Chereads / LOVE AND THE REVENGE / Chapter 4 - HARI PERTAMA

Chapter 4 - HARI PERTAMA

Pagi sekali Alexandra sudah berdandan dengan cantik. Ia memakai pakaian yang menurutnya rapi dan masih terlihat baik. Setelah itu, ia langsung berpamitan kepada sang ibu untuk pergi bekerja.

"Kau yakin akan bekerja di sana?" tanya Andini. Rasanya saat ini ia seperti tengah melepaskan sang putri untuk berangkat ke medan peperangan.

Alexandra tertawa geli melihat wajah Andini yang tampak cemas itu.

"Bu, aku ini mau bekerja bukan mau pergi perang. Ibu doakan saja ya, supaya hari pertamaku lancar dan bosku puas dengan hasil kerjaku."

"Bosmu sudah tua?"

Tawa Alexandra pecah seketika, ia menggelengkan kepalanya perlahan.

"Nggak, dia masih muda kok. Emang kalo dia sudah tua kenapa? Trus kalo masih muda juga kenapa, Bu?" tanya Alexandra.

Andini menghela napas panjang. Bayangan di malam itu kembali hadir di ingatan. Lelaki itu yang sudah merenggut kesuciannya dan membuatnya mengandung Alexandra. Ya, Andini sangat yakin lelaki itu adalah ayah biologis Alexandra karena setelah malam itu dia tidak pernah berhubungan dengan lelaki mana pun.

Jadi, saat mengetahui Alexandra harus bekerja di LA RUE. Andini merasa sangat khawatir.

"Jaman sekarang, lelaki tua itu sukanya daun muda. Nanti kalo kamu digoda trus amit-amit dijadikan istri kedua gimana?"

"Ibu ini kebanyakan nonton sinetron. Aku juga mikir deh, Bu. Masa iya aku mau jadi istri kedua. Atau jadi simpanan. Udah ah, aku harus bekerja. Jangan sampai bosku datang lebih dulu dari aku. Bisa-bisa bahaya nanti."

Alexandra langsung menarik tangan kanan sang ibu dan menciumnya kemudian ia pun menyambar tasnya dan bergegas pergi. Ia tidak mau hari pertamanya ini terlambat dan harus menerima omelan dari Evan.

Dengan menggunakan kendaraan umum, Alexandra berangkat ke kantor. Gadis cantik itu tampak sangat bersemangat. Ia memang sudah lama sekali menginginkan pekerjaan ini.

Hanya 45 menit waktu yang harus ditempuh oleh Alexandra dari rumah menuju ke kantornya. Dan begitu ia tiba, gadis itu langsung berlari menuju lift dan naik ke atas.

Dengan napas sedikit tersengal, Alexandra bergegas menuju ke pantry. Ia ingat jika Diana mengatakan Evan suka roti bakar dan kopi. Maka dengan cekatan ia pun segera membuat roti bakar dan kopi.

"Hai, selamat pagi Mbak. Mbak ini pasti sekretaris Pak Evan yang baru. Kenalkan nama saya Tuti. Saya ketua OG alias office girl di kantor ini."

Alexandra tersenyum ramah kepada gadis yang menyapanya.Ia pun langsung mengulurkan tangannya.

"Alexandra. Mbak bisa panggil aku Lexa saja," katanya.

"Waah, Mbak Lexa ramah sekali. Nggak kayak sekretaris sebelumnya. Untung aja dia cepet berhenti."

"Hihihi ... pamali, Mbak. Pagi-pagi udah ghibah. Ya udah, saya bawa ini ke ruangan Pak Evan dulu. Keburu dia datang nanti bisa berabe," kata Alexandra.

"Semoga lancar di hari pertama ini, ya. Semangat, Mbak," kata Tuti ceria.

Alexandra pun segera melangkah menuju ke ruangan Evan. Tepat pada saat ia selesai menaruh kopi dan roti di atas meja, pintu ruangan itu terbuka lebar dan Evan muncul dari balik pintu.

"Wah, ternyata kau tepat waktu juga. Well, kita mulai dengan tugas pertamamu. Kau boleh menyiapkan laporan yang sudah aku kirim ke emailmu. Itu tugasmu hari ini. Jika sudah siap, kau bawa ke ruangan ini. Aku mau semua file itu kau susun dengan rapi dan selesai sebelum jam makan siang. Setelah itu kau harus ikut aku meeting di luar kantor dan kita makan siang di luar. Sampai sini paham?"

Alexandra mengangguk dengan tegas, "Paham, Pak. Kalau begitu saya permisi," jawabnya. Evan mengangguk. Pemuda tampan itu hanya memandang punggung sekretaris barunya itu lalu duduk di kursi kerjanya.

Perlahan ia meraih cangkir kopi dan menciumnya terlebih dahulu. Kebiasaan Evan selalu mencium aroma kopi sebelum menghirupnya. Dan kali ini ia harus mengakui satu hal, kopi buatan Alexandra adalah kopi yang paling nikmat yang pernah ia minum.

Kemudian, ia beralih ke roti bakar. Dan saat mengigitnya, pemuda itu kembali merasakan sensasi nikmat. Sekilas, roti itu terlihat sama dengan roti yang biasa. Tapi, rasanya lebih lembut dan juga ada coklat yang meleleh lumer di mulut membuat sensasi rasa tersendiri.

"Hmm ... rupanya dia pintar juga membuat hidangan sederhana menjadi nikmat begini," gumam Evan sambil tersenyum.

Pagi itu, seperti biasa Diana harus memberikan beberapa berkas untuk ditandatangani oleh Evan. Dan ia melihat bosnya itu terlihat sangat cerah dan di bibirnya melengkung senyuman. Suatu hal yang sangat jarang Diana lihat.

"Selamat pagi, Pak. Saya bawakan Bapak beberapa berkas yang kemarin Anda minta," kata Diana. Evan mengangkat wajahnya dan tersenyum kepada Diana.

"Terima kasih, Bu. Letakkan saja di situ, nanti saya periksa. Jika sudah saya tandatangani saya akan minta Alexa mengantarkan ke ruangan Anda."

"Baik, Pak. Hmm ... Anda sedang senang hari ini, Pak?"

Evan tersenyum, "Apa saya kelihatan sedang bahagia?" tanyanya.

"Biasanya, Anda selalu cemberut di pagi hari. Jadi, tumben Anda pagi ini ceria sekali," jawab Diana.

"Mungkin karena rasa secangkir kopi dan roti bakar pagi ini berbeda sehingga mood saya sedikit lebih baik," jawab Evan.

Diana hanya menaikkan alisnya dan tersenyum. Tetapi, dalam hati ia tahu ini pasti ada hubungannya dengan kehadiran Alexandra.

'Semoga saja gadis itu betah bekerja di sini. Rasanya aku lelah terus menerus membuka lowongan pekerjaan untuk jabatan sekretaris,' gumam Diana dalam hati.

Ya, dalam beberapa bulan ini entah sudah berapa banyak sekretaris yang dipecat atau mengundurkan diri karena tidak kuat menghadapi sikap Evan dan juga mengerjakan tugas yang diberikan oleh pemuda itu.

Dan hal yang paling mendasar adalah kopi dan roti di pagi hari. Sebenarnya sepele tapi, Evan sangat pemilih. Jika ia merasa tidak enak maka tak segan ia akan mengomel sepanjang hari. Terkadang, Diana sendiri bingung, bukankah ada petugas pantry yang bisa diminta untuk membuatkan kopi dan roti. Kenapa harus sekretaris juga?

Tapi, Diana tidak berani bertanya. Di sini posisinya hanya sebagai pegawai dan juga salah satu orang kepercayaan David Romano- ayah Evan.

Diana memang sudah sangat lama bekerja di LA RUE COSMETIC, sejak Ayah Evan masih menjabat sebagai CEO. Tetapi, sudah empat tahun ini jabatan itu diberikan kepada Evan. David sudah ingin duduk di belakang layar dan menikmati masa berduaan dengan sang istri Liliana.

Saat melewati meja Alexandra, tampak gadis itu begitu serius mengerjakan apa yang Evan perintahkan kepadanya. Diana pun berhenti sejenak untuk menyapa.

"Pagi, Lexa. Bagaimana pagi ini, apakah semua lancar?" tanya Diana dengan ramah.

"Pagi, Bu. Semua baik-baik saja, Bu. Semoga hari ini bisa terlewati dengan baik," jawab Alexandra dengan semangat.

"Baiklah, aku harap kau betah di sini," ujar Diana.