Chereads / LOVE AND THE REVENGE / Chapter 9 - GANTI MAKAN MALAM

Chapter 9 - GANTI MAKAN MALAM

"Kenapa wajahmu cemberut kayak kanebo kering? Bikin mood saya jelek tau! Senyum, ini perintah!" kata Ethan saat melewati meja kerja Alexandra. Gadis cantik itu sedang sibuk mengetik laporan yang diminta Ethan dan wajahnya memang sedikit cemberut karena pagi ini dia masih kesal kepada Andini.

"Saya nggak lagi cemberut, Pak bos. Tapi, sedang fokus," jawab Alexandra malas. Ethan memerhatikan penampilan gadis itu. Ia terlihat lebih cantik dalam balutan blazer berwarna pink dengan rok senada berbentuk klok dan sepatu berwarna putih gading yang senada dengan kemeja putih yang ia kenakan sebagai dalaman.

Rambut panjangnya digerai dan diberi jepit mutiara. Juga wangi parfum yang kemarin ia pilihkan terasa segar di hidungnya.

"Ya sudahlah, terserah. Yang penting saya sedikit seger melihatmu pagi ini," kata Ethan sambil melangkah ke dalam ruangannya.

Wajah tampannya berbinar saat melihat secangkir kopi dan tunggu ... bukan roti bakar yang tersaji. Tapi, pancake dengan siraman madu membuatnya mengerutkan dahi. Ia baru saja hendak protes tapi, saat merasakan betapa lembut pancake itu di mulut emosinya sirna seketika.

Ia pun langsung memanggil Alexandra lewat telepon. Dan tak lama kemudian gadis itu masuk dengan wajah kebingungan.

"Kau tidak lupa kan dengan tugasmu?" tanya Ethan.

"Anda baru saja menghabiskan sarapan Anda. Tugas pertama saya setiap pagi kan menyiapkan Anda secangkir kopi dan makanan."

"Seharusnya roti bakar. Kenapa menu itu diganti?"

"Nggak bosen? Saya aja makan bubur ayam tiap hari bosen. Sesekali diganti ketoprak, nasi goreng, nasi uduk. Masih bagus loh saya punya inisiatif buat mengganti menu sarapan Anda," jawab Alexandra dengan santai.

Ethan ingin tertawa, tapi ia terlalu gengsi mengakui jika sebenarnya ia juga bosan dengan roti. Tapi, biasanya sekretaris-sekretaris lamanya hanya bisa membuat roti. Itu pun terkadang gosong dan tidak enak. Jadi, mana mungkin ia meminta untuk ganti menu setiap hari.

"Kau membuat pancake itu di pantry?" tanyanya.

"Kemarin, saya belanja sedikit bahan untuk membuat sarapan yang sederhana. Saya simpan di dalam kulkas di dalam pantry dan saya katakan pada Tuti jika itu milik Bapak supaya tidak ada yang berani memakainya."

"Baik, kalau maumu begitu, mulai besok sarapan saya tidak boleh sama."

"Bapak ini sebenernya cari sekretaris apa Chef , sih?"

"Nggak usah bawel. Gajimu kutambah satu juta jika memang masakanmu untuk sarapan pagiku enak."

"Saya permisi kalau begitu, Pak."

"Eh, jam sepuluh nanti ada meeting dengan divisi Humas, kan? Hubungi Mbak Sheni ketua Timnya dan suruh mereka menyiapkan laporan yang kemarin saya minta."

"Baik. Ada lagi, Pak?"

"Nanti siang makan siang bersama saya."

"Ini perintah?"

"Aturan tidak tertulis, semua yang saya katakan artinya perintah. Jangan banyak tanya, kerjakan saja."

Alexandra hanya mencebik sebal, ia pun segera permisi dan langsung melanjutkan pekerjaannya. Termasuk menghubungi Sheni ketua tim divisi Humas.

Setelah selesai meeting, Alexandra pun kembali ke mejanya. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat Lilian sedang duduk di kursinya.

"Ib-Ibu Liliana?"

"Hai, Lexa. Kenapa semalam tidak datang? Sebagai gantinya, siang ini kau harus menemani saya makan siang," kata Liliana sambil bangkit berdiri dan menggandeng tangan Alexandra.

"Ma, sekretarisku mau dibawa ke mana?Dia harus menemaniku makan siang," kata Ethan sambil menarik tangan Alexandra.

"Kalau memang mau makan, ya sudah. Kita bisa makan bersama. Ayo ambil tasmu, Lexa. Jangan pedulikan anak nakal ini," kata Liliana sambil menepis tangan putranya dan menarik tangan Alexandra tanpa bisa dicegah lagi.

Dan mau tak mau, Ethan pun mengikuti langkah kedua wanita cantik yang berbeda generasi itu.

"Mama sudah pesan tempat tidak jauh dari sini. Ayo cepetan, jangan lama," kata Liliana saat Ethan mengemudikan mobil dengan pelan.

"Nggak boleh ngebut, Ma."

"Alah, kau ini. Jangan pikir mama tidak tau kalau kau suka ugal-ugalan berlagak seperti pembalap jika tidak ada mama," cicit Liliana.

Ingin rasanya Alexandra tertawa mendengar perdebatan ibu dan anak itu. Tetapi tentu saja ia tidak berani.

"Apa dia memperlakukanmu dengan baik, Lexa?" tanya Liliana.

"Eh ... saya kan baru dua hari bekerja dengan Pak Ethan, Bu. Tapi, ya saya harus berusaha untuk bekerja dengan baik. Jika tidak, saya bisa dipecat dan ibu saya tidak akan mau berhenti untuk bekerja."

Liliana menatap wajah cantik Alexandra dengan perasaan Dejavu. Ia ingat dulu saat pertama kalinya ia datang ke Jakarta dan bekerja sebagai sekretaris David. Ia juga membiayai pendidikan adiknya.

Saat itu Liliana bekerja keras dan sangat mencintai pekerjaannya juga jatuh cinta kepada David. Hingga musibah itu terjadi yang membuat kisah cinta segitiga yang pada akhirnya membuatnya dan David menikah.

Meski diawali dengan tragedi tetapi, pernikahan Liliana dan David bisa bertahan sampai hari ini dan mereka bahagia.

"Kau tinggal bersama orang tuamu? Di mana ayahmu bekerja?" tanya Liliana.

"Sa-saya ..."

Liliana menatap wajah Alexandra yang langsung berubah menjadi sedih dan gugup.

"Ma, jangan paksa Lexa."

"Maafkan saya, Bu. A-ayah saya ... sejak kecil saya tidak pernah bertemu Ayah. Ibu selalu mengatakan jika Ayah saya sudah meninggal dunia."

"Ya ampun, maafkan saya. Saya nggak tau."

"Nggak apa-apa, Bu. Saya memang selaku sedih jika ditanya soal ayah," jawab Alexandra lirih.

Liliana pun merangkul bahu Alexandra dengan lembut. Ia menepuk bahu gadis itu perlahan.

"Saya nggak tau masalah apa yang sedang kau hadapi. Tapi, satu hal yang perlu kau ingat, setiap masalah apa pun itu pasti akan ada jalan keluarnya."

"Terima kasih atas nasehatnya, Bu," kata Alexandra sambil tersenyum.

Tak lama kemudian, mereka pun tiba di restoran yang sudah dipesan oleh Liliana. Ethan dan Alexandra pun langsung melangkah mengikuti Liliana.

Seorang pelayan dengan ramah menyambut kedatangan mereka dan mengantarkan ke meja yang sudah dipesan sebelumnya.

"Tadi, saya memesan meja sekaligus juga makanannya, apa sudah disiapkan?" tanya Liliana.

"Tentu saja sudah. Atas nama Nyonya Liliana Romano, bukan?"

"Betul."

"Segera akan kami siapkan."

Tak perlu menunggu lama, hidangan pun tersaji di atas meja. Untuk menu siang itu Liliana memilih hidangan laut. Ada ikan bakar, kerang, cah kangkung, capcay seafood, udang mentega dan cumi bakar. Semua adalah makanan favorit Ethan.

"Saya nggak tau apa kau juga menyukai hidangan seafood seperti ini. Jika mau menu yang lain, silakan pesan, Lexa," kata Liliana.

"Nggak usah, Bu. Saya nggak pemilih soal makanan. Apa saja saya suka."

"Ya sudah, kalau begitu kita makan, ya."

Namun baru saja mereka mulai makan, tiba-tiba saja seseorang menghampiri mereka dan menyapa.

"Kebetulan sekali kita bertemu di sini, Li. Kamu boleh bergabung?"