Senja hari itu di rumah Fiko, sebentar lagi hari menuju gelap.
"Selamat sore bu Ningsih!" sapa Rendi bersama teman-temannya.
"Eeh Rendi, mari masuk sini!" kata bu Ningsih.
Setelah mereka semua masuk dan duduk di dalam:
"Bagaimana bu keadaan Fiko saat ini?" tanya Rendi.
"Untuk pening di kepala dan sakit di bagian perut sudah sembuh. Hanya kaki masih sakit, jadi dia harus dibantu tongkat untuk berjalan!" ungkap bu Ningsih.
"Sebentar, ibu tengok dia ya!" lanjut bu Ningsih.
"Bu, ini sekalian dibawa ada sedikit oleh-oleh dari teman-teman!" kata Windi sembari menyerahkan bawaan belanja tadi.
Sementara bu Ningsih masuk ke dalam, Rendi dan teman-temannya bincang-bincang:
"Kalau sampai pakai tongkat segala, sepertinya parah tu Fiko!" ucap Ratri.
"Itu yang membuatku penasaran, kecelakaan apa sebenarnya dia waktu itu? Karena setauku dia ke mana-mana kan selalu jalan kaki!" kata Windi.
Saat itu tiba-tiba ibunya muncul, lalu:
"Sebentar Fiko keluar, sekarang sedang di kamar mandi!" ujar bu Ningsih.
"Oh iya bu, surat ijin Fiko sudah saya sampaikan pak Aji, Wali Kelas kami!" kata Rendi.
"Terima kasih ya Ren!" sahut bu Ningsih.
Sebentar kemudian Fiko keluar berjalan dengan menggunakan tongkat pembantu. Semua temannya tampak terharu melihatnya.
Rendi dan Windi berdiri menyambut, hendak membantu Fiko menuju kursi.
"Terima kasih!" ucap Fiko setelah duduk.
"Maaf kami baru bisa menjengukkmu sekarang!" kata Rendi.
"Tidak apa-apa, terima kasih masih peduli saya hari ini!" kata Fiko.
"Bagaimana tu ceritanya kok bisa sampai begini keadaannya?" tanya Windi.
Setelah itu Fiko cerita panjang lebar rentetan kejadiannya hingga dia ke rumah sakit. Namun saat itu Fiko tidak mengaku bahwa salah satu pelakunya adalah Jaka.
"Kenapa kamu gak laporkan polisi saja?" kata Rendi.
"Apa tidak ada orang lain waktu itu?" tanya Ratri.
"Saat motor mendekat dan menendang yang pertama, itu ada orang lain yang lihat, mungkin warga sekitar situ, karena dia cuma jalan kaki!" ungkap Fiko.
"Apa dia gak datang menolongmu?" tanya Ratri lagi.
"Sepertinya dia malah lari ketakutan, karena saat satu orang menyerangku, satu yang di motor menggertak orang itu!" ungkap Fiko lagi.
Kemudian...
"Fiko, kamu sempat mengenali wajah mereka kan?!" kata Rendi.
"Iya, tapi aku belum kenal orang itu!" jawab Fiko.
"Kalau ciri-cirinya?" tanya Rendi lagi.
"Mmm, kalau itu...!" jawab Fiko.
Kemudian Fiko cerita tentang ciri-ciri pelaku, namun tetap tidak mengaku kalau dia tau bahwa salah satunya adalah Jaka.
"Kalau motornya?" tambah Cory.
"Aku tau motor itu, tapi gak hafal merk dan type kendaraan!" jawab Fiko.
"Saya melihat saat dia datang dengan banyak darah di bajunya jadi agak panik. Apalagi tidak ada siapapun saat itu. Untung saja ada seorang bapak yang mengantarkan dia pulang!" ungkap bu Ningsih.
"Ooh itu sopir bapak saya bu, namanya pak Bono!" sahut Cory tiba-tiba.
"Oh iya?! Bagaimana kamu tau kalau yang ngantar adalah pak Bono?" tanya bu Ningsih.
Lalu Cory menceritakan saat pak Bono disuruh beli makanan.
"Saat itu saya sempat terkejut juga bu, ketika pak Bono saya tanya ngantar ke mana!" ungkap Cory.
"Kalau begitu, sampaikan salam saya buat pak Bono, terima kasih yang sebesar-besarnya telah menolong saya!" sahut Fiko.
"Iya Fiko, akan saya sampaikan!" jawab Cory.
"Ren, kalau tidak keberatan, besok minta tolong menyusuri tempat kejadian saya dianiaya, kotak alat tulis saya kalau mungkin masih ada di sana, diambilkan!" ungkap Fiko.
"Siap sobat! Besok pulang sekolah saya langsung ke sana!" jawab Rendi.
Antara Fiko dan teman-temannya berlanjut cerita hingga pukul 19:30 dan setelah itu mereka berpamitan pulang.
*Esoknya di sekolah...
"Win, aku kok merasa aneh ya dengan sikap Jaka terkait musibah yang dialami Fiko!?" kata Ratri saat bersantai di kantin sekolah.
"Sebenarnya tidak beda, saya pun juga merasa begitu. Terutama sore saat jam kita belajar kelompok dipakai untuk jenguk Fiko, itu saya merasa janggal!" kata Windi.
Sebentar kemudian Ratri dan Windi kembali masuk saat bell sekolah berbunyi.
Saat bell jam pelajaran terakhir berbunyi, semua pulang. Saat Cory keluar dan bertemu Jaka di depan pintu parkir:
"Cory, pulang sama siapa? Aku antar yuuk?!" ucap Jaka.
"Aku dijemput pak Bono Jak, terima kasih!" jawab Cory.
Ketika diperjalanan Cory pulang, terlihat ada banyak polisi yang sedang lakukan razia kendaraaan.
Dan Cory melihat juga di sana ada Jaka yang sedang diberhentikan rombongan polisi tersebut.
"Pak Bono, bisa menepi sebentar, saya lihat teman saya terjaring razia itu. Mungkin saya bisa bantu dia!" kata Cory.
Cory mendekati Jaka yang sedang dalam antrian kendaraan yang terjaring razia. Kemudian:
"Jaka!" sapa Cory.
"Eeh, Cory. Kok kamu ke sini?" tanya Jaka.
"Iya, aku sengaja datangi kamu saat tadi melihatmu. Kamu kena tilang apa?" tanya Cory.
"SIM gak bawa, dan plat Nomor kendaraanku yang belakang hilang satu!" jelas Jaka.
"Kamu minta langsung ke depan, gak usah antri. Bilang saja mau ketemu pak Jaya. Nanti saya temani menghadap pak Jaya!" kata Cory.
Setelah nego dengan salah satu petugas, akhirnya Jaka dengan ditemani Cory diijinkan langsung menghadap pak Jaya.
Saat menghadap pak Jaya, Cory langsung bersalaman, dan pak Jaya memeluk Cory. Setelah Cory berbincang dengan pak Jaya, tilang Jaka dibebaskan, dan Jaka diperbolehkan langsung pulang.
Setelah Jaka pergi, sebentar kemudian Cory pun menyusul pulang juga. Dan di waktu bersamaan, saat itu Rendi ditemani Ratri dan Windi sedang menyusuri tempat kejadian Fiko dihajar, yakni di jalan menuju rumah Cory.
"Thin, thin, thin!" klakson mobil Cory saat melihat Rendi.
"Di sini ini saya temukan Fiko merintih kesakitan!" kata pak Bono pada Cory.
"Iya, betul pak. Itu temanku sedang mencari barang Fiko yang hilang. Kita berhenti dulu pak!" kata Cory.
Cory turun dari mobil dan mendatangi Rendi, lalu:
"Bagaimana Ren, ketemu kah kotaknya Fiko?" tanya Cory.
"Iya, aku temukan tapi dalam keadaan pecah. Ini kotaknya!" Rendi menunjukkan kotak di tangannya.
"Hah!" Cory terkejut.
Kemudian...
"Kasihan Fiko. Mana, kasih aku kotak itu, biar aku besok yang serahkan ke dia, karena aku di rumah masih punya kotak yang sama dengan itu!" pinta Cory.
Lalu kotak di tangan Rendi diserahkan kepada Cory. Saat itu juga:
"Rendi lihat, aku temukan ini!" teriak Ratri seraya tunjukkan Plat Nomor Kendaraan.
Kembali Cory terkejut, lalu:
"Sial... aku menolong orang yang salah!" celetuk Cory.
"Apa maksudmu Cor?" tanya Ratri.
"Beberapa menit lalu aku bantu Jaka saat kena razia motor. Dia dibebaskan tilang atas pelanggaran TIDAK ADA SIM dan TIDAK ADA PLAT NOMOR KENDARAAN!" cerita Cory.
"Bagaimana kamu bisa bantu dia bebas?" tanya Rendi
"Saat aku lihat razia itu, ternyata yang memimpin razia adalah Oom'ku!" jelas Cory.
"Kemudian aku datangi Oom'ku, dan selanjutnya Jaka dibebaskan dan disuruh pergi!" jelas Cory.
"Lalu, maksudmu menolong orang yang salah?" tanya Ratri.
"Aku curiga Jaka terlibat dalam kasus penganiayaan terhadap Fiko!" kata Cory.
*)bersambung ___