Liliana menoleh dan tanpa sengaja ia menghela napas dengan kasar. Ah, kenapa juga dia harus datang di saat yang tidak tepat seperti ini, sih. Bersama ondel-ondel pula, batin Liliana kesal. Sementara wajah Ethan sendiri sudah sedikit mengeras, pertanda ia mulai khawatir akan terjadi perang dunia ketiga.
"Hallo Tante Nadine. Kebetulan sekali ada di sini, ya?" sapa Ethan berusaha untuk ramah.
"Iya, ini Tante sedang bersama Etella. Sayang, ini keponakan mama. Namanya Ethan. Dengan Tante Liliana sudah kenal, kan?"
"Saya udah kenal juga dengan Pak Ethan, Ma. Kebetulan kemarin kami ada meeting. Bosku adalah klien Pak Ethan. Eh, kau ada di sini juga?"
Liliana menatap Estella dengan tatapan kurang suka. Kemarin ia sempat bertemu dengan gadis yang diperkenalkan oleh Nadine sebagai calon menantunya itu.
"Kau kenal dengan gadis ini? Eh, ini siapa, Li?"
"Ini Alexandra ... calon istri Ethan," jawab Liliana asal.
Sontak saja Ethan dan Alexandra tersedak bersamaan.Namun, Liliana tidak peduli. Yang penting saat ini adalah membungkam saudara sepupu suaminya ini.
"Eh, bukannya dia hanya sekretaris Pak Ethan, ya?" kata Estella sambil menatap sinis kepada Alexandra.
"Memang kenapa kalau sekretaris? Kalau tidak salah kau juga seorang sekretaris, bukan?" jawab Liliana kesal.
"Nggak ada yang salah, Lilian sayang. Kau juga dulu hanya sekretaris David, kan sebelum aku memintamu untuk menikah dengan David?" balas Nadine.
Ethan langsung menggenggam tangan sang Ibu. Ia tau jika Nadine saat ini tengah membahas masalah yang sangat sensitif. Masa lalu yang kurang menyenangkan sama sekali untuk dibahas.
"Ya, tentu saja Nad. Kau memintaku menikah dengan David karena kau sendiri sudah memiliki kekasih lain. Tapi, kenapa sih masa lalu itu harus kau ungkit terus menerus setiap kali bertemu denganku, Nad? Tidak bisakah kau diam dan membiarkan kami hidup tenang? Oya, restoran ini sangat besar dan masih banyak meja yang kosong. Aku sedang tidak mood untuk bertengkar ataupun berdebat denganmu," kata Liliana dengan kesal.
Nadine menatap Liliana, tanpa menunggu lama, ia pun menarik tangan Estella dan berlalu dari sana dengan mengentakkan kakinya.
"Ma, sudah," bisik Ethan.
Liliana menarik napas panjang dan mengembuskannya dengan perlahan sebanyak 3 kali. Lalu ia menoleh ke arah Alexandra yang sejak tadi hanya diam menonton dan duduk dengan sangat tegang.
"Maafkan kejadian tadi, Sayang. Itu tadi adalah saudara sepupu papanya Ethan. Tapi, memang sedikit kurang akur dengan Tante. Entahlah, tiga tahun terakhir ini sifatnya menjadi sedikit berbeda sejak papanya sakit."
Alexandra tersenyum, "Nggak apa-apa kok, Tante," jawabnya.
"Yuk, kita makan aja. Nggak usah pedulikan nenek lampir dan ondel-ondel itu tadi," kata Liliana.
Sebagai pelampiasan kekesalannya, Liliana pun makan dengan lahap. Dalam bayangannya ikan di hadapannya adalah Nadine yang sedang ia gigit dan telan bulat-bulat. Sementara Ethan hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan sang ibu. Ia tau bagaimana masa lalu dan sejarah kisah cinta kedua orang tuanya yang sedikit rumit.
"Tante Nadine itu dulu adalah istri dari papanya Ethan, Lexa. Tapi, saat mereka menikah tidak ada yang tau jika sebenarnya mereka masih sepupu. Papa Om David dan Papa Tante Nadine itu kakak beradik yang berbeda ibu," kata Liliana menjelaskan.
"Ma ...."
"Nggak apa-apa. Alexandra bukan siapa-siapa. Mama percaya dia juga bukan wanita yang bermulut ember. Dari pada Lexa bingung lebih baik kita yang menjelaskan," kata Liliana lagi.
Ya, memang benar. Saat ini Alexandra sedang bingung melihat perdebatan antara Liliana dan Nadine tadi.
"Ah, saya mengerti Bu. Saya juga tidak akan membocorkan hal ini kepada siapa pun."
"Terima kasih atas pengertiannya, Lexa. Tapi, jika dilihat-lihat wajah Alexa ini sedikit mirip dengan Nadine, loh. Nadine itu dulunya adalah seorang model dan brand ambassador LA RUE COSMETIC. Dia memang cantik dan jujur saja, saya dulu kagum kepadanya dan berutang nyawa juga. Hanya saja ... ah, begitulah manusia, Lexa. Kadang bisa berubah dari baik menjadi sangat menyebalkan begitu pula sebaliknya," ujar Liliana.
Setelah selesai makan dan sedikit berbincang hangat, Liliana pun mengantarkan kembali Alexandra dan Ethan ke kantor. Tujuan utamanya sudah tercapai untuk mengenal Alexandra lebih jauh. Meski ia masih penasaran dengan keluarga gadis itu.
"Terima kasih atas makan siangnya, Bu," kata Alexandra saat mereka berpisah di lobby kantor. Liliana tersenyum dan membawa Alexandra ke dalam pelukannya.
"Sama- sama, Sayang. Semoga kau betah ya bekerja di sini. Jika Ethan bersikap galak, laporkan kepada saya. Nanti saya marahi dia," canda Liliana.
Alexandra pun segera pamit untuk naik lebih dulu karena ia melihat gelagat Ethan yang tampak masih ingin berbicara dengan Liliana.
"Ma, lain kali jika mau ke kantor bilang dulu. Alexandra itu karyawan baru di sini. Jangan sampai membuat dia mendengar ocehan yang kurang enak di belakangnya. Kasian anak itu, Ma."
"Kasian atau karena memang anak mama ini mulai menyimpan rasa?" tanya Liliana.
"Ma, aku nggak tau jika mama tau latar belakang sang ibu apakah Mama bisa menerima dia dengan ikhlas seperti sekarang, " kata Ethan.
Liliana menatap sang anak. Mendengar perkataan Ethan dia sangat yakin jika Ethan sudah mengetahui latar belakang keluarga Alexandra.
"Jadi, kau sudah tau latar belakang keluarganya?" tanya Liliana.
"Iya, Ma. Dan lagi pengakuan Mama tadi jika dia adalah calon mantu di depan Tante Nadine akan membuat Mama nanti malah mendapatkan penghinaan dari Tante Nadine. Mama tau sendiri kan, mulut Tante Nadine akhir-akhir ini seperti apa."
"Nggak usah berbelit-belit. Siapa keluarga Alexandra itu?"
"Ibunya mantan kupu-kupu malam atau pelacur. Hanya saja, dia dulu adalah seorang primadona sehingga hanya melayani bos kelas atas. Keluarga Andini- ibunya Alexa itu adalah orang kaya. Hanya saja, dia dulu dijual oleh ibu tirinya setelah perusahaan ayahnya bangkrut. Ayah ibu Andini meninggal. Dan kemungkinan Alexandra tidak tau siapa ayahnya karena sang ibu memang tidak tau juga siapa yang sudah menghamilinya atau ... dia tau tetapi tidak berani mengaku karena mungkin saja ayah Alexandra itu pejabat penting atau pengusaha."
Liliana membekap mulutnya sendiri. Ia tidak menyangka jika yang terjadi seperti itu.
"Kau menyuruh orang menyelidiki semua ini?" tanya Liliana.
"Ya tentu saja, Mama. Kalau tidak aku bisa tau dari mana? Semua orang yang bekerja di perusahaan akan aku selidiki latar belakang dan asal usulnya, Ma. Papa dan Mama tau bukan jika aku tidak mau kecolongan sekecil apa pun itu? Jadi, di saat Alexandra melamar pekerjaan dan lolos interview, aku segera menyuruh anak buahku mencari tahu tentang dia," kata Ethan.