Chereads / LOVE AND THE REVENGE / Chapter 3 - MASA LALU

Chapter 3 - MASA LALU

_24 TAHUN LALU_

"Silakan, Pak," kata pria berwajah sangar itu kepada Sanjaya. Pria itu segera keluar dari kamar dan meninggalkan Sanjaya bersama seorang gadis yang sedang meringkuk ketakutan.

"Siapa namamu?" tanya Sanjaya.

"An-Andiini, Om."

Sanjaya hanya tertawa kecil melihat gadis yang tampak ketakutan itu. Ia yakin sekali jika ia langsung ke menu utama gadis itu pasti akan melawan sekuat tenaga. Dan, malam ini Sanjaya sudah tidak ingin mendapat perlawanan dalam bentuk apa pun. Cukup anaknya yang sudah melawan dan juga Dirga yang sudah membuatnya jengkel setengah mati.

Ia pun melangkah mendekati telepon di atas nakas dan menelepon layanan kamar. Ia memesan sebotol cointreau dan sebotol minuman soda, batu es, juga jeruk nipis dan sedikit garam. Tak lama, pesanannya tiba. Ia pun segera meracik minumannya.

Pertama-tama, ia membasahi bibir gelas dengan campuran jeruk nipis dan garam. Lalu ia menuang cointreau dan mencampurnya sedikit dengan soda.

"Kau pasti belum pernah mencoba minuman ini?" tanya Sanjaya dengan lembut. Andini. menggelengkan kepalanya.

"Saya nggak pernah minum yang begitu, Om."

"Sini, cobalah dulu," kata Sanjaya sambil menyerahkan gelas berisi minuman kepada gadis itu.

Dengan takut-takut, Andini meraih gelas yang diberikan oleh Sanjaya. Ia pun menyesap sedikit minuman itu. Karena sudah dicampur soda, maka rasanya sedikit manis di lidah gadis itu. Terlebih lagi cointreau itu memang jenis minuman yang biasa dipesan oleh kaum Hawa.

Sanjaya terus mengajak Andini ngobrol dengan santai sambil menuangkan minuman untuk gadis itu terus menerus. Sementara dirinya hanya minum sesekali saja. Karena bukan peminum, pelan-pelan minuman yang mengandung alkohol itu pun membuat Andini mabuk.

Gadis itu mulai meracau tak jelas.

"Saya dijual oleh ibu tiri saya, Om. Ayah saya sudah bangkrut dan sekarang stroke. Rumah saya dikuasai ibu dan kakak tiri saya. Saya dijual kepada mami Karla. Jahat sekali mereka, kan, Om?"

Sanjaya hanya tertawa melihat kelakuan Andini yang mulai menari ke sana sini. Ia pun mulai berani bernyanyi-nyanyi sambil menggoyangkan tubuhnya.

Sanjaya memang menyalakan chanel musik di televisi sehingga gadis itu menari dan menyanyi. Setelah bernyanyi dan menari tiba-tiba saja Andini memeluk Sanjaya dan memeluknya lalu menangis.

"Ibu saya jahat sekali, Om. Om kalau bertemu dia, laporkan dia ke polisi, ya?" kata Dini.

"Iya, nanti saya akan laporkan ibumu kepada yang berwajib," kata Sanjaya. Perlahan, ia mengecup bibir Dini. Awalnya gadis itu menolak, tetapi Sanjaya yang sudah perpengalaman dengan mudah merayu gadis belia itu.

Berawal dari kecupan berakhir dengan lumatan. Sanjaya pun melumat bibir Andini yang merah merekah itu dengan penuh napsu. Andini yang sedang dalam pengaruh alkohol mengalungkan tangannya ke leher Sanjaya dan membiarkan lelaki itu membawanya ke tempat tidur.

Perlahan Sanjaya pun mulai beraksi, ia mengecup teruk leher Andini sambil meremas dada gadis itu perlahan. Gadis itu hanya mendesah nikmat dan tanpa sadar ia membiarkan Sanjaya membuka seluruh pakaian yang ia kenakan. Menyisakan penutup inti tubuhnya saja.

Sanjaya tau jika gadis yang ada di hadapannya ini pasti belum berpengalaman sama sekali. Maka ia pun memutuskan untuk tidak terburu-buru. Perlahan ia mulai dari kedua aset indah milik gadis belia itu. Setelah puas bermain di sana, ia pun menjelajah ke bagian yang lain.

Hingga pada akhirnya Sanjaya membuka penutup inti tubuh Dini. Setelah ia rasa cukup, barulah ia memposisikan tubuhnya di atas tubuh gadis itu. Karena ini yang pertama kali, maka sedikit agak sulit hingga Sanjaya membuka lebar kaki Andini dan menekuknya.

Jeritan Andini pun terdengar saat milik Sanjaya memasuki inti tubuhnya. Hilang sudah pengaruh alkohol tadi. Andini pun mulai menjerit dan menangis serta memohon. Namun, Sanjaya tentu tidak mau peduli

Ia begitu menikmati tubuh gadis perawan dalam pelukannya. Ia mengayun dan terus mengayun hingga tanpa sadar Dini pun mulai diam dan mendesah nikmat. Sanjaya tersenyum puas. Tak mau rugi, sambil terus bergerak tangan dan bibirnya bergerilya di sana sini. Melumat, mengisap, mencium, meremas seluruh tubuh indah Andini.

Hingga tanpa sadar tubuh gadis belia itu pun melenting merasakan kenikmatan yang baru pertama kali ia rasakan. Melihat gadis itu mencapai puncak Sanjaya pun tertawa puas dan ia pun menyelesaikan hasratnya. Tanpa peduli dan memikirkan gadis itu akan hamil atau tidak, Sanjaya pun mengeluarkan semua dalam rahim Andini.

Sadar Sanjaya tidak memakai pengaman dan ia dalam masa subur, gadis itu pun kembali meraung. Ia sudah kehilangan masa depannya dan juga harta yang paling berharga. Mahkota yang selama ini ia jaga untuk kelak dipersembahkan kepada suaminya kini hilang sudah.

Sanjaya tersenyum puas saat melihat noda darah di atas sprei. Menandakan jika gadis itu memang benar masih perawan tadinya.

"Om jahat," isak gadis itu. Sanjaya hanya tertawa kecil, ia bangkit dan menuangkan kembali minuman untuk Andini.

"Sudahlah, kau juga tadi sangat menikmati setiap sentuhanku, bukan?" ledek Sanjaya.

Dengan kepala yang masih pusing karena alkohol, Andini hanya terdiam. Ia meraih gelas yang diberikan Sanjaya kepadanya lalu meneguk isinya sampai habis. Tak ada guna menangis, semua sudah terjadi. Kehormatannya sebagai seorang wanita sudah habis tak tersisa.

Hati Dini terasa begitu pedih. Ia pun menarik selimut dan menghapus air matanya. Benar yang Sanjaya katakan, tidak ada gunanya menyesal. Bahkan tadi ia sendiri begitu menikmati permainan lelaki itu.

"Hidup itu kejam, Din. Jika kau tidak mau menjadi yang selalu ditindas, kau yang harus menindas. Jika kau ingin sesuatu, maka kau harus menggunakan dua hal. Kekuatan atau kepintaran. Jika kau lemah, kau masih punya otak untuk berpikir," kata Sanjaya.

Andini hanya terdiam, air matanya masih menetes. Tetapi, apa yang Sanjaya katakan langsung membekas dalam otaknya dan membuat ia memililiki tekad baru.

"Apa Om memiliki anak perempuan?" tanyanya.

"Jangan kau berani mengatakan karma dan semacamnya di hadapanku. Saat ini aku sudah membayarmu pada mami Karla. Tugasmu adalah melayaniku!Jadi, jangan kau tanya soal anakku! Dia dan kamu jelas berbeda jauh! Dan tidak akan ada orang yang berani menyentuh anakku!" tegas Sanjaya seolah tau apa yang dipikirkan oleh Andini.

Sanjaya meraih gelas kosong di tangan Andini dan kembali mengisinya. Tanpa banyak bicara, Andini pun kembali menghabiskan isinya. Melihat tubuh mulus hanya ditutupi selimut, napsu Sanjaya pun kembali.

Tanpa perlawanan, Andini pun membiarkan Sanjaya kembali menikmati tubuhnya. Setelah merasa puas, Sanjaya mengeluarkan uang dan memberikannya kepada Andini.

"Itu tips untukmu. Kau bisa beristirahat sampai pagi di kamar ini. Aku sudah membayar uang booking outmu sampai pagi. Aku tidak bisa menginap dan harus pulang," kata Sanjaya.

Andini tak menjawab, bahkan saat Karla masuk ke dalam kamar itu untuk menghiburnya.

"Sudahlah, Andini. Yang sudah lalu biarkan saja. Dia itu adalah orang kaya, sepupu dari pemilik La Rue Cosmetik. Namanya Sanjaya."

"Apakah orang kaya selalu bisa membeli hak orang miskin, Mami?" tanya Andini.

"Itu sudah takdir," jawab Karla.

.

.