Chereads / Derita Istri Yang Di Madu / Chapter 5 - Bab 5. Doyan Kawin

Chapter 5 - Bab 5. Doyan Kawin

Dimas terjaga sesaat mendengar teriakan Rahma, dipeluknya gadis itu erat. Tampak bulir keringat sebesar biji jagung berjatuhan dari kening Rahma.

"Aku baik- baik saja hanya mimpi buruk,"ucap Rahma sambil melepas pelukan Dimas. Ia memberi jarak beberapa jengkal dari tempat asal.

"Tidurlah, ada aku di sini. Jangan takut ," ucap Dimas sembari turun dari ranjang menuju sofa usang. Lalu ia merebahkan diri. Terlelap dengan selimut usang milik Abah.

Rahma memandangi lekat wajah Dimas.

"Maafkan aku yang belum bisa membuka hati untukmu,"batin Rahma. Ia meraih baju abah yang tergantung di ujung dipan. Memeluknya erat lalu membawanya tidur.

***

Betapa terkejutnya Dimas pagi itu mendapat kabar bahwa Yanti kecelakaan. Tanpa membangunkan Rahma ia pun langsung meluncur ke rumah sakit yang diberi tahu papanya.

Kening Yanti penuh dengan darah, terdapat luka lebam dikedua lututnya. Mobilnya pun ringsek di bagian depan akibat menghantam pohon. Tak ada satu orang pun tahu bagaimana peristiwa itu terjadi. Sementara di kamar lain terdengar rintih kesakitan dari ruangan tempat Danu dirawat.

"Kumohon, sadarlah! "ucap Dimas seraya meraih tangan Yanti. Terbesit rasa bersalah di hatinya yang membiarkan Yanti pergi sendirian untuk merayakan hari spesialnya.

"Suami macam apa aku ini? Maafkan aku Yanti.!" batin Dimas.

***

Sementara itu, Rahma bangun dan menatap sofa usang itu telah kosong, tak lama kemudian ponselnya berbunyi.

Tampak sebuah pesan masuk.

"Aku di rumah sakit, Yanti kecelakaan. Kalau kamu mau ke sini nanti kujemput."

Rahma menautkan kening, karena tak ada nama pengirimnya.

"Kamu siapa ?" tanya Rahma seraya mengetik balasan.

"Suamimu, Dimas."

"What ? "Mata Rahma melotot.

Dari mana Dimas mendapatkan nomornya ? Apa dia membuka ponselku ? Dan Rahma pun langsung mengecek ponselnya. Semua foto kenangannya bersama Danu telah terhapus, begitu pun chat-chat mesra mereka.

"Sudahkah kau mengecek ponselmu pagi ini ? Maafkan semua foto dan chat mesramu telah kuhapus," balas Dimas lagi.

"Apa hakmu ? Ini rahasia pribadiku," harusnya kau tak seberani itu membuka ponselku," balas Rahma seraya mendengus kesal.

"Aku cemburu. Berhentilah memikirkan Danu, dia tak pantas untukmu. Lihatlah aku sekali saja, hampir saja ponsel itu kuijak tadi malam."

Jawaban Dimas membuat Rahma terhenyak. Tak semudah itu melupakan Danu, apalagi ia orang pertama yang telah menyentuh tubuhnya. Walaupun rasa sayang itu telah memudar tapi kenyataannya Rahma masih tak bisa melupakan Danu seutuhnya.

Rahma mengguyur tubuhnya dengan air sumur yang telah ditimba. Dingin. Sejenak membuat otaknya yang panas mencair. Selesai mandi ia mengenakan pakaian lalu memasak di dapur.

Tak terasa bulir bening menetes dari sudut matanya.

"Aku kangen Abah," ucap Rahma pelan.

"Abah, aku memasang oseng kangkung dan telur dadar. Ayo, kita makan bersama!" ucap Rahma seakan mengajak Abahnya makan.

Hening. Dadanya bertambah sesak. Rahma menangis lagi.

"Mengapa semua orang meninggalkanku? Ibu, Abah bahkan kau, Danu. Orang yang benar-benar aku cintai yang ternyata hanya memanfaatkan aku sebagai pelampiasan hawa nafsu. Tapi aku ... tersiksa karena telah jatuh cinta dengan orang yang salah," batin Rahma.

***

"Assalamualaikum. "

Terdengar suara orang mengetuk pintu. Cepat Rahma menghapus air matanya dan membukakan pintu.

"Bolehkah aku menumpang makan ? Aku lapar sekali," ucap tamu itu.

"Kenapa tidak pulang saja ke rumahmu?"ucap Rahma ketus.

"Ayolah, sekali ini saja. Biarkan aku mencicipi masakan istriku. Yanti tak pernah sekalipun memasak untukku," ucapnya lagi langsung menuju dapur.

Rahma mengambilkan nasi lalu menaruh di piring Dimas, dan menuangkan secangkir teh hangat. Di luar dugaan... Dimas makan dengan begitu lahapnya.

"Bagaimana keadaan mbak Yanti?"tanya Rahma sembari menyuap nasinya.

"Dia belum siuman, kata dokter pendarahan di keningnya harus dijahit,"ucap Dimas.

"Kenapa kamu meniggalkan nya sendirian ?" tanya Rahma penasaran.

"Dia tak membutuhkan aku, yang dibutuhkannya dokter. Lagian Ibu dan Ayahnya juga ada di sana," jawab Dimas tanpa menoleh.

"Tapi dia istrimu kan?"

"Kau juga istriku! Kau lebih membutuhkan aku di sini. Aku tak akan meninggalkanmu," ucap Dimas sambil menatap Rahma tajam.

Rahma tersenyum tipis. Terdengar seperti Dimas menganggapnya lemah. Membuat Rahma kesal.

"Mengapa kau mau menikah denganku, aku tidak lebih cantik dari Yanti ? Lebih baik kita bercerai saja. Dan aku akan melunasi hutang Abah dengan bekerja. Aku akan menulis beberapa lamaran untuk disebar ke beberapa perusahaan," ucap Rahma tanpa jeda.

Dimas terdiam. Kerongkongannya terasa kering, cepat ia menyambar teh hangat di depannya.

"Kau takkan sanggup melunasi hutang itu, ingatlah, ini untuk yang pertama sekaligus yang terakhir kau meminta cerai! Jangan harap aku akan melepaskan mu," terang Dimas mencoba tetap tenang, walaupun sebenarnya ia sangat geram dan ingin rasanya menyetop bibir merah muda itu yang berbicara seenaknya.

Rahma menggebrak meja. Lalu meraih tangan Dimas dan menariknya ke kamar.

"Perhatikan aku, apakah kau juga hanya mau tubuhku saja ? " ucap Rahma sembari membuka kancing kemejanya.

Dimas tak bergeming.

Rahma melucuti pakaiannya, hingga tak tersisa sehelai pun. Sebenarnya ia sangat malu. Tapi....

"Mba Yanti bilang, kau hanya menginginkan keturunan dariku ? Mari kita selesaikan. Agar aku cepat lepas darimu. Anggap saja kita barter. Kau mendapatkan anak dan aku bebas. Aku berhak memilih siapa yang akan menjadi pendamping hidupku tapi bukan kau !" ucap Rahma seraya menggenggam kerah baju Dimas.

Hampir saja Dimas terpancing dengan bibir merah muda yang tak bisa berhenti mengoceh itu. Napasnya bergemuruh. Tapi Dimas hanya diam hingga beberapa menit berlalu, terdengar suara rintihan Rahma di dada Dimas.

"Maafkan aku Dimas, aku ...."

" Sst... Sudah cukup ! Aku tak akan menyentuhmu sebelum kau benar-benar ikhlas ingin disentuh, pakailah bajumu. Ayo ikut aku ke rumah sakit, " ucap Dimas seraya berjalan mengambil pakaian Rahma yang tergeletak di lantai. Lalu melemparkan ke tubuh Rahma.

Rahma menatap kepergian Dimas, terbesit rasa malu itu lagi di hatinya. Ia pun langsung memakai pakaiannya kembali.

***

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Rahma hanya diam membisu. Wajahnya memerah bagai udang rebus. Betapa gilanya tindakannya di kamar tadi. Padahal ia tak punya keberanian melakukan itu hanya saja, Rahma tak bisa berpikir jernih kala itu. Semua gara-gara Danu, orang itu selalu ada di pikirannya. Ia ingin lepas dari Dimas dan kembali ke Danu, ingin bertukar pendapat, ingin melampiaskan perasaan nya seperti dulu kala.

***

Di rumah sakit , Yanti terbaring lemah. Kini ia sudah siuman. Dimas bergegas mendekatinya dan menanyakan keadaannya.

"Danu, di mana Danu ?!" Kalimat pertama yang keluar dari mulut Yanti.

Membuat Dimas dan Rahma tercengang. Begitupun kedua orang tuanya. Tak menyangka anaknya bergaul dengan anak sopir.

"Kenapa dengan Danu, Mbak ?" tanya Rahma sembari menautkan kening.

"Subuh itu, Danu yang menyetir mobilku, kami mabuk dan tak bisa mengendalikan diri. Hingga menabrak trotoar, dan aku tak tau lagi apa yang terjadi? Di mana dia ? Tolong cari dia Dimas! " Tolong !"ucap Yanti terbata.

Sejenak Dimas tertegun berbeda dengan Rahma, ia langsung berlari ke luar ruangan menuju meja resepsionis. Dengan dibantu suster ia menuju ruangan Danu di rawat. Tampak Ayah dan Ibu danu menunggunya di luar sambil tertidur. Tanpa basa basi Rahma langsung masuk dan menggenggam tangan Danu erat.

"Kamu kenapa Nu ? Apa kau tak puas denganku hingga Yanti pun kau jadikan pemuas nafsumu ! Jawab aku, Nu. Aku yakin kau punya hubungan dekat dengan Yanti hingga kau mabuk bersama! Sudah berapa kali kau tiduri perempuan itu !" ucap Rahma geram.

Danu tak bergeming, matanya masih tertutup. Ia belum siuman.

"Aku akan melepaskanmu, semua ini membuktikan kau memang tak pantas untuk mendapatkan cintaku. Aku terlalu bodoh mengharapkan mu bisa berubah dan menyadari betapa tulusnya cintaku untukmu !" ucap Rahma menyeka air matanya yang hampir tumpah.

Tangan Rahma tiba-tiba ditarik Dimas yang sedari tadi sedang memperhatikannya. Tanpa perlawanan Rahma menurut.

Sepanjang jalan lorong rumah sakit, banyak mata yang menatap mereka. Hingga mereka Tibalah di parkiran.

"Masuk !" ucap Dimas seraya membuka pintu mobil. Rahma masuk tanpa berucap satu kata pun.

"Apa hebatnya Danu hingga kedua istriku tunduk kepadanya ? Apa ! " teriak Dimas geram seraya menutup pintu mobil kencang.

Rahma menatap Dimas kasihan.

"Apakah dia hebat di ranjang atau ciumannya mematikan ?ucap Dimas menatap Rahma dengan tatapan kosong.

Dimas meraih kepala Rahma, dan mengecup keningnya. Lama.

Hingga hangat napas Dimas dapat dirasakan Rahma. Membuat ia salah tingkah dan berdebar. Ujung hidung mereka bersentuhan. Air mata Dimas jatuh di pipi Rahma.

Dimas kalah telak dengan Danu.

"Menurutmu apa salahku? Besok bantu aku mengajukan surat cerai ke pengadilan. Aku akan menceraikan Yanti,"ucap Dimas pelan. Rahma hanya mengangguk.

Mobil melaju arah pulang. Rahma tak kalah sakit hatinya dengan Dimas. Danu benar-benar pria bajingan. Begitu pun Dimas tak habis pikir dengan kelakuan Yanti. Ia tak pernah mengekang Yanti, harus ini harus itu, tapi ini balasan yang didapatnya.

"Sialan, Danu brengsek !"umpat Dimas memukul setir.

***

Di rumah Dimas, Pak bayu dan istrinya sedang bertengkar. Hingga Dimas urung mengucapkan salam. Terdengar suara Ibu dan Bapaknya bersitegang.

"Dimas itu bukan budak mu! seenaknya kau suruh dia kawin lagi, "teriak Ibu Maya, yang tak lain istri Pak Bayu.

"Diam lah. Ini keputusan tak bisa diganggu gugat. Yanti sudah tak berguna lagi, sedangkan Rahma ku yakin bisa memberi Dimas keturunan. Hanya saja penampilan dan wajahnya tak bisa di tampilkan ke khalayak ramai. Dia terlalu kuno. Dan Siti, anak juragan karet itu sangat cantik tapi sedikit lebih tua dibandingkan Dimas. Mereka serasi,"ucap Pak Bayu bersemangat.

"Tapi pak ...."

"Penggilingan padi kita yang ke 3 masih perlu modal, Bu. Dan Pak Lukman mau berbagi hasil dengan kita. Asal Dimas mau menyetujui menikahi Siti."

"Deg ! Kawin lagi ? Dimas ? Membuat mata Rahma membulat.!"