alzam tujuan dia berada di Rusia.

"Berhati-hatilah ini tidak akan mudah, ingat lah selalu ayahmu di saat kau sedang susah, itu akan menambah keberanian dan semangatmu"

"baik terimakasih sarannya"

Lali Toni memberikan tiket pesawat dan sebuah telephone yang sudah di atur hanya untuk menelpon Toni dan Arya jika ada keperluan atau keadaan darurat, lalu memberikan sejuamlah uang untuk membeli telephone lainnya agar ia tetap bisa bergaul di sana

"Saat kau tiba di sana akan ada yang menjeput mu, tunjukan saja cincin ini, dia akan mengantarmu ke tempat tujuammu"

"baik apa ada hal lain lagi"

"untuk ku hanya itu, sampai bertemu lagi bocah, saat itu kau akan menunjukan hasil latihanmu padaku"

"Saat itu sudah bukan bocah yang kau kenal"

Toni hanya tersenyum mendengar perkataan Alzam

"Alzam ingatlah yang aku katakan tadi"

"Akan ku ingat"

"Sampai ketemu lagi partner"

Mereka pun bersalaman dan berpisah di sana. Alzam pergi berangkat ke Rusia. Arya dan Toni kembali ke mobil menuju suatu tempat.

"Bos apakah Alzam akan berhasil?"

"itu tergantung pada dirinya sendiri"

"lalu apa yang membuatmu berpikir untuk mengirimnya ke Rusia?"

"Aku melihat bakat, kekuatan, keberhasilan ada padanya, dan dia tidak terjerumus, berjalan tanpa tujuan hanya berada di kegelapan seperti diriku yang dulu, ia berdiri layaknya seperti pemimpin dengan hati yang bersih yang tak bisa di nodai, karena itu lah aku mengirimnya kesana, dia akan baik-baik saja"

Alzam peegi belajar dan berlatih di Rusia hanya untuk satu tujuan yaitu menghancurkan Dinamia sekaligus membalaskan dendam orang-orang yang telah menjadi korban, termasuk ayahnya yang telah menjadi tumbal dari rencana Bruno.