"masa mama harus beliin kamu juga!! Yang bener aja!"
Yuki saat itu hanya diam, saat kakaknya mendapat apa yang ia mau, hanya Yuki yang tidak mendapatkannya, padahal yang Yuki tanyakan hanya Notebook bekas yang sudah rusak, itu saja sudah cukup untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Jadi Yuki pergi ke rumah temannya hampir setiap hari karena ia harus meminjam laptop temannya untuk tugas.
Ia tidak pernah lagi meminta atau menuntut orang tuannya untuk membelikannya sesuatu, jika menginginkan sesuatu ia harus berfikir berulang kali karena ia harus mengumpulkan uang lebih terlebih dahulu.
Saat ia meminjam laptop kakaknya, Yuri akan menatap tidak suka dan mengatakan "nyusahin aja." Jadi Yuki tidak pernah meminjam lagi jika bukan karena sudah sangat membutuhkan, ia cukup sakit hati jika hal itu terjadi, jadi untuk menghindari perasaan itu, Yuki tidak meminjam apapun, ia lebih memilih meminjam laptop temannya karena ia tidak memiliki pilihan lain.
"haaahhh..." jika mengingat kehidupannya yang lalu Yuki bahkan masih merasakan rasa sakitnya.
Jika orang lain, mungkin akan mengatakan Yuki masih lebih beruntung dari orang lain karena Yuki masih bisa makan, sekolah dan mendapat fasilitas walaupun tidak layak.
Tapi Yuki masih manusia, saat ia merasa di perlakukan tidak adil, maka ia akan merasa sakit, saat ia di katakan buruk, ia akan down dan merasa tidak percaya diri, bukankah itu manusiawi? Setiap orang memiliki reaksi masing-masing jika di hadapkan dengan suatu masalah.
Selesai dengan tulisannya, ia mandi dan beristirahat.
'setidaknya, kehidupannya saati ini lebih beruntung dari sebelumnya.'
Yuki menjadi lebih tegas dan berani, ia lebih bisa memperlakukan orang lain di banding dengan dirinya di masalalu, saat ini ia bisa melawan jika ia tidak melakukan suatu yang salah menurutnya dan ia bisa manghadapi orang yang mengajaknya beradu argumen.
Dulu Yuki sangat pasif, ia adalah omega di masalalu, karena itulah, jika terjadi sesuatu, orang lain tidak akan segan atau takut untuk menyalahkannya.
Sekarang, tidak lagi.
Walaupun mungkin sifat dasarnya adalah omega, ia tetap berusaha mendapat apa yang ia mau dan tidak mau lagi orang lain mendikte apa yang harus ia lakukan, bukan berarti ia ingin menjadi pemimpin, ia hanya tidak mau ada orang lain yang mengganggu apa yang menjadi tujuannya, walaupun ia akan tetap berhati-hati dengan setiap langkah yang ingin ia ambil dan ia tetap memiliki beberapa prinsip hidupnya di masalalu.
.
.
.
"Yuki nggak mau ikut?" pamannya bertanya saat Yuki sedang bertanya beberapa hal tentang pelajaran ekonomi ke pamannya ini, mereka juga berdiskusi tentang saham, Yuki bermaksud akan bermain saham di masa depan, pamannya ini sangat pintar dalam hal bermain saham, karena itu mereka masih saja kaya walaupun pamannya ini sudah pensiun nantinya.
"korea?"
"iya, korea, sekalian jalan-jalan, kamu nggak bosen di rumah terus? Teman mu Jay juga ada di korea kan? Kamu bisa ngunjungin dia kalo kamu mau, lagian kamu kerja terus, rasanya aneh liat anak-anak seumur mu lebih sibuk dari orang dewasa yang kerja."
"hahaha, nggak ko, paman lebih sibuk dari aku." Yuki berucap geli sembari matanya masih sibuk dengan layar laptop di depannya.
"jadi mau ikut? Biar sekalian, katanya kamu ada project sama temen mu itu."
"bukannya paman pake travel?"
"iya nggak papa, kamu bisa misah kalo kamu mau, bisa sama Tifa, sama pacarnya."
"hmmm... ok deh liat nanti aja paman, aku juga kan sekolah."
Tifa sudah akan menikah sebentarlagi, setelah dari korea mereka baru akan merencanakan pernikahan mereka, itu yang Yuki tau.
Yuki juga sudah mendesain model pakaian yang akan ia kenakan saat pernikahan Tifa nanti, walaupun ia belum mendapat kain yang di gunakan, tapi tidak ada salahnya sudah bersiap memilih desain yang ingin di gunakan.
Pulang dari rumah pamannya, saat ia dan keluarganya sedang makan malam bersama, Yuki bicara dengan ibunya.
"ma, tadi paman ngajakin aku buat pergi ke korea." Yuki melahap nasi yang ada di sendoknya.
"ha? Ngajakin ke korea?"
"iya, paman yang ngajakin, tenang aja, aman, lagian di sana ada Jay, kalo ada apa-apa kan aku juga bisa minta tolong sama Jay."
Wanita itu tampak terdiam sejenak.
"tenang aja, kalo ada biaya apa-apa ya aku yang tanggung sendiri, toh uang ku masih utuh." Lanjut Yuki.
Ibunya tampak menghela nafas sejenak "ya, terserah kamu aja lah..."
"ok, kalo gitu nanti aku bilang paman aku ikut."
Persiapan untuk pergi sangat rumit, mereka harus membuat passport dan lain-lain, Yuki di bantu pamannya.
"ha?! Kamu mau ke sini?" Jay tampak terkejut di lihat dari suaranya.
"iya, aku di ajakin sama paman ku, mungkin minggu depan kita udah berangkat."
Jay terdiam sejenak "di sini hampir masuk musim dingin."
"iya, aku tau ko, tenang aja, semua sudah di persiapkan dengan cepat dan lengkap." Yuki menatap koper yang ada di sudut kamarnya, koper itu masih terbuka karena masih ada beberapa barang yang harus ia masukan ke dalam sana.
"kamu nginep dimana?"
"hotel, kita pake travel jadi sudah sama hotel dan guide, jadi semua aman."
"guide? sudah ada jadwalnya? Kita tidak bisa bertemu dengan bebas jika begitu? Padahal ku fikir aku bisa mengajak mu ke beberapa tempat di sini."
"hmmm, aku bisa, tenang aja, aku bisa misah asal aku sama orang yang bisa di percaya keluarga ku."
"ya udah nanti aku bilang ibu ku, ibu ku juga sangat ingin bertemu dengan mu, dia akan senang."
"aku bawa oleh-oleh juga ya? Buat bibi, aku tidak enak jika tidak membawa apapun jika bertemu."
"tidak usah, ibu ku akan senang saja jika bertemu dengan mu, sebentar lagi aku juga mau liburan, berapa lama kamu di sini?"
"hmm... 10 hari mungkin." Yuki berusaha mengingat dengan pasti.
"lumayan lama, kamu sudah pernah ke korea kan dulu."
"iya."
"kamu sudah tau beberapa tempat di sini kan?"
Yuki mengingat lagi beberapa tempat dan penginapan yang mereka tempati.
"ya, aku dulu menginap di daerah Hongdae, terus pindah ke Myeongdong. Hmmm, ya, seingat ku, aku juga hafal dengan beberpa pemberhentian kreta, aku juga bisa baca map, jadi bukan masalah besar untuk ku." Yuki memang bisa membaca peta dari google map sekalipun, apa lagi hanya membaca jalur kreta bawah tanah.
Jika bisa dulu ia akan lebih memilih jalan berdua dengan Citra, sayangnya dulu mereka pergi bersama dengan saudara jauh yang tidak bisa di tinggal, jadi mereka tidak bisa leluasa pergi jalan-jalan, padahal jika saja ia dan Citra di perbolehkan pergi berdua, mereka berdua bisa di lepas, jika terjadi sesuatu mereka bisa bertanya, lagi pula ada aplikasi, mereka tidak akan hilang.
"ok, nanti aku bilang ibu ku untuk bertemu di tempat mu singgah."
Selesai membicarakan kepergian Yuki ke korea, mereka kembali membicarakan vocaloid yang sedang mereka buat.
Keesokannya ibu Jung menelponnya dan menanyakan kebenaran bahwa Yuki akan ke sana, wanita itu terdengar sangat bersemangat.
"kamu bisa misah?."
"iya, tapi aku tetap akan tinggal di hotel."
"ahh, kenapa tidak tinggal di sini saja, aku senang jika ada perempuan lain di sini, haahhh, aku hanya wanita satu-satunya, akan sangat menyenangkan jika kamu bisa menginap di sini juga."
"hahaha, lainkali aku akan menginap di sana bibi, saat aku sudah cukup umur dan sudah bebas."
"baiklah, nanti bibi bawa kamu ke beberapa tempat ya dan juga..."
Pembicaraan mereka terus berlanjut, ibu Jung terdengar sangat bersemangat mnyambutnya dan melist beberapa tempat yang ingin di datangi bersama.
Dan si sini Yuki baru mengetahui bahwa ibu Jung sangat menginginkan perempuan, tapi tidak pernah tersampaikan, Yuki memang tau bahwa Jay memang anak tunggal dan tidak akan mendapat adik perempuan, Jay juga tau tentang itu.
Hingga sampai keberangkatan mereka Yuki sudah menyiapkan beberapa barang untuk ibu Jung, ibunya juga menitipkan beberapa barang yang bisa di berikan untuk ibu Jung, ibunya sudah menghubungin ibu Jung, dengan bantuan translate dari Yuki, mereka bertukar kata.
"udah semua ya, nggak ada yang ketinggalan?" pamannya bertanya.
"ya..." mereka sudah akan berangkat, Yuki ikut dengan mobil pamannya, jadi keluarganya hanya mengantarnya hingga mereka pergi dengan mobil, tidak ikut hingga bandara.
Hingga sampai mereka menaiki pesawat semua aman terkendali, tidak ada masalah apapun bahkan hingga mereka mendarat di korea. Buntuk 8 jam untuk bisa sampai ke sana.
Di dalam bandara semua masih terasa hangat karena di sana sudah pasti mereka menggunakan pemanas, saat mereka keluar, baru mereka merasa angin dingin yang menerpa mereka, saat ini musim gugur, cuacanya cukup dingin walaupun tidak sedingin saat musim dingin.
Saat sudah di dalam mobil Yuki membuka ponselnya dan menghubungi ibu Jung untuk mengatakan bahwa mereka sudah sampai, Yuki mencoba juga untuk bicara dengan bahasa Korea, karena Jay belajar bahasa indonesia, maka Yuki akan belajar bahasa Korea.
Bahasanya sudah cukup lancar walaupun masih sangat kaku, tapi orang si sini sudah bisa mengerti dengan apa yang ingin di sampaikan Yuki.
Yuki dan ibu Jung akan bertemu besok, hari ini Yuki hanya akan mengikuti paman dan keluarganya, lagipula hari ini adalah hari kerja, walaupun besok sabtu dan Jay masih harus sekolah besok, tapi ibunya sangat luang.
Yuki pernah mendengar ibu Jung memiliki butiknya sendiri, jadi waktunya lebih fleksibel.
"nelpon siapa?"
"nelpon ibunya temen ku, bilang udah sampe." Ia sudah menelpon ibunya saat mereka masih di dalam bandara.
"ohh, besok kamu pergi sama mereka?"
"iya, besok aku udah janji buat pergi sama ibunya temen ku, deket ko tempat ketemuannya."
Mereka sudah sampai ke hotel, tempatnya bagus, pasti ini cukup mahal.
Ia janjian dengan ibu Jung di kafe dekat dari hotelnya, rumah Jay masih ada di daerah Seoul, jadi tidak terlalu jauh dari tempat Yuki menginap.
Keesokannya saat semua keluarga mereka sudah berangkat pagi-pagi untuk pergi berwisata, Yuki baru bersiap untuk bertemu dengan ibu Jung, ia sudah mendapat alamat kafenya.
Ia membawa barang yang akan di berikan juga dan segera berangkat, sudah hampir waktunya jam yang mereka tentukan.
Saat Yuki sudah sampai ke tempat janjian, ia melihat ibu Jung sedang duduk di sana, Yuki pergi mendatanginya.
"ohh Yuki sudah sampai, duduk lah mau pesan apa?"
Yuki meletakan tasnya dan beberapa barang bawaannya "ohh, iya, aku pesen dulu deh sebentar, bibi udah pesan?"
"udah ko, tinggal tunggu aja."
"aku pesan dulu." ibu Jung hanya mengangguk menyetujui, saat kembali, Yuki sudah membawa 2 minuman pesanan ibu Jung dan miliknya, mereka duduk bersama dan Yuki memberikan buah tangan untuk ibu Jung.
"waahhh, makasi ya, nanti ku buka." Ibu Jung terlihat sangat senang. Mereka menikmati kopi dan kue yang tersedia sembari bercerita banyak hal.
Ibu Jung sangat cantik, ia juga cukup fashionable, ia menggunakan kemeja dan coat yang cantik, celana panjang dan sepatu heels tinggi.
Sedangkan Yuki ia hanya menggunakan dress pendek dan coat panjang, juga sepatu kets, hampir semua berwarna hitam, Yuki terlihat ingin ke pemakaman, hanya dress pendeknya yang memberikan aksen merah darah dan juga jepit rambut berbentuk kunci G yang memiliki permata berwarna merah juga.
Walaupun berkesan misterius dan galak, Yuki cukup manis dan cantik, tidak buruk untuk Yuki.
Selesai dengan kopi, mereka segera pergi ke beberapa tempat yang indah, ibu Jung sangat senang mmebelikan beberapa barang untuk Yuki terutama baju dan aksesoris.
Ia bercerita jika ia sangat ingin memiliki anak perempuan karena ia bisa mendandani anak perempuannya, jadi karena ia tidak memiliki anak perempuan, jadi Yuki yang menjadi sasaran.
Yuki juga berasal dari sekolah fashion dulu, jadi ia mengerti tentang mode, ia juga cukup baik dalam mix and match pakaian, ibu Jung jadi sangat senang berdiskusi tentang fashion dengan Yuki.
Endingnya, ia di ajak ke butiknya, tempat itu sangat indah dan tampak berkelas, ibu Jung membawanya ke ruangannya dan berdiskusi tentang desain yang Yuki buat.
Yuki menyimpannya di ponselnya, ibu Jung bermaksud untuk mengambil beberapa desain yang sudah Yuki buat dan tentu saja ia akan membayarnya dengan mahal.
Saat sudah pulang sekolah, Jay juga datang ke butik ibunya mereka membicara kan beberapa hal terutama project vocaloid mereka.
Mereka juga sudah berencana akan membuat video mereka dan menguploadnya ke jejaring sosial.
Di kehidupan sebelumnya, virtual idol cukup terkenal dan banyak yang menyukainya, jadi mereka membuat beberapa rencana konsep untuk virtual idol yang ingin mereka buat.