Taka, Hanna dan Olivia memasuki ballroom. terdengar suara MC yang sedang membuka acara pada malam hari itu, menyapa Taka sebagai CEO sekaligus CTO game termuda di Indonesia.
Lampu putih pun langsung menyorot ke arah Taka yang sedang berjalan menggandeng Hanna, orang-orang pun bertepuk tangan.
Olivia menjauh dari atasannya itu agar tidak terkena sorotan lampu, dan berbaur dengan tamu yang lain.
Sedangkan Hanna berjalan dengan ekspresi canggung dan semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Taka.
Taka meminta Hanna untuk menunggunya selagi dia naik keatas papan lantai yang lebih tinggi saat MC memintanya untuk memberikan sambutan.
Taka memberi sambutan kepada para tamu yang hadir dan sekaligus mempromosikan program barunya yang akan keluar pada bulan depan.
Setelah selesai berbicara di depan semua tamu yang hadir, Taka pun sibuk berbincang dengan tamu-tamunya.
Hanna yang sedari tadi berdiri sendiri, tak lama kemudian, ada dua perempuan yang tidak dikenal menghampirinya. Mereka adalah saudara-saudara CEO muda yang telah menghadiri acara, mereka saling berbisik menilai Hanna yang mereka kira adalah pacar Taka.
"Itu perempuan yang bersama Taka bukan?," Sambil menghampiri Hanna.
"Kamu pacarnya Taka ya?," Tanya salah satu perempuan yang menghampiri Hanna tanpa basa-basi.
"Bukan," jawab Hanna jujur dan cuek.
Hanna pun sedikit menghindar karena dia tidak ingin jika diserang salah satu penggemar Taka.
Tak heran jika Hanna berpikir demikian, karena sejak Taka masuk, tidak sedikit perempuan yang menghadiri acara malam itu berteriak memanggil nama Taka.
Dan Hanna juga mendengar bisikan beberapa orang yang mereka kira dia adalah pacar Taka dan mengejudge Hanna seolah tidak cocok jika dia menjadi pacar Taka. Beberapa sorotan mata juga tertuju pada kaki hingga kepala Hanna.
Mendengar jawaban Hanna, kedua perempuan yang tidak di kenal Hanna itu membuang prasangka buruknya terhadap Hanna. Dan mereka berupaya mendekati Hanna agar mereka bisa berkenalan dengan Taka seperti Hanna yang terlibat akrab dengan Taka.
"Jadi kamu ini siapa? Apakah kamu adik kandung Taka?," Tanya perempuan yang satunya lagi kepada Hanna.
Hanna pun sedikit bingung untuk menjawabnya, namun yang di pikiran Hanna saat itu adalah, jika berpura-pura menjadi adik Taka membuat dia aman dari dua perempuan yang ada di hadapannya itu, kenapa tidak.
Maka, Hanna pun mengatakan bahwa dia adalah adik kandung dari Taka dengan menganggukkan kepalanya ragu namun cepat.
Kedua perempuan itu menyeringai dan mereka langsung percaya dengan pengakuan Hanna bahwa dia adalah adik kandung Taka.
Meski wajah Hanna dan Taka tidak mirip, hanya karena satu hal yang menurut mereka percaya adalah karena tinggi Hanna terlihat seperti anak SMP jika tidak memakai sepatu high heels.
Mereka pun berkenalan lalu menggandeng Hanna, mengajaknya berkeliling sambil berbasa-basi, mereka mengakrabkan diri pada Hanna yang mereka pikir Hanna adalah adik kandung dari laki-laki yang mereka suka.
Dari jauh Taka sedang berdiri bersama rekan-rekan bisnisnya dan melihat Hanna sedang asyik tertawa dan mengobrol bersama dua perempuan yang tidak dia kenal.
Namun, Taka senang melihat Hanna yang bisa membaur dengan orang baru, karena selama ini Taka berpikir bahwa perempuan yang dianggap kekasihnya itu adalah seorang introvert akut.
Karena sudah tidak merasa khawatir dengan Hanna, Taka pun semakin meleluasakan aktifitasnya bersama CEO lain untuk membicarakan kolaborasi bersama funder yang tertarik dengan program baru yang di buatnya itu.
*****
"Gak di sangka, malam ini kita bertiga sama-sama memakai baju dari Gucci loh," kata perempuan yang bernama Kristin kepada Hanna.
"Iya juga, bisa kebetulan begini ya kita," sahut perempuan yang bernama Grace.
"Hem? Gucci?," Kata Hanna yang tidak sadar bahwa baju yang dipakainya bermerk Gucci.
Hanna benar-benar tidak menyadari bahwa baju yang di pakainya adalah Gucci, maka, Hanna pun pergi ke toilet untuk mengecek label bajunya.
Saat tiba di kamar mandi, Hanna mengecek labelnya di bagian belakang kerah, lalu dia mengecek harga baju yang di pakainya itu di daftar harga Gucci.
Mengingat Hanna tidak suka dengan barang mahal, Hanna langsung menganga saat mengetahui harga baju yang di pakainya itu dan berbicara.
"Apa tidak salah dengan harga baju ini?."
"Apa Taka sudah gila membeli harga baju yang..... Memang bagus dan nyaman sih... Tapi gak segini juga harganya?," Hanna mondar-mandir di kamar mandi, menggigit kuku ibu jarinya, berencana akan meminta penjelasan kepada Taka saat pulang nanti soal baju yang menurut Hanna adalah baju seorang sultan.
Waktu begitu cepat, jam menunjukkan pukul sepuluh malam, acara formal satu tahun Game World War Underwater sudah berakhir.
Taka sedang mengendarai mobilnya. Menoleh ke arah Hanna yang terdiam selama perjalanan, Taka pun mulai berbicara.
"Apa ada sesuatu yang terjadi saat bersama dua perempuan yang tadi bersama mu?."
"Tidak," jawab Hanna.
"Lalu kenapa dari tadi kamu diam? apa aku sudah berbuat salah?," tanya Taka.
"Entahlah, menurut kamu membelikan ku baju seharga mobil itu adalah perbuatan salah atau tidak."
"Hem? seharga mobil?," Taka kebingungan karena harga mobil itu kisaran ratusan juta.
"Em," jawab Hanna cuek.
"Han kamu salah paham, baju yang kamu pakai bukanlah seharga mobil," Taka berbicara serius sambil terus mengemudi dan sesekali melihat ke arah Hanna.
"Memang tidak seharga mobil baru, tapi nominalnya bisa untuk membeli mobil bekas."
"Emm... Mobil bekas ya...," Taka menjawab singkat sambil terus mengemudi.
Mendengar itu Hanna kebingungan, dalam hati, Hanna berkata "ha??... jawaban macam apa itu?." jawaban singkat Taka membuat Hanna semakin kesal.
Hanna melihat kearah Taka yang terdiam, berharap Taka melanjutkan perkataannya setelah berkata "emm... Mobil bekas ya." namun Taka hanya fokus mengemudi saja.
"poinnya itu bukan mobil bekas Ka, tapi, masih banyak orang di luar sana membutuhkan uang meski itu senilai sepuluh ribu rupiah saja hanya digunakan untuk makan, sedangkan harga baju ini, bernilai...."
Hanna yang terus saja berbicara tanpa ada titik dan koma terhenti saat Taka memotongnya.
"Mobil bekas?," sahut Taka menyela dan masih berkata santai.
Hanna tersenyum melihat Taka yang masih fokus mengemudi. Namun tak lama kemudian Taka berbicara dan membuat Hanna menangis.
"Maaf ya Han, kali ini aku memang salah, aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk orang yang aku sayang," sambil memegang tangan Hanna menenangkan.
"Taka, jangan ngomong begitu," Hanna menundukkan kepala, matanya sudah berkaca-kaca.
"Kenapa," tanya Taka.
Hanna tidak menjawab sambil menutupi muka dengan tangan kirinya. Taka melihat Hanna sedang menangis.
"Kok malah nangis?," tanya Taka lembut.
"Maaf ya Ka, aku bukannya berterima kasih, malah memberikan alasan sok bijak ku kepada kamu, aku jadi merasa bersalah dan malu sendiri," Hanna berbicara dengan terpatah-patah karena sambil menangis.
"kamu tidak perlu seserius itu mendengar ucapanku, lagian aku malah lebih suka kamu yang seperti, yang katamu sok bijak itu, tapi bagi aku, selama ini kamu mengajarkan aku banyak hal yang terkadang aku tidak sadar bahwa suatu hal itu sebenarnya penting bagi orang lain, dengan tidak sadar kamu juga mengajarkan aku untuk tidak memikirkan diri sendiri, aku janji, lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi, asalkan kamu berhenti menangis."
Hanna tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
.....